Masuk ke dalam kereta api satu ini seakan terlempar mundur di dalam dimensi waktu. Sebuah papan di dalam gerbong penumpang bertuliskan "1930" kembali menegaskan nuansa yang terbentuk
Inilah kereta bersejarah, saksi bisu perjuangan Bangsa Indonesia di masa-masa kemerdekaan. Kereta yang disebut sebagai Kereta Api Luar Biasa atau KLB Presiden tersebut mengingatkan pada film-film jadul. Kereta api kayu dengan lokomotif uap.
Sesuai sebutannya, kereta ini pernah dinaiki presiden pertama Indonesia yaitu Presiden Soekarno. Anda bisa menemukannya di Museum Transportasi yang berada di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta.
Tak sekedar melihat, pengunjung juga bisa masuk ke dalam salah satu rangkaian kereta. Ya, kereta ini terbagi dalam beberapa rangkaian. Salah satunya bisa dimasuki, sementara satu lagi tertutup bagi pengunjung. Kereta didominasi oleh kayu, dengan cat dominan warna hijau di luar dan krem di dalam gerbong.
Lokomotif yang disandingkan dengan rangkaian gerbong Kereta Luar Biasa yang pernah ditumpangi Presiden Soekarno. (Foto: Diana Tri)
Kedua kereta tersebut adakan kereta IL 7 dan IL 8 pernah ditumpangi Soekarno saat menjadi Presiden RI bersama Wakil Presiden Mohammad Hatta. Kereta ini menjadi saksi sejarah perjalanan yang ditempuh Soekarno, Hatta, dan beserta menteri kabinet saat harus pindah dari Jakarta ke Yogyakarta.
Mereka naik kereta tersebut melewati jalur selatan Pulau Jawa. Saat itu, di tanggal 3 Januari 1946, Pemerintah Republik Indonesia terpaksa pindah ke Yogyakarta dari sebelumnya Jakarta. Belanda yang datang kembali dengan membonceng tentara sekutu membuat keadaan tak aman.
Diam-diam, di malam hari itu, Soekarno dan keluarga beserta Hatta dan jajaran kabinet pun melakukan perjalanan ke Yogyakarta. Pagi keesokan harinya, mereka pun tiba di Stasiun Tugu Yogyakarta dengan pekikan kemerdekaan.
Berapa usia kereta ini? Menurut data yang tercantum di papan informasi, kereta IL 7 dan IL 8 dibuat tahun 1919 di bengkel kereta Staatspoorwegen yang berada di Belanda. Pada masa kolonial Belanda, kereta ini digunakan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
Nah, sempatkan waktu untuk masuk ke dalam kereta jadul ini dan nikmati suasana "tempo doeloe". Bayangkan ketika rombongan malam-malam keluar dari Jakarta secara sembunyi-sembunyi.
Aroma nasionalisme yang masih kental terasa. Pekikan kemerdekaan yang mengantar di sepanjang perjalanan maupun saat tiba. Agar semakin menghayati, resapi sambil mendengarkan lagu perjuangan "Sepasang Mata Bola" karya Ismail Marzuki yang berlatar belakang peristiwa tersebut. (http://travel.kompas.com/r)
Mereka naik kereta tersebut melewati jalur selatan Pulau Jawa. Saat itu, di tanggal 3 Januari 1946, Pemerintah Republik Indonesia terpaksa pindah ke Yogyakarta dari sebelumnya Jakarta. Belanda yang datang kembali dengan membonceng tentara sekutu membuat keadaan tak aman.
Diam-diam, di malam hari itu, Soekarno dan keluarga beserta Hatta dan jajaran kabinet pun melakukan perjalanan ke Yogyakarta. Pagi keesokan harinya, mereka pun tiba di Stasiun Tugu Yogyakarta dengan pekikan kemerdekaan.
Berapa usia kereta ini? Menurut data yang tercantum di papan informasi, kereta IL 7 dan IL 8 dibuat tahun 1919 di bengkel kereta Staatspoorwegen yang berada di Belanda. Pada masa kolonial Belanda, kereta ini digunakan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
Nah, sempatkan waktu untuk masuk ke dalam kereta jadul ini dan nikmati suasana "tempo doeloe". Bayangkan ketika rombongan malam-malam keluar dari Jakarta secara sembunyi-sembunyi.
Aroma nasionalisme yang masih kental terasa. Pekikan kemerdekaan yang mengantar di sepanjang perjalanan maupun saat tiba. Agar semakin menghayati, resapi sambil mendengarkan lagu perjuangan "Sepasang Mata Bola" karya Ismail Marzuki yang berlatar belakang peristiwa tersebut. (http://travel.kompas.com/r)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar