Kamis, 08 Januari 2015

Pria se-Lampung Sedang Gila Batu Hias


Banyak Pedagang Kaki Lima beraliih profesi menjadi penjual cincin batu hias. Foto AAN/Targetabloid.co.id0
Share

 Pria se-Provinsi Lampung saat ini sedang 'gila' alias gandrung mengenakan cincin batu hias. Di kalangan eksekutif, mulai dari kabag, kepala dinas sampai bupati seluruh kabupaten/kota se-Lampung, jari manis tangan kiri atau tangan kanannya pasti mengenakan satu atau dua cincin batu hias. Begitu juga di kalangan legislatif, dari anggota sampai ketua dewan, semua tampak bangga mengenakan cincin batu hias.
Dari 'kegilaan' mengenakan cincin batu hias tersebut timbul kebiasaan baru, jika seorang pria bertemu pria lainnya bisa dipastikan saling mengamati dan membicarakan soal batu hias lawan bicaranya. Mulai dari nama batu hias, keistimewaan, harga sampai tempat outlet tempat memperoleh cincin batu hias.
"Kebetulan ada outlet cincin batu hias yang sedang mengadakan cuci gudang (promo diskon.red). Batu yang biasa dijual 500 ribu sampai 1 juta rupiah, diobral hanya 200 ribu. Akhirnya saya tertarik membeli cincin ini," kata seorang anggota DPRD Provinsi Lampung, Edi Rusdianto yang mengenakan cincin batu hias Panca Warna, kepada targetabloid, Senin (15/9/2014).
Para pria penggemar batu cincin tampak bangga jika batu hias yang dikenakan disukai atau disanjung lawan bicaranya. Mereka jadi betah ngobrol soal batu hias sampai berjam-jam layaknya pertemuan arisan kaum wanita. 
Batu hias, menurut Edi, memiliki banyak nama. Seperti Kecubung, Panca Warna, Teratai, Giok, sampai Mirah Delima. Konon batu Merah Delima yang asli harganya bisa mencapai 1 milyar rupiah. Ciri-ciri batu hias Merah Delima yakni jika ditaruh di dalam gelas berair, maka airnya akan berubah jadi merah.
"Batu hias merah delima merupakan batu langka. Outlet se-Indonesia pun belum tentu ada yang mampu menyediakannya. Harganya bisa mencapai 1 milyar rupiah. Batu hias itu hanya ada di luar negeri," kata Doni, pemilik batu hias di Jalan Ahmad Yani, Bandarlampung, Provinsi Lampung.
Anehnya, para pemakai cincin batu hias tersebut tak pernah tahu pasti apa kegunaan dan manfaat benda kecil berharga ratusan ribu rupiah tersebut. Mereka hanya menganggap batu hias tak lebih sebagai aksesoris penampilan semata.
Tren mengenakan cincin batu hias tak hanya di kalangan pejabat. Masyarakat awam sampai pengusaha pun rata-rata mengenakan sebuah cincin batu hias. Di Pasar Tengah, Tanjungkarang, Kota Bandarlampung, puluhan Pedagang Kaki Lima beralih menjadi penjual cincin batu hias. Outlet mereka sangat sederhana, cukup dari kotak kaca berukuran setengah meter. Cincin batu hias yang dijual pun harganya sangat murah, di bawah Rp 50 ribu. Berbeda dengan outlet cincin batu hias yang memiliki tempat permanen, harga sebuah cincin batu hias bisa berkisar antara Rp 300 ribu sampai Rp 1 juta.
Selain maraknya pedagang kaki lima cincin batu hias, di Pasar Tengah Tanjungkarang tersebut juga bisa ditemukan penjual bahan baku batu hias. Masih berupa bongkahan batu besar dan tampak seperti baru didapat dari galian.
"Bahan baku batu hias ini saya jual per buah. Harganya tergantung jenisnya. Bisa antara Rp50 ribu sampai Rp500 ribu," kata Toni, penjual bahan baku batu hias di Pasar Tengah Tanjungkarang, Senin (15/9/2014). Toni juga menjual bahan baku batu hias per kilo dan per karung.
Salah satu kabupaten di Provinsi Lampung, yakni Kabupaten Waykanan, merespon serius tren jual-beli batu hias di kalangan masyarakat tersebut. Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Waykanan, terinspirasi untuk menjadikan batu hias sebagai industri rumah tangga sebagai bagian dari ekonomi kreatif yang sedang diluncurkan Presiden RI Jokowi.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Waykanan, Dra. Gantina mengungkapkan, Kabupaten Waykanan memyimpan potensi besar dalam batu hias, mulai dari batu giok sampai batu teratai. Gagasan untuk mengembangkan batu hias tersebut, selain karena potensinya ada, juga sedang tren di masyarakat. Selain itu juga Menteri Kepariwisataan RI sekarang sudah menambahkan bidang Ekonomi Kreatif di bawah naungan Dinas Pariwisata.
"Pengembangan batu hias nantinya masuk dalam sektor ekonomi kreatif tersebut," kata Gantina.
Menurut Gantina, sebelum dilirik dan dikembangkan oleh Dinas Pariwisata, industri rumah tangga yang bergerak di bidang batu hias juga sudah marak. Ada beberapa pengusaha batu hias yang sudah meraih sukses di Waykanan. Tapi sifatnya masih individual. "Ke depan potensi batu hias di Waykanan akan dijadikan salah satu sumber ekonomi kreatif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat," tutur Gantina.
Menurut Gantina pula, potensi batu hias di Waykanan tersebar merata di 14 kecamatan. Mulai dari Negeri besar, Negeri Agung, Pakuan Ratu, Blambangan Umpu, Kasui, Banjit dan banyak lagi. Sementara jenis batu hias yang terpendam di perut bumi Kabupaten Waykanan, antara lain batu hias motif Teratai, Kecubung, Safir, Aquamarine, bahkan batu Giok.
Pengembangan batu hias di Waykanan, menurut Gantina, akan dilakukan secara bertahap. Seperti pembinaan para pengrajin, pembuatan galeri di tempat-tempat strategis, dan sebagainya. Jika batu hias sudah menjadi industri rumah tangga, maka diharapkan dapat menopang kesejahteraan masyarakat setempat. (http://targetabloid.co.id/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar