Jumat, 18 Juli 2014

Stasiun Kemijen

Menyusuri gang sempit di RT 2 RW 3, Kelurahan Kemijen, Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang, Jawa Tengah, tidak ubahnya seperti menyusuri perumahan kumuh yang umumnya terdapat di kota-kota besar. Selain minim cahaya, lorong selebar satu meter itu dibentengi deretan tempat tinggal yang berhimpitan.

Begitu mengamati lebih cermat, terdapat ciri yang cukup unik terhias di rumah-rumah tersebut. Ornamen bangunan kuno berupa tiang penyangga yang disertai besi lengkung, ventilasi berbentuk lingkaran, dan pintu yang melengkung di bagian atasnya.
Berbagai ornamen bangunan tersebut merupakan peninggalan sejarah dari Stasiun Samarang NIS (Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij). NIS merupakan perusahaan kereta api (KA) konsesi Belanda di Indonesia.
Ramelan (81), warga RT 2 RW 3 Kemijen yang juga pensiunan pegawai PJKA (nama PT KA dulu) mengakui, bangunan bekas Stasiun Samarang NIS sudah ditinggali warga ketika masa pendudukan Jepang di Indonesia. Tak heran, kawasan RW 3 Kelurahan Kemijen ini juga dinamakan Kampung Spoorlan (jalan kereta api).
Menurut Ramelan, stasiun Samarang NIS ini dulunya digunakan untuk KA barang dan KA penumpang. Dia mengakui, bangunan stasiun tersebut mirip dengan bangunan gedung Lawang Sewu yang juga merupakan kantor NIS.
"Stasiun ini sudah tidak difungsikan sejak Jepang masuk ke Indonesia. Makanya kemudian ditinggali oleh para pensiunan pegawai KA," kata lelaki yang sudah tinggal di kawasan ini sejak masa penjajahan Jepang.
Masnohadi (72), mantan kondektur KA mengaku, bangunan yang ditinggalinya sejak 1953 ini telah banyak dirombak sehingga hanya menyisakan sedikit ciri fisik sebuah stasiun. "Dulu masih banyak lubang ventilasi di dalam rumah ini, tetapi saya rombak agar angin yang masuk tidak terlalu besar," katanya.
Walaupun berada di Kemijen, Stasiun Samarang NIS beda dengan Stasiun Kemidjen yang didirikan jauh setelah bangunan ini. Selain dua stasiun tersebut, terdapat Stasiun Semarang Gudang di Kemijen.
Anggota Indonesian Railway Preservation Society (IRPS) Semarang, Tjahjono Rahardjo, mengatakan, didirikannya Stasiun Samarang NIS menandai dibukanya jalur Semarang-Tanggung (Grobogan) yang resmi dioperasikan pada 10 Agustus 1867. Jalur tersebut melintasi empat stasiun, yaitu Samarang NIS, Alastuwo, Brumbung, dan Tanggung. "Stasiun tersebut selesai dibangun menjelang pengoperasian jalur," kata Tjahjono.
Jalur Semarang-Tanggung merupakan jalur KA pertama di Indonesia yang dibangun NIS sebagai bagian awal dari jalur Semarang-Solo-Yogyakarta. Belanda membangun jalur tersebut agar bisa mengangkut hasil bumi, berupa kopi, tembakau, teh, dan gula menuju pelabuhan.
Berdasarkan foto-foto Indonesia koleksi Koninklijk Instituut voor Tal-Land-en Volkenkunde (KITLV), Tjahjono mengungkapkan, Stasiun Samarang NIS ini adalah stasiun pertama di Indonesia karena merupakan stasiun yang pertama kali dibangun oleh NIS, yang juga perusahaan KA pertama di Indonesia. Stasiun Samarang NIS ini pun lebih dulu berdiri dibanding Stasiun Tawang yang selesai dibangun tahun 1914.
Jalur Semarang-Tanggung juga mendahului jalur-jalur KA lainnya di Indonesia, seperti Jalur Semarang-Juwana, Semarang-Cirebon, dan Jakarta-Bogor. Semua jalur tersebut dibangun pada masa Gubernur Jenderal LAJW Baron Sloet Van Beele.
Tjahjono mengakui, bangunan Stasiun Samarang NIS memang sulit untuk dilacak. Kendati demikian, jejak bangunan tersebut masih terekam di peta Semarang tahun 1866. "Tidak banyak masyarakat yang mengetahui bangunan tersebut karena hilang dan terabaikan," katanya.
Sebagai sebuah bangunan cagar budaya, Stasiun Samarang NIS mungkin sudah tak berbentuk. Namun, sejarah dan kenangan terhadap stasiun tersebut tidak akan lenyap ditelan masa. (regional.kompas.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar