Prabu
Sumali, raja Alengka, girang bukan kepalang. Putri cantiknya, Dewi
Sukesi, istri Resi Wisrawa, telah melahirkan. Empat anak sekaligus. Tiga
lelaki dan satu perempuan. Anak kesatu, kedua dan ketiga berujud
raksasa, dan yang bungsu berwajah tampan.
Anak pertama diberi nama Dasamuka, kedua Kumbakarna, ketiga perempuan Sarpakenaka dan yang bungsu Gunawan Wibisana, tampan.
Resi Wisrawa merasakan bahwa kelahiran anak-anaknya, selain anugrah
dewata, juga sebagai ‘hukuman’. Sebetulnya Resi Wisrawa sudah mempunya
putra yang bernama Prabu Danapati, yang sekarang menjadi raja di
Lokapala. Resi Wisrawa madeg pandita dan menyerahkan tampuk keprabon kepada Danapati.
Awalnya, Resi Wisrawa hanyalah sebagai duta anaknya untuk melamar Dewi
Sukesi. Setelah mengalahkan Patih Jambumangli, yang konon sakti luar
biasa, yang nampaknya juga ada hati dengan Dewi Sukesi, bertemulah sang
resi dengan sang dewi. Tetapi, Dewi Sukesi ada pemintaan lain, yaitu
kepingin dibabarkan rahasia Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu.
Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu adalah rahasia kadewatan.
Tidak boleh sembarang orang tahu. Akan tetapi, sejarah memang harus
tertulis, melihat keelokan Dewi Sukesi ternyata Sang Begawan ini bobol
juga sifat kapanditannya, lupa anak lupa lupa status. Dan, terjadilah,
wejangan wingit itu dibabar dalam suasana malam temaram yang
menghanyutkan.
Apa boleh buat, dua orang beda umur ini menjadi pasangan suami istri,
sementara Danapati di ujung sana hanya bisa mengurut dada, patah hati
yang justru disebabkan oleh orangtua sendiri.
Lanjut
cerita, setelah dewasa, atas petunjuk dewata, Resi Wisrawa
memerintahkan kepada keempat anak-anaknya untuk bertapa di Gunung
Gohkarno. Gohkarno adalah gunung yang terkenal keliwat angker. Sapa mara sapa mati. Masing-masing mengambil tempat yang terpisah. Tapa mereka ternyata menimbulkan gara-gara, goncangan hebat di kahyangan. Udan deres wor lesus kadi pinusus.
Syahdan, Batara Guru lalu mengutus Batara Narada untuk mencari tahu
sebab gara-gara ini dan dan dititah untuk menghentikannya. Wee, ternyata
ada empat orang manusia sedang tekun bertapa di hutan Gohkarno. Para
putra Resi Wisrawa.
‘Wis, wis ngger, aja diterus-teruske tapamu, ulun bakal paring nugraha
marang sira kabeh…’ demikian sabda Batara Narada kepada keempat putra
Wisrawa.
Dan inilah jawaban mereka.
Dasamuka: ingin menjadi orang yang sakti mandraguna, tidak ada orang
yang bisa mengalahkan sekalipun dewa, dan dapat terwujud semua yang
diimpikan.
Kumbakarna: ingin selalu dapat makan enak dan kenyang, dan dapat tidur pulas selama ia mau.
Sarpakenaka: ingin selalu dapat melampiaska libidonya yang hiperaktif. Nantinya Sarpakenaka akan bersuami banyak.
Gunawan Wibisana: ingin selalu dapat berpihak pada kebenaran, dan berani menyatakan kebenaran.
Batara Narada mengabulkan semua permohonan mereka, tetapi juga
mengingatkan, bahwa segala sesuatu selalu ada batasnya, dan segala
sesuatu mesti mengandung risiko, semuanya memerlukan pengorbanan.
Setelah itu keempatnya pulang.
Selanjutnya
Prabu Sumali mengangkat Dasamuka sebagai raja Alengka, karena Begawan
Wisrawa menolak menduduki tahta Alengka. Dan, dari saat itulah Prabu
Dasamuka atau Prabu Rahwanaraja memulai kehidupannya yang penuh onar dan
darah, dan juga cinta…
Tancep Kayon.
Kampung Setu, 14/2/13
(soemarno wirosasmito/http://filsafat.kompasiana.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar