Selasa, 25 November 2014

God Bless: Sebuah Catatan Legenda Musik Rock Indonesia


Oleh: Alex Palit

God Bless. Meski dalam perjalanan karir bermusiknya mengalami gelombang pasang-surut, acap berganti personel pemain, dan sering diterpah kevakuman, grup musik yang tidak harus ngoyo, paksakan diri oleh target rutinitas setiap tahunnya rilis album baru ini telah membuktikan eksistensinya sebagai satu-satunya grup rock era 1970-an hingga kini masih hidup, tetap eksis, bahkan tetap mantap sebagai band panggung yang masih punya daya pesona, energik, atraktif dan kharismatik.Adalah wajar bila grup rock yang dimotori sang vokalis Achmad Albar, yang kini sudah lebih dari 35 tahun tetap eksis malang-melintang di blantika musik tanah air ini dianugerahi bintang kehormatan The Legend. Sebutan the legend di sini dalam artian bukan semata-mata dilihat dari rentang waktu perjalanan usia grup band bersangkutan mampu mempertahankan diri tetap eksis di pentas musik yang kini sudah memasuki angkatan ketiga dari era generasinya. Predikat the legend ini juga bukan semata-mata hanya disimak dari perlombaan banyaknya jumlah album yang sudah dirilis, atau ditentukan dari nilai komersialisasi omzet penjualan album yang mencapai ratusan ribu sampai di atas sejuta keping kaset laku di pasaran.Penganugerahan bintang the legend juga bukan lantaran lagunya masih kerap dinyanyikan dan enak didengar kuping untuk membawa orang dalam dekapan romantisme nostalgia kenangan masa lalu. Tapi lebih pada bagaimana karya musik yang mereka hasilkan, dimainkan secara musikalitas lagu-lagunya mampu menimbulkan getaran ekspresi batiniah, pengkayaan jiwa dan pencerahan budi. Seperti banyak disebutkan para filsuf, keindahan musik bukan hanya sekadar terletak pada permainan harmonisasi nada, melodi dan lirik, melainkan pada dialektika bunyi. Pada dialektika bunyi inilah artikulasi sebuah lagu memancarkan makna dan auranya. Dalam wacana seni realisme keindahan bunyi pada bahasa musik tidak sekadar ungkapam simbolik atau semiotik, tapi juga sebuah narasi dari realitas sosial yang selalu dikaitkan dengan pokok persoalan humanisme (kemanusiaan) Dan itu ada pada God Bless. Keberpihakan pada pokok persoalan humanisme ini seakan sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari komitmen God Bless yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Hal ini tercermin pada konsistensi God Bless, di mana spirit untuk mengangkat dan menyuarakan persoalan kemanusiaan serta nilai-nilai kehidupan dari kritik sosial sampai religius menjadi tema utama lagu-lagu di albumnya. Selamat Pagi Indonesia, Balada Sejuta Wajah, Damai Yang Hilang, Kepada Perang, Setan Tertawa, Raksasa, Rumah Kita , Anak Adam, adalah ungkapan kepedulian, keberpihakan God Bless terhadap persoalan kemanusiaan. Karena di sini, keindahan musik, popularitas sebuah lagu bukan hanya sekadar terletak pada kuantitas omzet komersialisasi, melainkan pada dialektika bunyi. Pada dialektika bunyi inilah sebuah lagu memancarkan makna dan auranya. Dan, sebagai grup musik rock, God Bless telah dengan gemilang memainkan perannya sebagai pengibar rock, mengayunkan spirit rock, mengekpresikan spirit counter culture yang mengacu pada nilai dasar kehidupan dan humanisme. (m.facebook.com/notes/godbless/god-bless-sebuah-catatan-legenda-musik-rock-indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar