Selasa, 21 Juli 2015

Cakue Peneleh, kue tempo doeloe yang tetap ngangeni

Cakue Peneleh, kue tempo doeloe yang tetap ngangeniSiapa pun pasti mengenal kue khas asal China ini. Di China, cakue umumnya dinikmati sebagai pengganti sarapan. Di Indonesia, cakue lebih dikenal sebagai cemilan atau pendamping bubur ayam.
 Jika Anda mampir ke Surabaya, ada cakue yang sangat terkenal, bahkan disebut sudah menjadi legenda. Cakue Peneleh namanya. Cakue ini sudah ada sejak tahun 1988.
Apa yang istimewa dari cakue ini?
Tidak seperti cakue biasa yang disajikan polos, cakue ini diberi isian udang dan ayam. Cacahan daging ayam dan udang dimasukkan ke dalam belahan cakue, lalu cakue digoreng hingga kering dan renyah. Paling nikmat jika disajikan dengan saus pasangannya yang dibuat dari saus tomat, cuka, dan bawang putih.
Pemilik Cakue Peneleh, Tjio Ie Loe dan Kho Sioe Yan, awalnya hanya menjual cakue polos saja di pinggir Jl Peneleh, Surabaya. Pada tahun 1994, mereka mulai berinovasi dengan menambahkan cincangan udang dan ayam ke dalam cakue mereka. Ternyata, inovasi tersebut disukai pelanggannya. Cakue racikan mereka jadi semakin terkenal.
Kini Cakue Peneleh punya gerai sendiri di Pasar Atum Surabaya. Selain cakue, pembeli juga bisa membawa pulang berbagai makanan lain, seperti roti goreng, bika ambon, kompyang, onde-onde, ote-ote, angsle, dan ronde. Di bulan puasa, toko ini ramai oleh para pembeli yang ingin mempersiapkan kue-kue untuk buka puasa. Bagi mereka yang ingin menjadikan cakue ini oleh-oleh, bisa membeli yang setengah matang.
Fang Fang, putri bungsu Ie Loe mengatakan, ayahnya membuka toko di Pasar Atum sejak tahun 1990. Selain di Pasar Atum, mereka juga membuka cabang di Jl Pengampon, Surabaya. Di cabang Pengampon inilah cakue isi udang diracik. "Ayah membuat cakue di Pengampon, lalu dibawa ke Pasar Atum sini," ujarnya.
Cakue atau you tiao sendiri konon merepresentasikan protes masyarakat atas kekejaman Menteri Qin Hui pada masa Dinasti Song. Menteri tersebut memfitnah Jenderal Yue Fei yang menjadi tokoh patriotik pada masa itu. Masyarakat China mengatakan, orang jahat seperti Qin Hui dan istrinya seharusnya dipelintir lalu digoreng ke dalam minyak panas. Cakue menjadi lambang atas Qin Hui dan istrinya.
sumber: http://koranopini.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar