Minggu, 29 Maret 2015

Rudy Hartono: Sang Maestro Bulutangkis Indonesia


Oleh: Suharyani
Rudy Hartono Kurniawan lahir pada 18 Agustus 1949 di Surabya, Jawa Timur. Nama Rudy dalam bahasa China: Nio Hap Liang. Dia merupakan anak ketiga dari sembilan bersaudara yang lahir dari pasangan Zulkarnain dan Endang Suryaningsih. Dia memiliki dua orang kakak yang bernama Freddy Harsono dan Diana Veronica, serta memiliki enam orang adik. Rudy menganut agama Kristen Protestan. Orang tuanya tinggal di Jalan Kaliasi 49 (sekarang Jalan Basuki Rahmat), Surabaya, Jawa Timur dan bekerja sebagai penjahit pakaian pria dan mempunyai usaha pemrosesan susu sapi di Wonokromo, Jawa Timur.

Seperti anak-anak seumuran lainnya, Rudy kecil juga tertarik dengan berbagai macam olahraga. Sejak SD, terutama atletik dan renang. Pada masa SMP dia juga berkecimpung di olahraga bola voli dan pada masa SMA dia adalah pemain sepak bola yang handal. Tapi dari semua olahraga yang diikutinya, keinginan terbesarnya akhirnya hanya jatuh pada permainan bulutangkis. Pada usia 9 tahun, dia sudah menunjukkan bakatnya di bulutangkis. Tetapi, ayahnya baru menyadarinya ketika dia sudah berumur 11 tahun.

Sebelum itu, Rudy hanya berlatih di Jalan raya di depan kantor PLN di Surabaya yang sebelumnya dikenal dengan jalan Gemblongan. Dia berlatih hanya pada hari Minggu dari pagi hingga pukul 10 malam. Setelah merasa cukup, dia memutuskan untuk mengikuti kompetisi-kompetisi kecil di sekitar Surabaya yang pada masa itu hanya diterangi oleh lampu petromax. Setelah ayahnya menyadari bakat anaknya, maka Rudy kecil mulai dilatih secara sistematik pada Asoiasi Bulutangkis Oke dengan pola latihan  yang ditentukan ayahnya. Program kepelatihannya di tekankan pada empat hal utama yaitu: kecepatan, pengaturan napas, konsistensi permainan dan sifat agresif dalam menjemput target. Pada saat itu asosiasi tempat ayah Rudy melatih hanya mempunyai latihan di gudang gerbang kereta api di PJKA Karangmenjangan. Dia merasa bahwa tempat latihan ayahnya jauh lebih baik dari tempat latihan sebelumnya karena ruangan gedung telah memakai  cahaya lampu listrik sehingga dia tetap bisa berlatih dengan maksimal.

Setelah beberapa lama bergabung dengan grup ayahnya, akhirnya Rudy memutuskan untuk pindah ke grup bulutangkis yang lebih besar yaitu Rajawali Group yang telah banyak menghasilkan pemain bulutangkis dunia. Namun, setelah mendapat masukan ayahnya. Ia mengakui bahwa jika ingin kemampuan dan kariernya di bulutangkis meningkat maka dia harus pindah ke tempat latihan yang lebih baik. Oleh karena itu, Rudy lantas bergabung dengan Pusat Pelatihan Nasional untuk Thomas Cup di akhir 1965. Setelah bergabung dengan Pusat Pelatihan Nasional untuk Thomas Cup, kemampuannya meningkat pesat.

Rudy telah menjadi bagian dari Thomas Cup yang menang pada 1967. Setahun kemudian, di usia 18 tahun dia meraih  juara pertama di Kejuaraan All England mengalahkan pemain Malaysia, Tan Aik Huang dengan skor 15-12 dan 15-9. Dia kemudian menjadi juara di tahun-tahun berikutnya hingga 1974. Namun, nampaknya kedigdayaannya tidak berlangsung lama. Pada 1975, dia kalah dari Svend Pri. Tetapi, gelar juara All England dia rebut kembali pada 1976. Pada tahun yang sama, tanggal 28 Agustus setelah memperoleh gelar juaranya ke 8 dalam kompetisi  All England Rudy Hartono menikahi Jane Anwar dan di karuniai dua orang anak yaitu Christoper Hartono dan Chistine Hartini Kurniawan. Bersama tim Indonesia, Rudy menjuarai Thomas Cup pada 1970, 1973, dan 1976. Setelah absen selama dua tahun, dia tampil kembali pada Kejuaraan Dunia Bulutangkis II di Jakarta pada tahun 1980. Semula dimaksudkan sebagai pendamping, ternyata secara mengagumkan Rudy keluar sebagai juara. Berhadapan dengan Liem Swing King di final, pada usia 31 tahun dia membuktikan dirinya sebagai maestro tangguh. Dia dijuluki sebagai ‘Wonder Boy’, karena sampai saat ini belum ada satu pun atlet bulutangkis dunia yang mengalahkan rekor prestasinya dengan 8 kali menjuarai kompetisi bulutangkis tertua di dunia yaitu All England.

Berikut ini adalah daftar perstasi Rudy Hartono: Juara tunggal putra All England 8 kali (1968, 1969, 1070, 1971, 1972, 1973, 1974, dan 1976), Runner Up All England disektor ganda putra tahun 1971, Runner Up All England (1975,1978), Juara bersama  Tim Thomas Cup Indonesia 4 kali (1970, 1973, 1976, 1979), Runner Up bersama Tim Thomas 2 kali (1967,1982), Juara dunia Cup Championship 1980, Juara Denmark open 3 kali (1971, 1972, 1974), Juara Canadian open 2 kali (1969, 1971), Juara US Open 1969, Juara Japan open 1981, Juara cabang olahraga percobaan pada olimpiade 1972 di Munich. Selain itu, Rudy juga memperoleh banyak penghargaan dari dalam maupun luar negeri seperti Asian Heroes, Time Magazine tahun 2006, Tercatat dalam Guiness Book Of World Records tahun 1982, Olahragawan terbaik SIWO/PWI pada tahun 1969 dan 1974, IBF Distinguished Service Awards 1985, IBF Herbert Scheele Trophy 1986, Honorary Diploma tahun 1987 dari The International Committee’s “Fair Play”  Award, dan Tanda Kehormatan Republik Indonesia Jasa Utama.

Pada tahun 1971, Rudy Hartono pernah mencoba dunia akting dengan bermain di layar lebar bersama Poppy Dharsono dalam film yang berjudul “Matinya Seorang Bidadari”. Dan kemudian di tahun 1986, dia menerbitkan bukunya yang berjudul “Rajawali Dengan Jurus Padi” dalam bukunya tersebut Rudy menuliskan kisah perjalanan hidupnya.

Dan pada tahun 1982, Rudy Hartono menggantungkan raketnya sekaligus menutup masa keatletannya. Bahkan, pada tahun 1988 dia sudah tidak bisa lagi bermain bulutangkis walaupun hanya latihan ringan saja, dikarenakan operasi jantung yang telah dia jalani di Australia. Meskipun itu, Rudy tetap terlibat dalam olahraga yang dia tekuni semenjak kecil ini, walau hanya dari pinggir lapangan. Olahragawan terbaik SIWO/PWI tahun 1969 dan 1974 ini menjadi Ketua Bidang Pembinaan PB PBSI dalam kurun waktu 1981-1985 dibawah kepengurusan Ferry Sonneville. Selain itu, dengan materi yang dimilikinya, ditunjang oleh hubungan yang luas dengan banyak pengusaha, dan hasil kuliahnya di Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti Jakarta dia mengembangkan bisnis. Peternakan sapi perah di Sukabumi adalah awal mulanya dia bergerak dalam bisnis susu. Dia  juga bergerak dalam bisnis alat olahraga dengan mengageni merk Mikasa, Ascot, dan Yonex. Kemudian melalui Havilah Citra Foootwear yang didirikan pada tahun 1996, dia mengimpor berbagai macam pakaian olahraga. Selain itu, Rudy pun pernah menjadi pengusaha di merek Top 1. Dan berkat nama besarnya di dunia bulutangkis, United Nations Development (UNDP) menunjuk dirinya sebagai duta bangsa untuk Indonesia.

Rudy Hartono adalah salah satu orang yang sangat berkontribusi besar dalam mengharumkan nama Indonesia dimata dunia Internasional lewat permainan bulutangkisnya. Puluhan gelar telah dia dapatkan, bahkan belum ada atlet yang mampu menandinginya. Berbagai penghargaan dari Internasional juga pernah dia dapatkan. Rudy Hartono juga sukses mencetak pemain-pemain muda berbakat lainnya, seperti Alan Budi Kusuma yang sukses meraih gelar juara di Olimpiade Barcelona tahun 1992. Meskipun Rudy Hartono adalah seorang pembulutangkis yang hebat, dia tetap rendah hati dan tidak pernah bersikap sombong. (http://tamanbahasaindonesia.blogspot.com)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar