Sidoarjo yang merupakan kota pendukung Surabaya, ternyata mempunyai jumlah UKM terbanyak. Berbagai Usaha Kecil Menengah, kerajinan dan kuliner ribuan tersebar di 18 kecamatan di Kabupaten Sidoarjo ini.
Salah satu kerajinan yang khas dari Sidoarjo yaitu Batik Tulis Sidoarjo. Di Sidoarjo, ada sebuah kampung pengrajin batik yang bernama Kampoeng Batik Jetis. Pengusah dan pengrajin batik jetis Sidoarjo ini, mengembangkan usaha dengan metode turun menurun. Batik Jetis ini mereka yakini sebagai warisan leluhur di Sidoarjo.
Sejarah Kampoeng Batik Jetis
Menurut sejarah, batik tulis tradisional di Sidoarjo ini berpusat di Jetis sejak tahun 1675. Batik ini mula-mula diajarkan oleh Mbah Mulyadi yang konon merupakan keturunan raja Kediri yang lari ke Sidoarjo. Bersama para pengawalnya, Mbah Mulyadi mengawali berdagang di PASAR KAGET yang kini dikenal dengan nama PASAR JETIS.
Seiring dengan perkembangan penduduk, serta kian ramainya perdagangan di Pasar Jetis, kawasan ini banyak didatangi para pedagang dari luar daerah, terutama pedagang asal MADURA. Para pedagang Madura ini sangat menyukai batik tulis buatan warga Jetis. Namun sayang, perkembangan Batik Jetis pada waktu itu tidak ada generasi yang mau melanjutkan perkembangan usaha ini.
Pada tahun 1950-an usaha batik Jetis didirikan lagi oleh seorang wanita yang bernama Widiarsih (Bu Wida) dan banyak warga kampung Jetis waktu itu masih menjadi pekerjanya. Usaha batik tulis Widiarsih pada waktu itu telah menjadi perusahaan terbesar di kampung Jetis, sekaligus banyak yang mengakui kalau bisnisnya menjadi bisnis batik tertua di kampung Jetis.
Pada tahun 1970-an, para mantan pekerja Widiarsih akhirnya memberanikan diri untuk membuat serta membuka bisnis batik tulis sendiri dirumahnya, yang akhirnya menjadi usaha masyarakat rumahan batik Jetis tulis ini. Dari sinilah usaha batik mulai menjadi usaha rumahan masyarakat Jetis. Usaha tersebut kemudian juga menjadi mata pencaharian utama mereka selama bertahun-tahun hingga sekarang.
Sejak tahun 1975, Batik Jetis terkenal sebagai batik yang memiliki ciri khas warna berani seperti merah, kuning, hijau dan biru. Berbeda dengan batik Solo dan Yogyakarta berwarna coklat atau sogan.
Pengrajin batik tulis Jetis Sidoarjo kebanjiran pesanan sejak dua tahun terakhir. Terutama setelah Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Budaya Persatuan Bangsa-Bangsa (UNESCO) mengakui batik sebagai warisan budaya dunia asal Indonesia.
Peresmian Kampoeng Batik Jetis
Melihat makin banyak masyarakat setempat yang membuka rumah produksi batik, kaum muda Jetis berinisiatif membentuk sebuah paguyuban pada tanggal 16 April 2008 dengan nama Paguyuban Batik Sidoarjo (PBS).
Akhirnya pada tanggal 3 Mei 2008 Bupati sidoarjo meresmikan Pasar Jetis sebagai daerah industri batik dan diberi nama “Kampoeng Batik Jetis”.
Peresmian tersebut ditandai dengan adanya gapura Kampoeng Batik Jetis dilengkapi dengan kombinasi beberapa gambar batik tulis Jetis.
Gapura Kampoeng Batik Jetis ini terlihat jelas di jalan masuk Jetis dari arah Jalan Diponegoro. Bahkan pada malam hari gapura ini menyala terang dan menarik mata pengunjung sebelum memasuki kawasan Jetis.
Motif dan Keunggulan Batik Tulis Jetis
Motif-motif pada batik jetis diantaranya abangan dan ijo-ijoan (gaya Madura), motif beras kutah, motif krubutan (campur-campur) lalu ada motif burung merak, dan motif-motif lainnya. Motif kain batik asal Jetis didominasi flora dan fauna khas Sidoarjo yang memiliki warna-warna cerah, merah, hijau, kuning, dan hitam.
Keunggulan batik tulis Jetis justru pada warna yang mencolok. Bahkan ketika perajin menawarkan batik tulis dengan warna lembut, pasar kurang merespons.
Di dalam kampoeng Jetis tersebar rumah para perajin batik yang merupakan salah satu sentra Batik terbesar di Sidoarjo Di kampoeng ini akan ditemukan bangunan-bangunan dengan arsitektur roemah tempoe doeloe yang cukup menarik untuk disimak, jendela besar dan jeruji besi yang antik, dapat kita bayangkan pada masa jayanya daerah tersebut cukup ramai dan banyak terdapat rumah para juragan batik beserta perajinnya menempati daerah tersebut. (dari http://www.ariefew.com/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar