Barang siapa mendengar kata ‘Banten’ pasti akan terniang dengan kesan pendekar silat, jawara yang menguasai wilayah pasar, dan kesan ilmu magis seperti santet dan pelet. Lebak sendiri merupakan merupakan daerah Banten yang terkenal dengan Kejawaraannya, biasanya setiap kampung dikuasai oleh tokoh masyarakat yang disebut Jawara, Jawara itu merupakan tokoh masyarakat yang mempunyai peran penting kehadirannya ditengah masyarakat. Sosoknya digambarkan dengan pendekar yang mempunyai keahlian memainkan golok. Lebak juga terkenal dengan kesan mistis yang menyelimutinya, ada daerah Lebak, salah satunya adalah daerah Baduy yang sudah hampir semua orang tau, dimana masyarakatnya masih memegang teguh tradisi. Banyak sebenarnya daerah di Lebak yang masih tradisional dan terkenal dengan wilayah mistisnya.
Saya akan bercerita saat pertama kali menetap di kampung Siangin, yaitu satu desa sebelum kampung Sitoko dimana saya mengajar. Saya menginap untuk pertama kalinya dirumah kepala Sekolah. Saat makan malam bersama kami membahas makanan yang kami makan. Bahwasanya isteri kepala sekolah tidak pernah makan daging seumur hidupnya. Pikiran dalam hati kemudian menerawang jauh, wah mungkin sang isteri kepala sekolah mengamalkan sebuah ilmu gaib sehingga mempunyai pantangan tertentu. Adapaun ikan isteri beliau masih mau memakannya tetapi hanya ikan-ikan tertentu dan harus hasil pancingan di kali. Jika bukan hasil pancingan hasil sendiri dari sungai sang isteri tidak akan memakannya. Diceritakan Pernah suatu ketika sang isteri pernah diberikan ikan dari pasar kemudian bapak kepala sekolah mengatakan kalau ikan tersebut hasil dapat dari sawah. Saat disajikan ditempat makan sang isteri cuma memegang ikan tersebut dan diam sesaat kemudian mengatakan ini ‘ikan dari pasar, jangan membohongi saya’ kemudian sang isteri diam dan tidak memakan ikannya itu.
Saya awalnya menduga bahwa banyak dari orang-orang di Lebak ini yang suka melakukan amalan untuk mendapatkan sesuatu, misalnya kekebalan. Kesan mistis tersebut menyelimuti ketika pertama kali menginap di kampung Ciangin, Lebak ini. Ciangin dikatakan sebagai pusatnya angin bertiup oleh karena itu disebut Ciangin, disini pula katanya banyak benda-benda mistis yang dikirim melalui angin yang menyebar. Percaya atau tidak percaya kesan itulah yang pertama saya dengar ketika pertama kali menginap di kampung ini sebuah daerah di Lebak.
Kepala Sekolahpun sering mengulang-ngulang cerita pada malam itu kalau setiap guru yang akan kesekolah mereka biasanya membawa golok/Pisau, cerita itu menambah kesan kejawaraan tentang Lebak. Pada malam itu juga saya melihat kepala sekolah mengeluarkan sebilah golok dari tasnya dan menunjukan kepada saya. Beliau menyampaikan kepada saya untuk jangan takut, karena biasanya setiap orang bahkan anak kecil sekalipun biasa membawa senjata, tidak seperti dikota yang dilarang membawa senjata tajam, di desa ini sudah menjadi kebiasaan setiap orang untuk menenteng golok dipinggang.
Perjalanan dari kampung Siangin menuju ke sekolah yang berada di kampung Sitoko kira-kira ditempuh satu jam dengan kendaraan, Kepala sekolah mengatakan kepada saya bahwa hambatan untuk mencapai sekolah biasanya ada saja, sehingga golok ini diperlukan, misalnya ketika diperjalanan ada tangkal kayu yang menghalangi, maka sebilah golok ini akan membantu untuk menyingkirkan kayu tersebut. Lain halnya ketika dalam perjalanan dan melewati kebun pribadinya, ketika melihat ada buah yang matang seperti pisang biasanya golok ini dipakai untuk mengambil dan memetik buah yang sudah panaen. Selain menjadi Guru biasanya pekerjaanya adalah menjadi petani, golok yang bisa dibawa kesekolah biasanya juga digunakan selepas pulang sekolah untuk mencari kayu bakar dan kemudian dibawa pulang kerumah. Golok merupakan alat kebutuhan sehari-hari sehingga harap dimaklumi kalau nantinya saya melihat banyak orang yang menenteng golok. (http://indonesiamengajar.org/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar