Sabtu, 01 November 2014

Topeng Monyet


Pada Oktober yang lalu, topeng monyet di pinggir jalan di Jakarta mulai dilarang. Alasannya penyakit yang berasal dari monyet, perlindungan binatang, dan menambah macet.

Kapan mulai topeng monyet di Indonesia? Menurut beberapa sumber, ada catatan tentang topeng monyet di dalam buku berbahasa Belanda pada abad ke-19. Topeng monyet umumnya dimainkan di Jabar dan Jatim, dan jarang di luar Jawa. Topeng monyet hampir punah pada 1980-an, namun muncul kembali. Dulu topeng monyet keliling kampung dan saat ini lebih fokus ke tempat peramaian di kota termasuk pinggir jalan.

Saya sendiri punya kenangan tentang topeng monyet. Waktu tinggal di Makassar pada tahun 1997, kami menikmati pertunjukan topeng monyet di halaman rumah saya. Anak-anak teman kami dipanggil dan bersama-sama nonton itu.


Saya melihat tukang topeng monyet yang lewat di depan rumah saya, dan minta main di halaman rumah saya. Saya kunjungi rumah tukang topeng monyet. Mereka berasal dari Jawa dan tinggal di rumah sederhana yang berlokasi bagian pusat kota Makassar waktu itu.

Di Jepang juga ada topeng monyet. Topeng monyet di Jepang sudah dikenal sejak abad ke-12, zaman Kamakura. Topeng monyet ini awalnya berfungsi sebagai seni syukuran atau seni sumbayan pada waktu Tahun Baru. Namun, lama ke lamaan, ini dimainkan kapan saja dan keliling dari kampung ke kampung.

Topeng monyet di Jepang pernah habis pada waktu pertumbuhan ekonomi tinggi, sekitar pertengahan tahun 1960-an. Memang, tukang topeng monyet memainkan itu untuk nafka hidup mereka. Namun, ada seorang folkloris, Mr. Miyamoto, menangkap arti dan makna khusus secara folkloristis di dalam topeng monyet, dan bergerak untuk menghidupkan kembali topeng monyet ini. Akhirnya, kelompok topeng monyet direhabilitasikan di Yamaguchi pada tahun 1978. Miyamoto mencoba kontak Pusat Kajian Monyet di Universitas Kyoto untuk memperdalam fungsi dan makna topeng monyet secara ilmiah.

Sambil melihat larangan topeng monyet di Jakarta, saya ingat sejarah topeng monyet di Jepang. Banyak hal-hal yang tradisional hilang di Jepang termasuk topeng monyet pada waktu pertumbuhan ekonomi tinggi. Indonesia juga demikian. Makin baik taraf hidup masyarakat, makin banyak pendapat untuk perlindungan binatang. Ini juga sama antara Jepang dan Indonesia.

Apakah ada upaya melihat dan meneliti topeng monyet dari segi ilmu budaya atau folklositis? Mungkin baik tukang topeng monyet maupun masyarakat hanya melihat topeng monyet sebagai alat penghasilan uang.

Topeng monyet di Jepang saat ini sudah cukup dikomersialisasikan dan menjadi kelompok hiburan profesional seperti Pasukan Monyet Nikko (Nikko Saru Gundan di dalam bahasa Jepang). Apakah jalan keluar seperti ini di Indonesia?

Di Jepang, tukang topeng monyet berasal dari kalangan paling bawah yang kena diskriminasi dari masyarakat lain. Mereka disingkirkan dari pekerjaan biasa dan terpaksa memainkan topeng monyet untuk hidup. Di Indonesia, sebenarnya siapakah tukang topeng monyet? Berasal dari mana?

Saya belum yakin apakah mereka juga berasal dari kalangan yang dilupakan dari masyarakat lain. Bersama ini, saya juga sedang pikir-pikir di mana ada arti dan nilai secara kultural dan folkloristis untuk menjaga tradisi topeng monyet di Indonesia. (http://indonesia-campur.blogspot.com/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar