Menurut banyak orang, Buto Ijo
sebetulnya hanya tokoh rekaan manusia. Ia tidak akan pernah ada dalam
kehidupan kita. Ia hanya mitos, hanya khayalan. Meski hanya khayalan,
gambaran menyeramkan Buto Ijo bisa jadi adalah interpretasi kebudayaan
akan kehidupan yang hitam dan kotor.
Buto Ijo digambarkan sebagai sosok yang
tinggi besar ibarat raksasa dengan tubuh yang berwarna hijau.
Kehadirannya selalu disertai dengan aroma busuk yang sangat menyengat,
persis seperti busuk lumpur pembuangan limbah rumah.
Dalam sejumlah cerita rakyat, Buto Ijo
selalu diceritakan sebagai pihak yang paling bertanggung jawab ketika
terjadi gerhana bulan. Buto Ijo dianggap sedang menelan bulan sedikit
demi sedikit hingga akhirnya habis. Itulah legenda, cerita rakyat yang
berkembang dari dulu.
Meski sebenarnya kita sama-sama tahun
bahwa peristiwa gerhana bulan yang kerapkali terjadi adalah peristiwa
alam biasa. Ketika gerhana bulan terjadi, bulan posisinya berada di
belakang matahari, sehingga ketika matahari berjalan akan menutupi
rembulan. Memang nampak kalau bulan sepertinya berangsur-angsur gelap,
padahal sesungguhnya rembulan sedang tertutup oleh matahari.
Jadi, sungguh tidak benar rembulan itu
ditelan bulat-bulat oleh Buto Ijo. Pun tidak benar pula, manakala ada
anak berbuat nakal atau melawan orang tua mereka maka akan dimakan oleh
Buto Ijo.
Pesugihan Buto Ijo
Sulit memperkirakan kapan dan dimana asal mula cerita tentang Buto Ijo
ini berkembang di masyarakat kita. Hanya saja, hingga kini kita kerap
masih mendengarkan nama Buto Ijo hadir dalam aktivitas-aktivitas yang
berhubungan dengan ritual pesugihan. Ya, pesugihan Buto Ijo!
Dalam tradisi sebagian masyarakat di
negeri ini, pelibatan makhluk halus dianggap sebagai cara cepat dan
instan meraup kekayaan melimpah, meski umumnya juga diketahui memiliki
konsekuensi.
Makhluk halus layaknya Buto ini
konon biasa dimintai bantuan oleh para dukun dan paranormal untuk
mempercepat mendatangkan uang dan kekayaan materi dengan hebat.
Mereka yang melakukan pesugihan Buto Ijo
ini, konon akan selalu diiringi oleh Buto Ijo dalam beraktivitas atau
berbisnis. Saat pelaku bernegosiasi, mereka akan menggedor hati lawan
bisnis untuk menyerahkan bisnisnya pada pelaku.
Saat pelaku pesugihan berjualan rumah,
mobil dan sebagainya, Buto Ijo akan membantu mendapatkan keuntungan
sebanyak-banyaknya. Saat berjualan, pembeli akan dirayu si Buto Ijo
untuk membeli di tempat kita.
Masyarakat pesugihan percaya, si Buto Ijo ini bertugas membantu berbagai bisnis yang pelaku jalani hingga semuanya dimudahkan dalam rangka menumpuk pundi-pundi uang pemiliknya. Calon pembeli tidak akan pernah berpikir memilih ke tempat penjual yang lain.
Konon, Buto Ijo bisa juga ditemukan di
bank-bank, lembaga dan perusahaan yang berhubungan dengan keuangan.
Konon, Buto ijo dijadikan sebagai satpam gaib yang setia menunggui
lembaga keuangan agar terbebas dari pencurian tuyul dan “dedemit pencuri
uang gaib” lainnya.
Sayangnya, semua bentuk pesugihan dan
pemufakatan dengan makhluk halus pasti memiliki sejumlah konsekuensi.
Sebagaimana yang terjadi saat bermufakat dan meminta sesuatu dengan
jenis makhluk halus apapun, maka mereka pun akan minta tumbal atau
imbalan baik yang ringan maupun yang berat.
Begitu juga dengan pesugihan dengan Buto Ijo ini. Jika kita sudah meminta bantuannya, maka mereka akan meminta imbalan balik, baik berupa sesajen atau bahkan nyawa manusia. Di alam gaib pun tidak ada sesuatu yang gratis. Mereka juga akan bertransaksi dengan kita dengan sifat yang materalistis dan kapitalis, serupa dengan aktivitas bisnis kita sehari-hari.
Karena itu, banyak ahli kebatinan
menyarankan agar orang-orang tidak menggunakan Buto Ijo sebagai tenaga
pesugihan. Soalnya, Buto Ijo konon memiliki watak yang brangasan, ngawur
dan tidak terkontrol. Jika “imbalannya” dipandang tidak begitu bagus,
bisa saja ia akan mengamuk dan meminta korban nyawa dari keluarga si
pelaku pesugihan.
Konon, untuk mendatangkan si Buto Ijo,
kita hanya perlu mempersiapkan ritual dan sejumlah sesajen. Untuk
pemancing, ritual yang biasanya dilakukan adalah membakar kembang
setaman, kemenyan Arab dan dupa Cina sambil membaca mantra
berulang-ulang hingga Buto Ijo datang.
Selain itu, kita juga perlu
mempersiapkan ayam kampung, air putih di kendi, wewangian lain dan madat
yang mahal, diletakkan di atas nampan anyaman bambu tradisional. Dari
sini kemudian dirapalkan beberapa mantra dan doa yang menjadi pengantar
untuk semakin mempercepat si Buto Ijo datang memakan sesajen yang sudah
disiapkan.
Adapun mantra yang biasa digunakan untuk memanggil datangnya Buto Ijo adalah sebagai berikut:
Hong ilaheng prayoga naniro, Aku si komo dadiaku teko ngajak dulurku si komo wurung, mayan-mayanku, bukakno plawangan gaibe…sedulurku den baguse kaki Buto Ijo lan den ayune nini Buto Ijo,Hu..hu..hu..hurip, jud maujudo ono ngarsaku heh dulurku, tak jaluk mreneyo, jabang bayiku…duwe perlu marang sliramu, siro teko-o,wujuto gage memoni aku…
Jika ritual dan sesajen berjalan lancar,
si Buto Ijo akan datang dan menikmatinya. Lalu, setelah kenyang, Buto
Ijo akan bersedia mengobrol atau melayani apapun permintaan si pelaku.
Nah, masih percayakah Anda dengan cara
pesugihan? Siapkah Anda dengan konsekuensi bersekutu dengan makhluk
halus? Terlebih si pelaku juga belum tentu tahu yang datang itu buto
ijo, jin, setan atau jenis lain yang akan selalu mempermainkan manusia.
Naudzubillah…
sumber: http://www.infomisteri.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar