Domba tersebut adalah jenis domba garut jantan yang terbilang agresif dan suka menyerang. Di sela rutinitas mereka menyabit rumput dan menunggu sore, gembala cilik tersebut rupanya gemar mengadu hewan gembalaan. Kegiatan itu diketahui juga oleh orang tua dan pemilik peternakan sehingga adu domba dibawa ke taraf yang lebih professional.
Pemilik peternakan mulai mencari domba jantan berpostru bagus dengan ukuran tanduk yang besar dipelihara secara terpisah. Porsi makan dan kebersihannya pun diistemawakan.
Diperkirakan, sejak 1905 para juragan domba mulai menggelar kompetisi antarkampung. Kegiatan itupun menyebar ke wilayah lain seperti Bandung dan Sumedang. Namun, pada era 1942-1949, intensitas adu domba ini mengalami penurunan karena situasi politik sedang bergejolak. Barulah pada 1953 adu domba mulai marak kembali khusunya di kabupaten Bandung dan sekitarnya.
Kini, ada sekitar 4 pamidangan (arena permainan) di Kota Bandung. Adapun setiap kabupaten dan kota di Jabar memiliki pamidangan sendiri. Setiap kali disenggarakan, acara itu pasti menarik minat ribuan masyarakat dan wisatawan. Semakin sering seekor domba memenangi kontes, semakin mahal juga harga domba itu.(http://koesandi.wordpress.com/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar