Rabu, 12 April 2017

Kehidupan Remaja 1950-an

Nostalgia Suasana Kehidupan di Indonesia pada Tahun 1950 - 1980an
sekolah menengah Kartini Jakarta tempo 1950an



Pada 1950-an, di Jakarta belum banyak tempat hiburan seperti sekarang. Maklum, penduduknya baru sekitar satu setengah juta jiwa. Pulang sekolah tidak ada remaja yang berkeliaran ke mal dan supermarket seperti sekarang.

Memang pada tahun itu belum ada pusat perbelanjaan yang megah, yang ada hanyalah bioskop. Kalau filmnya bagus, harus rela mengantre untuk membeli karcis hingga keringat bercucuran.

Remaja putra di kampung bermain sepak bola. Hampir seluruh kampung di Jakarta punya perkumpulan sepak bola. Kompetisi sepak bola antarkampung selalu ada. Remaja putri ketika itu kerap membantu ibu memasak di rumah. Kala itu, pacaran sudah merupakan hal biasa. Remaja putra dan putri kerap nonton bareng di bioskop atau mengunjungi tempat hiburan. Mulanya saling menyapa. Kalau mendapat tanggapan positif maka akan berlanjut saling menghubungi.

Pacaran tempo doeloe tidak memerlukan doku banyak. Cukup membelikan karcis bioskop dan menraktir makan. Bakso dan siomay belum banyak dijual. Jumlah rumah makan Padang masih bisa dihitung dengan jari. Menraktir pacar biasanya dengan nyate atau makan soto mi. 


Remaja Jakarta 1950-an tidak berani berkeliaran memakai blue jeans atau celana ketat seperti sekarang. Gaya seperti itu tidak disenangi aparat dan dianggap bukan kepribadian Indonesia. Pakaian itu lebih menggambarkan tradisi barat. Kalau nekat memakai celana jeans maka harus berani menanggung risiko. Sering kali diadakan razia di jalanan oleh aparat. Aparat membawa botol. Bila tidak bisa dimasukkan ke ujung celana maka akan dipotong.

Bung Karno tidak suka dengan rambut gondrong yang meniru gaya grup musik The Beatles asal Inggris. Bahkan, dia menyerukan agar rambut gondrong diplontos. Polisi kerap menggelar razia rambut gondrong dengan membawa gunting. 

Kala itu, kemeja di Jakarta umumnya lengan putih dan berwarna polos. Pernah muncul baju koran dengan tulisan berita. Tapi, model baju pria ini tidak bertahan lama. Waktu itu celana impor seperti wol dan gabardine hanya dipakai orang berduit. Yang banyak dipakai remaja adalah kain lurik dijadikan celana yang kini sudah hampir menghilang. 

Sedangkan, para ibu masih memakai kebaya dengan kerudung. Istri ulama terkemuka kerap memakainya. Maklum, kala itu jilbab belum muncul. Rambut remaja putri ketika itu umumnya dikepang satu atau dua. Ada juga model rambut buntut kuda di bagian belakang kepala. Tidak jarang yang hanya dikonde. Kala itu banyak yang menggunakan konde dua yang oleh masyarakat disebut konde berunding.

Nostalgia Suasana Kehidupan di Indonesia pada Tahun 1950 - 1980an

Sedangkan, rambut pria banyak meniru gaya rambut bintang Hollywood, seperti Tony Curtis dan Rock Hudson. Keduanya adalah artis terkemuka era 1950-an. Model rambutnya tanpa belahan dengan jambul tinggi yang ditarik ke depan dan di kiri. Bagian kanannya disisir lurus ke belakang. Mereka kemudian memakai kacamata ray band.

Pada 1950-an, film Melayu banyak diputar di bioskop kelas bawah. Bintangnya yang terkenal adalah (alm) P Ramlee. Bintang Malaysia yang berasal dari Aceh ini berambut keriting. Para pemuda banyak yang meniru mode rambutnya. Ketika itu salon belum banyak. Pemuda banyak yang membuat rambut keriting di kaki lima.Cara mengeritingnya dengan menggunakan besi yang dipanaskan. Setelah didinginkan sebentar besi digunakan untuk menggulung rambut supaya keriting. 

Minyak rambut ketika itu bermerk Lavender, terbuat dari Vaseline pekat yang diberi wewangian. Tapi, banyak juga ibu-ibu yang menggunakan minyak kelapa untuk meluruskan rambut. Geng remaja banyak bermunculan. Di antaranya, adalah Geng Taratulu, Marabunta. Nama itu diambil dari film bala tentara semut produksi Hollywood. 

Di kampung-kampung, remaja membentuk geng, seperti Kwitang boys, sate boys yang kebanyakan berasal dari Madura, dan canary boys.Ada juga geng warga tangsi, seperti Berland di Matraman dan Geng Siliwangi di Lapangan Banteng yang kini sudah menjadi pertokoan. Sering kali geng-geng itu saling bentrok, terutama saat rebutan cewek. 

Pemuda Kwitang dan Kali Pasir yang dipisah Kali Ciliwung sering bentrok hanya gara-gara persoalan kecil. Perkelahian antarsekolah, apalagi antaruniversitas, belum terjadi. Belum ada juga tawuran dengan melempar batu, apalagi menggunakan senjata tajam. Main kerubutan dianggap tidak ksatria. Narkoba belum ada. Yang ada hanyalah ganja. Itu pun jumlahnya sedikit. Merek rokok yang terkenal adalah Commodore, Escort, Kansas produksi british American Tobacco (BAT), dan Lancer. 

artikel asli di http://www.republika.co.id/berita/ko...-remaja-1950an

Tidak ada komentar:

Posting Komentar