Minggu, 13 Juli 2014

Sebuah Nama Bongkaran

Asal usul nama Bongkaran, pelacuran kelas teri di Tanah AbangBongkaran. ©2013 Merdeka.com



Kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, beberapa hari belakangan menjadi sorotan. Penertiban PKL yang digagas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo ( Jokowi ) beserta Wakilnya Basuki T Purnama ( Ahok ) untuk mengurangi kemacetan di Jakarta mendapat dukungan dari berbagai kalangan.

Selain melakukan penertiban PKL, kini Jokowi - Ahok masih mempunyai pekerjaan rumah lainnya untuk melakukan pembenahan di kawasan Tanah Abang. Tidak jauh dari Stasiun Tanah Abang, tempat prostitusi kelas teri yang biasa disebut Bongkaran masih saja beroperasi hingga saat ini.

Seorang pedagang warung klontong, Roni (bukan nama sebenarnya) yang tak jauh dari lokasi esek-esek ini menceritakan kawasan Bongkaran memiliki histori yang panjang. Menurutnya, lokasi tersebut awalnya hanya sebuah tempat lokalisasi biasa dan dihuni oleh beberapa wanita penghibur saja.

"Dulu wanita penghibur di sini cuma sedikit. Tapi lama-lama banyak wanita pendatang yang mangkal. Terus ngebikin warung remang-remang di pinggir rel, sekarang jadi tempat bisnis," ujarnya saat berbincang dengan merdeka.com, Senin (12/8) malam.

Pria paruh baya ini mengatakan, penertiban tempat lokalisasi ini sudah berkali-kali dilakukan sejak tahun 80-an. Meskipun sering dilakukan pembongkaran, namun tetap saja kawasan tersebut kembali kusam dengan banyaknya hunian liar.

"Itu yang di pinggir rel sama yang di pinggiran Kanal Banjir Barat dari dulu sering dibongkar, tapi dibangun lagi, entar dibongkar lagi, terus dibangun lagi, begitu terus sampai beberapa tahun. Itu dia kenapa sampai sekarang dinamain Bongkaran," terangnya.

Tidak hanya itu, ia mengatakan, saat ini kawasan hiburan malam itu telah dilindungi oleh beberapa preman yang bergantung di lahan milik PT KAI ini. Menurutnya, mereka pun siap pasang badan jika memang ada yang mencoba merelokasi.

"Preman-premannya sudah banyak sekarang, suka minta jatah pengamanan soalnya. Kalau ada oknum saya sih gak berani sebut. Apalagi udah banyak juga yang dagang di pinggiran jembatan, ada juga hotel-hotel di dekat stasiun itu. Kalau enggak bayar preman enggak mungkin lah bisa bertahan," ungkap Roni.

Seperti diketahui, Pedagang kaki lima (PKL) Blok F Pasar Tanah Abang tak terima lapak dagangannya digusur oleh Satpol PP DKI. Mereka pun menuntut Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo ( Jokowi ) bertindak adil dengan turut menggusur area pelacuran Bongkaran, Tanah Abang.

"Urusan kedua itu nanti, rampungin PKL dulu, satu-satu dalam waktu yang sama enggak mungkin," kata Jokowi saat memantau Waduk Pluit, Jakarta, Senin (12/8/2013).

Mampukah Orang nomor satu di Pemprov DKI Jakarta Jokowi dan Ahok , menertibkan kawasan Bongkaran? Pastinya banyak warga akan menanti sepak terjang keduanya. (www.merdeka.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar