Sabtu, 22 November 2014

Jejak Perang Pasifik di Tarakan


Pulau Tarakan, sebuah pulau kecil seluas 250 kilometer persegi di utara Kalimantan Utara, mengambil peran penting dalam kancah Perang Pasifik tahun 1942-1945. Arti penting pulau ini sudah disadari Belanda pertengahan abad 18, dengan menggunakannya sebagai pangkalan kapal perang untuk menjaga sisi utara Kalimantan yang berbatasan dengan Malaya yang dikuasai Inggris.
Tahun 1896 di Tarakan ditemukan sumber daya alam yang sangat penting bagi peperangan saat itu, yaitu minyak bumi. Minyak Tarakan dinilai berkualitas tinggi sehingga Belanda melalui perusahaan-perusahaannya segera mengeksploitasi sumber daya alam ini. Tahun 1940-an Jepang mulai menginvasi Asia Tenggara melalui Filipina. Menyadari arti penting Tarakan, Jepang menyerang Tarakan yang saat itu dikuasai Belanda pada awal Januari 1942. Jepang menganggap Tarakan adalah pijakan pertama yang sangat penting dalam invasinya ke Hindia Belanda. Tarakan dapat menyuplai minyak bumi yang sangat dibutuhkan Jepang dalam melancarkan invasinya. Selain itu, dengan menguasai Tarakan maka Jepang dapat memutus jalur bantuan Sekutu dari Australia ke Kepulauan Filipina yang saat itu juga mengalami peperangan antara Jepang dan Sekutu.
Perang perebutan pulau yang ditutupi rawa, perbukitan dan hutan lebat ini berlangsung cukup dahsyat, bahkan brutal. Kilang-kilang minyak terbakar di sekujur pulau sehingga Tarakan terlihat seperti pulau api di tengah laut. Di awal serangan Jepang, sekitar 300 tentara Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger (KNIL) yang sudah menyerah dieksekusi mati oleh Jepang. Hal ini akibat 2 hari sebelumnya pasukan Belanda yang berada di Tarakan tak mengetahui bahwa Belanda telah menyerah di Jawa akibat komunikasi terputus, sehingga 2 kapal perang Jepang yang mendekati Tarakan dengan membawa bendera putih dihancurkan oleh pasukan Belanda.
Pertempuran di pulau ini terjadi sekitar tahun 1942-1945 yang melibatkan Jepang dan Sekutu. Tahun 1945 Tarakan direbut kembali oleh Sekutu dengan menerjunkan 20.000 tentara menghadapi Jepang yang hanya tersisa sekitar 2.000 orang gabungan tentara dan pekerja perusahaan minyak. Bekas-bekas pertempuran ini masih dapat ditemukan di sekujur pulau Tarakan. (Agus Satriawan Pramundito/http://jurnaltoddoppuli.wordpress.com/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar