Pelabuhan Merak dibangun sejak 1912 oleh Hindia Belanda melalui sebuah perusahaan pengelolaan kereta api (Staatsspoorwegen), setahun sebelum Pelabuhan Kamal dibangun 1913. Masa ini Pelabuhan Merak digunakan oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai pendukung jalur kereta api Tanah Abang (Jakarta) dengan Merak di Banten. Sampai pada masa Pasca Kemerdekaan, ketika nasionalisasi perusahaan asing digulirkan, pengelolaan Pelabuhan Merak diambil alih oleh Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) tahun 1959.
Menurut sebuah penelitian, dijadikannya Merak sebagai lokasi
pelabuhan, tidak terlepas dari dari beberapa pertimbangan; Pertama,
posisi Merak waktu itu jika dilihat dari ketersediaan sarana
transportasi sangat berdekatan dengan Pulau Sumatera dibandingkan dengan
daerah lainnya di pantai Utara di Pulau Jawa yaitu sejauh 105.79 Km
dari Pelabuhan Merak ke Pelabuhan Panjang.
Kedua, karena jarak yang dekat itulah maka otomatis jarak tempuh
menjadi semakin dekat. Pemerintah Hindia Belanda memandang hal ini
sebagai keuntungan dalam ekonomi maupun politik, misalnya untuk meredam
jika ada pemberontakan atau bentuk perlawanan lainnya;
Ketiga, keadaan geografis di Merak sangat memungkinkan untuk menjadi sebuah pelabuhan sebab secara alami didukung oleh palung laut serta adanya pulau-pulau yang dapat menahan hempasan ombak dari Samudera Hindia yang masuk ke Selat Sunda;
Keempat, secara politis lainnya Merak dapat menjadi tempat pengalihan terhadap aktivitas masyarakat pribumi agar tidak menumpuk di Pelabuhan Tanjung Priok;
Kelima, karena posisinya yang strategis maka Pelabuhan Merak dan Pelabuhan Panjang sekaligus merupakan tempat untuk memantau dan mangawasi aktivitas pelayaran yang melintas di Selat Sunda terutama kapal-kapal dagang yang merupakan saingan pemerintah Hindia Belanda. Hal ini mengindikasikan arti penting jalur ini. (https://beritacilegon.wordpress.com)
*Keterangan Foto: Kapal “Taliwang” yg tercatat dalam rintisan sejarah RI, sebagai alat perhubungan pertama menghubungkan Merak dan Panjang, 1952.
**Sumber: Dua Pelabuhan Satu Selat: Sejarah Pelabuhan Merak dan Pelabuhan Bakauheni di Selat Sunda Tahun 1912-2009, Andi Syamsu Rijal.
Ketiga, keadaan geografis di Merak sangat memungkinkan untuk menjadi sebuah pelabuhan sebab secara alami didukung oleh palung laut serta adanya pulau-pulau yang dapat menahan hempasan ombak dari Samudera Hindia yang masuk ke Selat Sunda;
Keempat, secara politis lainnya Merak dapat menjadi tempat pengalihan terhadap aktivitas masyarakat pribumi agar tidak menumpuk di Pelabuhan Tanjung Priok;
Kelima, karena posisinya yang strategis maka Pelabuhan Merak dan Pelabuhan Panjang sekaligus merupakan tempat untuk memantau dan mangawasi aktivitas pelayaran yang melintas di Selat Sunda terutama kapal-kapal dagang yang merupakan saingan pemerintah Hindia Belanda. Hal ini mengindikasikan arti penting jalur ini. (https://beritacilegon.wordpress.com)
*Keterangan Foto: Kapal “Taliwang” yg tercatat dalam rintisan sejarah RI, sebagai alat perhubungan pertama menghubungkan Merak dan Panjang, 1952.
**Sumber: Dua Pelabuhan Satu Selat: Sejarah Pelabuhan Merak dan Pelabuhan Bakauheni di Selat Sunda Tahun 1912-2009, Andi Syamsu Rijal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar