Kamis, 02 Juli 2015

Situ Bagendit


Di sebuah desa yang subur sebelah utara kota Garut, tinggal seorang janda kaya bernama Nyi Endit. Ia paling ditakuti di seluruh desa, ia dapat berbuat sesuka hatinya dengan kekayaannya.
Para penduduk daerah sekitar banyak yang meminjam uang pada Nyi Endit meskipun utang yang dibayar harus dengan bunga yang sangat tinggi. Nyi Endit mempunyai beberapa tukang pukul untuk menagih utangnya. Bila tak mampu bayar, para tukang pukul melakukan tindak kekerasan.
Jika musim panen, betapa melimpahnya hasil panen di tempat Nyi Endit. Saat musim paceklik, para penduduk yang sebagian besar petani, mengalami kesulitan. Panen mereka gagal. Kelaparan pun melanda sehingga banyak yang menderita busung lapar.
Sangatlah berbeda dengan keadaan Nyi Endit. Saat penduduk sekitar kelaparan, Nyi Endit justru berpesta pora dengan makanan yang melimpah ruah bersama keluarga, kerabat dan tamunya.
Di tengah-tengah pesta, tiba-tiba pengawal/tukang pukul Nyi Endit melapor,”Maaf Nyi, di luar ada pengemis yang memaksa masuk dan membuat keributan. Sepertinya ia minta sedekah.”
“Usir dia!” sahut Nyi Endit.
Namun, secara tak terduga pengemis tersebut berhasil masuk ke rumah Nyi Endit. “Nyi Endit, kau benar-benar kejam dan serakah. Berikanlah sedikit makanan untuk orang yang kelaparan,” sahut sang pengemis.
“Kurang ajar. Beraninya kau berkata begitu. Cepat usir dia dari tempatku!” teriak Nyi Endit.
Para pengawal Nyi Endit langsung melawan pengemis itu. Tapi tak disangka pengemis itu justru kuat sekali melawan mereka dengan sekali gebrakan. Semua tamu yang hadir di pesta Nyi Endit takjub melihat kesaktian pengemis.
“Baiklah, Nyi Endit! Jika kau tidak mau berbagi dengan orang yang sedang kesulitan, aku akan menunjukkan sesuatu,” kata sang pengemis.
Pengemis itu mengambil sebatang ranting pohon. Lalu, ia menancapkannya ke tanah. “Jika kau mampu mencabut ranting ini maka kau termasuk orang yang paling mulia di dunia. Kau bisa minta bantuan pengawalmu,” ujar sang pengemis kepada Nyi Endit.
Nyi Endit menyuruh pengawalnya. Ternyata para pengawalnya yang besar dan kekar itu tak mampu mencabut ranting kecil yang kelihatannya mudah dicabut itu.
Pengemis itu berkata ,”Ternyata pengawal yang kau bayar mahal itu tak sanggup melakukannya. Sekarang lihatlah aku.”
Dengan mudah, sang pengemis dapat mencabut ranting itu. Ternyata dari lubang bekas tertancapnya ranting tersebut keluar air yang memancar deras. Sedangkan pengemis itu pun tiba-tiba lenyap.
Ketika itu, hujan pun turun lebat diselingi guncangan gempa bumi. Dengan sekejap, desa Nyi Endit sudah terendam air.
Banjir pun melanda hingga berubah menjadi danau yang kini bernama Situ Bagendit. Situ berarti danau, sedangkan Bagendit diambil dari nama Nyi Endit. Konon di danau tersebut hidup seekor lintah yang sangat besar an dipercaya sebagai jelmaan Nyi Endit yang lintah darat.
Pesan Moral :
– Bila diberi nikmat harta yang banyak berbagilah terhadap sesama manusia, terutama orang-orang terdekat atau tetangga.
– Orang yang sombong, kikir, serakah dan tak mau menolong orang lain pasti akan mendapat musibah.
Sumber Pustaka:
Sumbi Sambangsari, Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara, PT Wahyu Media, 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar