Sabtu, 02 Agustus 2014

Keumamah, "Makanan Perang" dari Aceh

KeumamahKuliner khas Aceh ini bernama Keumamah, terbuat dari ikan tongkol yang yang sudah dicincang kemudia n dikeringkan.
Ikan yang sudah dijemur ini kemudian disebut ikan kayu. Ikan kayu, dalam bahasa Aceh disebut eungkot keumamah, yang berarti ikan tongkol yang diiris kecil-kecil seukuran dua jari sebelum dijemur.
Pengeringan secara alami ini bisa dilakukan selama seminggu atau lebih agar ikan menjadi kaku dan kenyal. Agar lebih tahan lama, keumamah dilumuri tepung tapioka atau digoreng.
Keumamah adalah makanan khas Aceh yang bisa dimakan begitu saja. Namun, agar lebih nikmat, sebaiknya ia dimasak atau digoreng terlebih dahulu untuk kemudian dijadikan teman makan nasi.
Untuk membuat keumamah tidaklah sulit. Sediakan ikan tongkol yang segar dan berukuran sedang atau besar.
Setelah dibersihkan, agar tak luluh ikan yang direbus dalam kuali besar kemudian dicampur dengan daun belimbing atau daun nangka. Dedaunan ini akan menimbulkan keharuman tersendiri.
Setelah masak, kepala ikan lantas dibuang. Tapi sebelum dijemur, perciki dulu ikannya dengan sedikit minyak goreng agar dagingnya tidak terpecah.
Sinar matahari yang terik membuat keumamah cepat kering, tidak berbau, dan akan membuat tulangnya bisa dimakan karena empuk seperti ikan sarden.
Keumamah sendiri terbagi dalam dua pola masak. Kedua pola tersebut adalah keumamah tumeh (tumis) dan keumamah leumak (lemak). Keduanya tidak saja menghasilkan perbedaan rasa, tetapi juga perbedaan tingkat ketahanan atau keawetan.
Di Aceh, khususnya Banda Aceh, banyak warung yang menyediakan makanan khas yang lezat ini.
Bumbu keumamah tumis cukup sederhana, bahan dasar yang dipergunakan hanya minyak goreng, bawang merah, cabai hijau dan sedikit cengkeh.
Sedangkan rasa pedas dan asam manis dihasilkan dari bumbu yang merupakan hasil campuran garam, jeruk nipis, asam sunti, cabai rawit, serta kunyit.
Sejarah makanan ini juga terkait dengan daya tahan yang dimiliki keumamah. Karena mampu bertahan lama, kuliner ini menjadi logistik khusus pasukan Aceh saat berperang melawan Belanda enam abad silam.
Keumamah menjadi pengganjal perut pejuang yang bergerilya dari satu lokasi ke lokasi lain.
Di samping keumamah tumis, keumamah lemak juga sudah dikenal lama di Aceh. Serupa keumamah tumis, kekuatan masakan kuah khas Aceh ini terletak pada santan.
Meracik kuah ini juga tidak rumit. Bahan dasarnya lebih dodominasi oleh sayuran, seperti kunyit, cabai hijau, dan jagung setengah matang yang sudah dipotong sebesar 3 cm. Setelah itu barulah ikan kayu ini dicampur ke dalam kuah khas Aceh ini.
Keumamah lemak banyak tersebar di rumah-rumah makan di bumi Serambi Mekkah. Namun demikian, ada sentuhan berbeda yang dilakukan oleh Rumah Makan Spesifik Aceh dibanding rumah makan lain.
Di sini, keumamah lemak dicampur dengan telur bebek. Setelah dicampur ke dalam kuah, agar tak pecah, telur bebek tidak lagi diaduk. Telur bebek hanya dicelup ke dalam kuah selama lima atau tujuh menit. Setelah itu, keumamah lemak pun siap disajikan.
Berbeda dengan keumamah tumis, keumamah lemak tidak memiliki tingkat keawetan. Makanan yang dihargai Rp.15 ribu per porsi ini hanya mampu bertahan satu hari saja. Sudah terbayang kelezatan kuliner ini bukan?
Sumber tulisan Wartanews dan foto peunajoh.tumblr.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar