Sabtu, 04 Oktober 2014

Monumen Guru Patimpus, Pendiri Kota Medan

 

Aku agak heran dengan Monumen atau Tugu Guru Patimpus ini. Mengingat begitu besar jasa Guru Patimpus membuka Kota Medan, maka aku merasa Monumen Guru Patimpus itu masih terlau kecil. Semestinya minimal setinggi ruko-ruko berlantai tiga di kawasan Petisah itu. Tidak jauh dari Balai Kota Medan. Bahkan saya heran lagi, ternyata monumen itu hasil swadaya masyarakat terutama masyarakat Batak Karo, bukan proyek Pemerintah Kota Medan. Walaupun begitu, Monumen Guru Patimpus ini diresmikan 23 Maret 2005 oleh Gubernur Sumatra Utara waktu itu, Tengku Rizal Nurdin (alm.), bukan oleh Walikota Medan.....
.
Namun demikian, Pemerintah Kota Medan telah memberikan penghargaan kepada Guru Patimpus dengan ditetapkannya Hari Jadi Kota Medan pada 1 Juli 1590, kemudian ditabalkan nama pada satu jalan di Petisah dengan nama Jalan Guru Patimpus.
.
Guru Patimpus masih terhitung sebagai salah seorang cucu Raja Sisingamangaraja I melalui ayahnya Tuan Si Raja Hita. Abang ayahnya-lah Raja Sisingamangaraja II. Dia memiliki nama lengkap Guru Patimpus Sembiring Pelawi (lahir di Aji Jahe, salah satu kampung di Tanah Karo Simalem yang dingin, sejuk, nyaman, dengan angin pegunungannya, hidup sekitar akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17). Yap, Guru Patimpus berasal dari dataran tinggi karo. Seorang Batak Karo.
.
Walaupun di beberapa tulisan disebut dia bermarga Sinambela (karena masih keturunan Sisingamangaraja yang bermarga Sinambela), namun resminya dia diakui sebagai marga Sembiring. Mungkin Sinambela di Karo masuk kelompok marga Sembiring. Guru Patimpus Sembiring Pelawi memang adalah orang yang dikenal sebagai pendiri kota Medan, ibukota Propinsi Sumatra Utara, Indonesia, yang berkembang dari sebuah kampung bernama Kampung Medan Putri yang berdiri 1 Juli 1590.
.
.
Guru Patimpus bertubuh kekar, tinggi, gagah dan berjiwa patriotik seperti seorang panglima. Dalam bahasa Batak Karo, kata "Guru" berarti "Tabib" ataupun "Orang Pintar". Ia seorang ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan, ilmu obat-obatan, ilmu gaib dan memiliki kesaktian namun ia berjiwa penuh kemanusiaan, lemah-lembut dalam bertutur kata, mempunyai karakteristik yang simpatik, berwibawa, berjiwa besar dan pemberani. Dengan menuruni lembah, melewati hutan dan binatang buas, ia mendaki tebing-tebing yang tinggi, terjal dan curam, dengan menelusuri aliran Lau Petani, menuju ke satu bandar di hilir Sungai Deli.
.
Kemudian kata "Pa" merupakan sebutan untuk seorang Bapak berdasarkan sifat atau keadaan seseorang. Sedangkan kata "Timpus" berarti bundelan, bungkus, atau balut. Dengan demikian, maka nama Guru Patimpus bermakna sebagai seorang Tabib yang memiliki kebiasaan membungkus sesuatu dalam kain yang diselempangkan di badan untuk membawa barang bawaannya. Hal ini dapat diperhatikan pada Monumen Guru Patimpus tersebut.
.
Guru Patimpus menikah dengan seorang putri Raja Pulo Brayan, keturunan anak Panglima Deli bermarga Tarigan, dan mempunyai dua anak lelaki, masing-masing bernama Kolok dan Kecik. Sebelumnya dia telah menikah di Batu Karang dengan Br Bangun mendirikan kampung di Perbaji dan mempunyai anak laki-laki bernama Bagelit.
.
Setelah menikah dengan seorang putri Raja Pulo Brayan itu, mereka lalu membuka kawasan hutan antara Sungai Deli dan Sungai Babura yang kemudian menjadi Kampung Medan. Tanggal kejadian ini biasanya disebut sebagai 1 Juli 1590, yang kini diperingati sebagai hari jadi kota Medan.
(http://jalanjalandiindonesia.blogspot.com/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar