Tidak mudah mempertahankan sebuah produk menjadi favorit masyarakat dari generasi ke generasi. Apalagi terkait dengan selera. Ya, Nougat Roll, Waffle Cokelat dan Mocca Roll, adalah nama beberapa produk kue legendaris keluaran Bawean Bakery yang selalu dicari pelanggannya hingga kini.
Beroperasi sejak tahun 1946, Bawean Bakery boleh dibilang menjadi salah satu toko roti tertua di Bandung yang didirikan oleh Tedja Kusmana. Sebelum popular dengan nama Bawean, produsen aneka kue ini mengusung nama ” Sweetheart ” dan berlokasi di Jalan Sumatera , Bandung. Pada tahun 1974, ” Sweetheart ” pindah ke Jalan Bawean No. 4, kemudian membuka cabang baru di jalan RE Martadinata 138-140 Bandung pada tahun 1992. Namun, pada tahun 1995 ketika ada peraturan label berbahasa asing harus mengunakan nama berbahasa Indonesia, “Sweetheart ” berganti nama menjadi “Bawean Bakery” sesuai dengan lokasinya.
Kini kendali manajemen Bawean Bakery dipegang oleh Edwin L Kusmana, MA, generasi ketiga atau cucu dari Tedja Kusmana. Di satu sisi, ayah satu putri ini merasa beruntung karena tidak harus memulai semuanya dari nol. Dia mengibaratkan, kakek dan ayahnya telah membangun jalan toll. Yang menjadi tantangan adalah bagaimana sebagai generasi penerus Edwin mampu memajukan perusahaan.
“Sepanjang 30 tahun kakek merintis, mengembangkan lalu diberikan kepada ayah saya Herdy Kusmana. Ada pasang surut, tapi yang saya rasakan sebagai generasi ke-3 saya punya tanggung jawab besar karena perusahaan harus tetap jalan. Generasi pertama sampai kedua sukses terus bertahan, maka generasi berikutnya harus tetap eksis,” katanya.
Berbekal ilmu dan pengalaman bekerja di negeri Paman Sam di bidang perhotelan, beragam pekerjaan pernah dilakoni Edwin. Mulai dari hospitality, industri, kitchen, dan food and beverage hingga menjadi waiter . “Saya mendapatkan pengalaman berharga mengamati perilaku konsumen, bekerja di perusahaan dengan ribuan karyawan hingga menjadi manajer yang harus meng-handle banyak divisi,” kenang Edwin.
Mudik ke Indonesia di tahun 2002, Edwin mendapati bahwa mengelola dan mengembangkan usaha yang sudah dipersiapkan generasi sebelumnya ternyata tidaklah mudah. Sekalipun putra dari owner, sang ayah Herdy Kusmana tidak serta merta menyerahkan kendali usaha kepada Edwin. Maka tahap magang di Bawean Bakery pun dijalaninya mulai tahun 2004 hingga 2010, mulai dari menguasai produk-produk unggulan dan tradisional Bawean Bakery hingga mengelola SDM. Pelan tapi pasti, Edwin menanamkan visi dan misi perusahaan kepada seluruh karyawan Bawean. Di bawah kepemimpinannya Edwin bercita-cita Bawean Bakery dapat lebih maju lagi. Edwin juga menggandeng Dede, karyawan yang telah mengabdi selama 22 tahun di Bawean bahu-membahu mengembangkan perusahaan.
Bandung sudah lama menjadi kota tujuan wisata. Magnet kota kembang ini selain factory outlet dan distro yang selalu menampilkan mode-mode fashion terkini juga keanekaragaman dan kreativitas kulinernya. Potensi ini tak luput dari insting bisnis Edwin.
“Mungkin di zaman almarhum kakek saya, yang penting perusahaan bisa berjalan. Tetapi bagi saya, kita tidak cukup sampai disitu. Saya ingin membuka resto & café Bawean, setelah itu baru melangkah ke hotel, ” ujar Edwin.
Salah satu yang telah diwujudkannya adalah Bawean Resto & Café di Jalan Gandapura No. 43 Bandung. “Awalnya banyak pengunjung yang menanyakan produk makanan selain roti atau kue. Lalu saya terpikir membuat Bawean Resto & Café dengan konsep one stop shopping, yaitu bakery plus resto Bawean,” jelas Edwin. “Untuk mengakomodir keinginan dan selera konsumen yang berbeda beda, kami menyiapkan aneka hidangan lokal atau tradisional disamping tetap mempertahankan menu-menu Eropa yang membedakan kami dengan perusahaan sejenis di Bandung, “ lanjutnya.
Sebagai generasi penerus Edwin mengaku memegang teguh warisan pendahulunya. Diantaranya mempertahankan produk-produk unggulan Bawean Bakery sesuai resep aslinya, menjaga kualitas dengan menggunakan bahan-bahan baku pilihan berkualitas dan alami, tidak menggunakan pengawet serta tidak membuka cabang di kota lain.
“Ini wasiat kakek. Alasannya dari nama awalnya yaitu “Sweetheart” yang artinya kekasih hati. Jadi jangan takut ditinggal pelanggan, selama citarasa, pelayanan dan kualitas Bawean terus dipertahankan, maka Bawean akan selalu dicari,” terangnya. Terbukti hingga kini Bawean memiliki banyak konsumen loyal turun temurun yang menyatakan bahwa citarasa, pelayanan serta kualitas Bawean Bakery tidak pernah berubah. Kue-kue favorit pelanggannya yang menggunakan resep warisan Tedja Kusmana hingga kini masih memanjakan lidah para pelanggan Bawean Bakery.
Mengikuti perkembangan selera masyarakat, Edwin pun berinovasi dengan beberapa menu baru seperti Tiramisu, Maccaroon serta Gellato, ice cream a la Italia. Dengan memperkuat fondasi internal perusahaan serta pelayanan terbaik kepada konsumen, Edwin yakin Bakery Bawean mampu eksis di tengah persaingan yang ketat di bisnis sejenis bahkan mampu berkembang. “Saya selalu tekankan pada karyawan agar memberikan service terbaik kepada pelanggan. Karena apabila perusahaan sukses dan berkembang , kita semua juga yang akan menikmatinya. Saya tidak bisa maju tanpa karyawan. Kini total karyawan kami 150 orang. Mereka adalah asset berharga. Jadi sebisa mungkin saya harus dekat dengan karyawan,” kata Edwin. (http://swa.co.id/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar