Selasa, 08 Juli 2014

Budaya Konsumsi Arak di Bali


Budaya minum minuman keras memang sudah ada sejak dulu, tidak hanya di Bali, di Indonesia, bahkan di seluruh belahan dunia mengenal apa yang disebut dengan minuman keras. Khususnya di Bali sendiri dikenal berbagai jenis minuman keras tradisional. Minuman keras tersebut biasanya terbuat dari aren yang memang banyak dihasilkan masyarakat setempat, seperti tuak dan arak. Karangasem sabagai salah satu Kabupaten yang terdapat di Bali merupakan salah satu daerah yang sangat kental akan kebiasaan minum minuman keras, bahkan kebanyakan orang Bali memiliki stigma bahwa minuman keras tidak dapat lepas dari daerah Karangasem. Sebagai bukti jika ada yang bertanya tentang tempat penghasil minuman keras terbaik pasti yang ada di pikiran orang adalah daerah Karangasem, begitu pula jika ada yang melihat orang yang tidak dikenal sedang mabuk- mabukan orang akan beranggapan bahwa itu adalah orang Karangasem.

Tepatnya di Dusun Merita, Desa Merita, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem Bali, merupakan kampung produsen arak Bali. Produksi minuman keras di Indonesia umumnya dilarang, namun berbeda dengan yang ada di Bali. Selain dikonsumsi untuk minum dan sebagai bagian dari sesajen upacara keagamaan, arak Bali juga diyakini dapat dijadikan obat boreh atau penghangat untuk menghilangkan rasa gatal.
Asal muasal warga Merita bisa memproduksi arak tidak diketahui secara pasti. Tapi mereka mendapatkan secara turun temurun dari nenek moyang terdahulu. Dan pekerjaan tersebut menjadi pilihan warga setempat, karena sulitnya lapangan pekerjaan di daerah tersebut yang tergolong kering dan gersang. Diperkirakan tradisi membuat arak di Merita telah berlangsung sejak tahun 1700-an. Pembuatan arak juga erat kaitannya dengan kepercayaan masyarakat setempat yang meyakini adanya Dewa Bagus Arak Api yang menghuni daerahnya. Sehingga tradisi pembuatan arak didaerah tersebut sulit dihilangkan. Bahkan ada rumor jika ada peminum yang mencemooh hasil arak produksinya, maka akan mendapatkan bencana.
Dengan keyakinan itulah maka masyarakat Dusun Merita terus mempertahankan tradisi leluhurnya untuk memproduksi arak, disamping alasan ekonomi.
Arak adalah sejenis minuman yang mengandung alkohol dengan berbagai golongan terutama etanol (CH3CH2OH) dengan kadar tertentu yang mampu membuat peminumnya menjadi mabuk atau kehilangan kesadaran jika diminum dalam jumlah tertentu. Secara kimia alkohol adalah zat yang pada gugus fungsinya mengandung gugus–OH. Alkohol diperoleh dari proses peragian zat yang mengandung senyawa karbohidrat seperti gula, madu, gandum, sari buah atau umbi-umbian. Jenis serta golongan dari alkohol yang akan dihasilkan tergantung pada bahan serta proses peragian. Dari peragian tersebut akan didapat alkohol sampai berkadar 15% tapi melalui prosesdesti lasi memungkinkan didapatnya alkohol dengan kadar yang lebih tinggi bahkan sampai 100%. Ada 3 golongan minuman berakohol yaitu:
Golongan A; kadar etanol 1%-5% misalnya dan tuak dan bir
Golongan B; kadar etanol 5%-20% misalnya arak dan anggur
Golongan C; kadar etanol 20%-45% misalnya whiskey dan vodca.

Di Bali sendiri minuman keras dibuat dari bahan aren. Aren ini kemudian difermentasikan dengan cara tradisional maka didapatlah tuak, dengan cara destilasi (penyulingan). Dapat juga dibuat dari beras atau beras ketan melalui proses pentapean. Jika tuak ini diolah maka akan diperoleh minuman dengan kadar alkohol sampai 15% yang kemudian dinamakana arak.
Arak dengan kadar alkohol yang lebih tinggi sering disebut dengan nama arak api, disebut demikian kerena jika arak ini disulut dengan api maka akan langsung terbakar.

Di Bali, arak merupakan satu jenis minuman yang digunakan sebagai sajian (tabuhan) bersama-sama dengan brem dan tuak pada upacara adat dan keagamaan. Disamping itu arak juga di sajikan sebagai hidangan khusus bagi orang dewasa. Arak nomor satu biasanya dipakai sebagai jamu obat kuat dalam bentuk arak ramuan atau arak base dan campuran obat luar yang biasa disebut boreh untuk mengatasi rematik dan gatal-gatal. Umumnya orang tidak berani meminum arak nomor satu tanpa campuran minuman lain. Kadar alkohol arak nomor satu sangat tinggi, kira-kira lebih dari 40 %.Untuk pesta minum, orang biasanya memilih arak kelas/nomor dua, itu pun sering dicampur dengan madu (arak madu), coca-cola (arak kuk), es batu (arak es), atau air jeruk. Arak kelas tiga biasanya dipakai untuk arak tabuh, salah satu elemen penting dalam setiap ritual Hindu di Bali. Pembuat arak di Merita sangat percaya dengan kekuatan Dewa Arak Api atau biasa disebut Ida Bhatara Arak Api yang berstana di sebuah pura keluarga atau dadia yang bernama Njung Pura. Setiap upacara atau Ngusaba Dangsil yang jatuh pada Purnama Kaenam (sekitar Desember) dan Ngusaba Ayu pada Purnama Kadasa (sekitar pertengahan Maret) menurut perhitungan kalender Bali, Ida Bhatara Arak Api diiring atau diundang ke Pura Desa. Pembuat arak akan menghaturkan sesajen khusus dan melakukan persembahyangan bersama di hadapan Ida Bhatara Arak Api, memohon berkah dan perlindungan agar produksi arak tetap lancar di Merita.Warga akan menghaturkan canang, sesajen khusus, di atas pelangkiran (tempat menaruh sesajen) di dapur dan di atas tungku untuk memohon perlindungan dan berkah Ida Bhatara Arak Api. “Setiap rehaninan (hari-hari penting), seperti Purnama, Tilem, Kajengkliwon, Anggar Kasih.

Mumpunin adalah istilah lokal untuk proses menyuling tuak menjadi arak, minuman beralkohol yang sangat populer di Bali. Dari 400 kepala keluarga yang menghuni dusun yang terletak dikaki Gunung Agung tersebut, hampir semuanya bekerja sebagai pembuat arak. Di Dusun Merita, ratusan liter arak diproduksi tiap harinya. Biasanya produksi arak bersifat musiman yakni selama musim kemarau, karena saat itu bahan baku berupa air tetesan dari ranting buah pohon lontar yang banyak tumbuh di daerah setempat.
Dalam proses pembuatan arak Bali, masyarakat di Dusun Merita ini, tidak menggunakan peralatan moderen dan
canggih. Melainkan diproses secara tradisional dan sederhana. Yakni menggunakan air tuak pohon lontar yang diambil dari kebun atau, masyarakat setempat juga membeli air tuak dari warga desa tetangganya. Seperti dari Desa Tianyar dan Muntigunung. Harga untuk satu jerigen berisi 20 liter dibeli seharga Rp 7.500.
Air tuak tersebut kemudian direbus selama lebih kurang 5 jam dengan tehnik penyulingan. Tuak ditempatkan dalam kaleng minyak bekas yang ditaruh diatas tungku api. Uap dari air tuak yang mendidih disalurkan menggunakan pipa yang terbuat dari bambu yang dihubungkan ke jerigen penampungan.
Hasil penyulingan inilah yang menjadi arak. Dari 24 botol air tuak hanya menghasilkan 2 botol tuak kelas satu atau kualitas terbaik dengan kadar alkohol paling tinggi. Namun diproduksi juga tuak kualitas 2 dan 3 dengan proses penyulingan yang lebih lama sehingga menghasilkan uap lebih banyak namun kadar alkoholnya rendah.
Sebotol arak jadi dijual dengan harga bervariasi. Untuk kualitas nomor satu, harganya lebih mahal dibandingkan dengan kualitas nomor dua atau kelas tiga. Namun harga tersebut bisa berubah tergantung kondisi kesediaan bahan bakunya.
Setiap satu kali proses penyulingan tidak selalu akan mendapatkan arak kelas satu. Kadangkala meski merebus tuak hingga empat jam, hasil yang didapat adalah arak kelas dua. “Mendapatkan arak api kelas satu juga tergantung rejeki dan anugerah dari Ida Bhatara Arak Api.
Untuk pemasarannya, warga Merita tidak perlu mendistribusikannya keluar kampung, karena banyak pembeli yang datang langsung ke kampung tersebut. Alasannya selain menghemat biaya pemasaran juga untuk menghindari berurusan dengan aparat berwajib.
Proses membuat arak secara tradisional juga bisa ditemui di beberapa tempat di Kecamatan Sidemen, Karangasem. Berbeda dengan arak Merita yang umumnya disuling dari tuak ental (lontar/siwalan), di Sidemen kebanyakan proses penyulingan arak menggunakan bahan baku tuak nyuh (kelapa).

Kebiasaan masyarakat mengkonsumsi Arak di daerah Karangasem memang sudah ada sejak lama, bahkan bisa dibilang sudah turun temurun. Kebiasaan ini dapat dilihat dari adanya acara khusus yang dilakukan warga saat selesainya mengadakan upacara selamatan ataupun upacara yang menandakan hari baik seperti setelah upacara metatah (potong gigi), pernikahan, atau menek bajang dan mecaru. Acara ini sebagai perayaan kebahagiaan selain sebagai simbolis terhadap adanya rasa penghormatan terhadap para tamu yang hadir serta adanya hubungan kemasyarakatan yang terjalin dengan erat. Biasanya acara minum dilakukan secara berkelompok dengan duduk melingkar dimana arak diminum secara bergilir pada sebuah cangkir kecil yang disebut dengan sloki.
Acara minum ini terbagi biasanya terbagi atas dua kelompok, yang pertama yaitu kelompok orang tua dimana pada kelompok ini seseorang yang dianggap dihormati akan diberi kesempatan untuk minum terlebih dahulu, sedangkan pada kelompok kedua adalah kaum remaja dimana yang diberi kesempatan minum adalah pria yang baru saja diupacarai. Pada pesta pernikahan mungkin ini tidak akan menjadi begitu bermasalah, namun pada upacaram etatah dan menek bajang, yang diupacarai serta tamu yang datang rata-rata masih berusia 13-15 tahun dimana mereka belum terbiasa minum atau bahkan belum pernah minum sebelumnya.
Bagi para pria yang diupacarai ataupun keluarga dari orang yang mengadakan upacara, minum minuman keras bersama para tamu adalah suatu kewajiban moral, karena ada anggapan bahwa jika tuan rumah tidak ikut minum bersama para tamu, merupakan sesuatu yang tidak etis atau bahkan yang lebih buruk akan dituduh telah memberikan racun atau yang di Bali dikenal dengan cetik pada makanan dan minuman yang telah disuguhkan bagi para tamu, sehingga mau tidak mau mereka pasti ikut arak, tidak peduli apakah oaring tersebut sudah terbiasa minum atau tidak. Begitu pula dengan tamu yang hadir. Pada acara metatah dan menek bajang tentu yang diundang juga berasal dari teman-teman orang yang diupacarai yang rata-rata masih berumur 13-15 tahun dimana mereka sebelumnya belum pernah minum arak, namun karena desakan teman-temannya maka mereka biasanya ikut-ikutan dan mulai terbiasa, sehingga secara tidak langsung budaya ini ikut mempengaruhi penyebaran kebiasaan minum-minuman keras.
Bagi mereka yang sering minum, acara minum bahkan dilakukan hampir setiap
hari dan biasanya dilakukan pada saat sore setelah mereka pulang dari bekerja. Minum- minuman keras ini dilakukan dari pukul 17.30 sampai 22.00 dan dilakukan sambil megenjekan, tempat mereka minumpun tidak tanggung-tanggung, mulai dari banjar, pos kamling, sampai jalan-jalan sepi mereka duduki dengan santai seolah jalan tersebut milik mereka, hal ini mengganggu ketertiban umum sehingga tidak jarang menimbulkan ketegangan yang berujung pada perkelahian.

Sebenarnya minum minuman baralkohol baik jika diminum pada disis yang kecil pada saat-saat tertentu, misalnya saat cuaca dingin atau sehabis makan daging kerena kemampuan alkohol untuk meningkatkan metabolisme serta suhu tubuh, naman selain itu selebihnya alkohol malah disalah gunakan sehingga yang muncul lebih banyak adalah dampak negatif ketimbang dampak positifnya. Dampak negatif yang ditimbulkan akibat minum minuman keras di daerah Sidemen antara lain:
Jika dilihat dari segi kesehatan, kebiasaan minum minuman keras tentu akan berdampak negatif terhadap kesehatan, begitu pula dengan di Sidemen. Peminum biasanya menampilkan ciri fisik yang berbeda dari orang biasanya, perut bagian bawah (sisikan) mereka terlihat buncit sedangkan tubuh mereka sendiri kurus, menurut penuturan orang di daerah tersebut, hal itu kerena mereka minum tuak terlalu sering minum tuak berlebihan. Selain itu mereka memiliki kantung mata hitam akibat terlalu sering bagadang. Hal tersebut baru yang terlihat dari luar, belum penyakit-penyakit lain yang juga ditimbulkan akibat kebiasaan minum minuman keras, antara lain penyakit hati, jantung, dan otak.
Akibat begadang minum sampai larut malam maka tentu tubuh mereka akan lemas sehingga tidak ada semangat untuk bekerja padahal mereka membutuhkan uang untuk hidup dan membeli alkohol tentunya, begitu pula bagi yang masih sekolah, di sekolah akan mengantuk dan tidak konsentrasi terhadap pelajaran. Sehingga secara tidak langsung kebiasaan minum ini berdampak pada ekonomi serta tingkat pendidikan mereka yang rendah.
Jika dilihat dari segi sosial, kebiasaan minum minuman keras ini banyak menimbulkan masalah. Seperti misalnya perkelahian, ketidaknyamanan orang yang tinggal di sekitarnya, serta penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Selain itu minuman keras juga biasanya menjadi penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah.

Arak di Bali terutama di daerah Karangasem selain sebagai minuman untuk dikonsumsi, arak juga sangat penting untuk upacara ritual keagamaan. Karena di setiap upacara keagamaan apapun,arak sangat penting. Misalnya : upacara pernikahan ( pewiwahan ), upacara metatah (potong gigi), atau menek bajang dan upacara mecaru. Upacara Mecaru bisa juga disebut Butha Yadnya, ini adalah suatu upacara untuk menjaga mengharmoniskan hubungan antara manusia dengan alam lingkungan sekitarnya, sementara caru sendiri arti nya cantik atau harmonis (kitab Samhita Swara). Arak biasanya dipakai untuk arak tabuh, salah satu elemen penting dalam setiap ritual Hindu di Bali.Arak di aturkan atau dihidangkan untuk para buta-kala yaitu para roh-roh jahat. (http://bugbugap.blogspot.com/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar