Rabu, 20 Mei 2015

Legenda Bulu Tengon


Konon, pada ribuan tahun silam terdapat sebuah desa yang terletak di sungai payan-anak sungai (long pujungan) yang di huni 80 KK dari masyarakat suku dayak, sub-etnis kayan dari puak Ma-Afan.
Di desa itu terdapat seorang tokoh yang sangat dihormati dan disegani bernama Ku Anyi sebagai kepala suku yang hidup dengan damai sejahtera. Namun, hingga masa tuanya, suami istri Ku Anyi belum juga di anugerahi keturunan, sehingga setiap saat Ku Anyi dan istri berdoa kepada yang maha kuasa dengan penuh kepasrahan. Ku Anyi setiap harinya dengan mata pencahariannya berburu menelusuri hutan belantara, gunung, dan bukit bersama anjing kesayangannya.
Alhsil, saat menelusuri hutan belantara tersebut, Ku Anyi mendengar suara aneh dan melihat anjjingnya menyalak dengan keras dan terus menerus ke arah serumpun bambu betung dan di sekitar itu juga terlihat sebutir telur di atas daun jemelai.
Karena hari sudah terlalu sore dan hasil buruan tidak kunjung di dapat, dengan rasa penasaran terhadap bambu dan telur yang ditemukannya, maka Ku Anyi membawanya pulang kerumah. Sesampainya di rumah, Ku Anyi memberikan bambu dan telur tersebut kepada istrinya, kemudian istrinya meletakkannya di atas para-para dapurnya.
Karena merasa lelah dan capek serta suasana pada malam itu sedang turun hujan lebat dan guntur yang cukup dahsyat, Ku Anyi dan istrunyya beristirahat, hingga akhirnya mereka tertidur dengan lelapnya.
Setelah keesokan harinya, Ku Anyi dan istrinya di bangunkan oleh suara tangis bayi yang cukup keras yang berasal dari arah dapur. Dengan rasa penasaran, mereka segera menghampiri sumber tangis bayi tersebut. Alangkah terkejutnya mereka melihat ternyata sumber tangis bayi itu berasal dari bambu betung dan teluryang ia bawa kemarin.
Setelah diamati ternyata bayi tersebut merupakan bayi laki-laki dan bayi perempuan, kedua bayi ini di anggap karunia dewa. Kemudian Ku Anyi memberikan nama Jau Iru yang artinya guntur besar  pada bayi laki-laki dan Lamlai Suri pada bayi perempuan.
Setelah mereka dewasa, Jau Iru dan Lamlai Suri di nikahkan oleh Ku Anyi. Kisah Jau Iru dan Lamlai Suri diabadikan dengan didirikannya monumen “Telor Pecah”. Monumen tersebut terletak di antara jalan sengkawit dan jelarai, yang mengingatkan kita tentang cikal bakal berdirinya kesultanan Bulungan.
Bulungan, berasal dari kata “Bulu Tengon” (bahasa bulungan), yang artinya bambu betulan. Karena adanya perubahan dialek bahsa Melayu maka berubah menjadi “Bulungan”.   
( Cerita Rakyat Bulungan/http://ndah-nduuyy.blogspot.com )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar