Kamis, 18 September 2014

Tan Ek Tjoan: Saksi sebuah Kota



Pada hari Minggu, 5 Desember 2011 besok, RRREC FEST #2 akan menyulap toko roti tua di Jakarta menjadi sebuah galeri bagi para seniman muda ibu kota. Di samping sebuah perhelatan musik, ruangrupa Records Music festival juga merayakan penciptaan kreasi visual yang lepas dan bebas sebagai bagian dari praktik mandiri, khususnya dalam konteks anak muda.
Toko roti Tan Ek Tjoan adalah satu dari sekian banyak gedung bersejarah di Jakarta. Sebagian dapat diselamatkan, sebagian (besar) yang lain diratakan dengan tanah. Atau, yang paling menyedihkan, ditiban oleh kontruksi bangunan baru bergaya minimalis. Tan Ek Tjoan adalah sejarah. Ia menjadi simbol dari keberlangsungan sebuah tradisi, sebuah warisan, dari sebagian kecil masyarakat Indonesia.
Di tengah maraknya gempuran berbagai merk toko roti baru yang menawarkan konsep yang “banal” lewat interior kaca dan berbagai upaya inovatif lainnya, merk-merk lokal dengan demikian menjadi “situs bersejarah” yang tidak hanya penting dalam konteks arkeologi (cagar budaya), tetapi juga dalam aspek sosial, ekonomi tentu saja, bahkan politik. Sebab tidak banyak pengusaha lokal Indonesia yang telah merintis bisnisnya puluhan tahun, bahkan nyaris sama tuanya dengan Republik Indonesia dan menjadi saksi bagi berbagai perubahan yang terjadi dalam lingkup nasional, bisa bertahan sampai sekarang. Merk-merk ini harus bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar yang memiliki modal lebih besar, sehingga terpaksa gulung tikar.
Berangkat dari konteks itu, program pameran mural pada dinding toko roti Tan Ek Tjoan oleh beberapa seniman gambar ibu kota, seperti Andi RHARHARHA, Isrol Triono, Popo, Goodit, Syaiful Ardianto, komunitas Galaw (Gambar Selaw bersama Ricky Malaw), Bujangan Urban aka Jablay, dan beberapa seniman lain, menjadi sebentuk performans bagaimana generasi muda, khususnya seniman-seniman galau Ibu Kota, merespons ruang, situs, baik dalam konteks historis sebuah bangunan, maupun dalam konteks penyelenggaraan sebuah festival musik.
Sementara menikmati penampilan musik dari band-band inspiratif, juga mural, drawing, dangraffiti pada tembok di lantai dua, sepetak lahan di atap toko roti Tan Ek Tjoan juga akan digunakan sebagai arena bazaar produk karya seniman muda berbahaya ibu kota, yang tergabung dalam komunitas Jakarta 32’ C. Akan ada banyak visual dan benda-benda mengejutkan yang dapat dijumpai, juga dibeli, dalam pasar kaki lima ini.
Selamat beRRRRRRRRRRRRRRRRRRpesta, tuan dan puan…

Ibnu Rizal
Editor buku program RRREC FEST #2
(http://rrrec.ruangrupa.org/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar