Ketika terdengar kata Madura, tak jarang persepsi yang muncul adalah kekerasan, dengan tragedi carok yang ada seakan menutupi aroma Madura secara kesuluruhan, seakan Madura tidak punya dimensi lain yang perlu dibicarakan selain bad image itu.
Saya peribadi selaku orang Madura tidak menyalahkan akan adanya persepsi itu, karena tidak mungkin persepsi itu ada tanpa adanya realita. Cuma yang perlu saya garis bawahi adalah, tidak tepat rasanya jika persepsi itu harus menjadi identitas orang Madura secara keseluruhan.
Celurit Baja atau Celurit Emas? itu adalah pernyataan(dalam bentuk pertanyaan) Budayawan Madura “D Zawawi Imron” yang sekarang sudah menjadi budayawan Nasional. pernyataan itu saya dengar ketika beliau mengisi acara seminar nasional digedung serbaguna Pamekasan. pada waktu itu beliau masih menyandang predikat budayawan Madura, belum menjadi budayawan Nasional.
Ditengah kehangatan pembicaraannya mengenai tema seminar waktu itu “Gerbang Salam Formulasi ataukah Formalisasi?” beliau tidak lupa menanggapi pradigma yang lagi berkembang dimasyarakat luas soal Madura (carok / kekerasan)
Ketika anda membaca judul ini(Celurit Baja atau Celurit Emas? ) mungkin anda sudah paham bahwa yang dimaksud Celurit Baja adalah kekerasan atau carok. Sedangkan yang dimaksud celurit emas adalah sopan santun atau akhlakul karimah. Dengan segala macam keterbatasannya, masyarakat Madura sejak dulu punya identitas sopan santun yang baik.sebuah identitas yang merupakan warisan leluhur atau nenek moyang.
Ada satu pesan cerita yang menarik dari Pak Zawawi waktu itu. Ditengah kesuksesannya ia menjadi seorang budayawan terkenal, ia katanya pernah dititipi pesan oleh Bapaknya, kurang lebih pesannya seperti ini bakna mangkat deemaah baih Nak, se penteng sengko nitipeh sittung jak sampek andhek eporop kalaban apa beih, tekkaah la eporopah kalaban berlian otaba emas: akhlakul karimah . Kalau diartikan dalam bahasa Indonesia artinya seperti inikamu boleh pergi kemanapun Nak, yang penting saya nitip satu jangan sampai mau ditukar dengan apapun, bahkan ditukar dengan berlian atau emas sekalian yaitu akhlakul karimah.
Singkat oretan , pesan yang terkandung dalam tulisan ini adalah mengandung dua hal penting, pertama: buat orang Madura sendiri, ditengah menjalarnya pradigma masyarakat akan Madura tentang kekerasan, masyarakat Madura sendiri dikasih pilihan, mau celurit baja atau emas? Dan yang kedua: buat masyarakat diluar Madura, ini hanya sekedar refleksi dan amanat sejarah yang perlu kami jaga dan sampaikan kepada khalayak. Warisan sikap sopan santun yang baik merupakan bagian warisan terpenting yang tidak boleh berhenti ditengah jalan.
Demikian sedikit ulasan singkat ini, apabila ada hal-hal yang kurang berkenan, saya minta maaf. Saya selaku penduduk asli Madura, melalui tulisan ini, sama sekali bukan bermaksud untuk membentuk brand image Madura melalui tulisan tinta, satu kali lagi ini amanat mulia yang perlu kami jaga. (http://achsuryadi.blogdetik.com/2012/07/13/celurit-baja-atau-celurit-emas/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar