Senin, 29 September 2014

Klewang, Sang Raja Geng Motor Pekanbaru






KLEWANG merupakan penyebutan bagi senjata sejenis pedang atau parang yang panjang. Namun dalam sepekan ini sebutan Klewang di Kota Pekanbaru, Riau, merujuk pada sosok orang yang sangat menakutkan.

Klewang alias Anto Klewang alias Mardijo mendadak namanya melambung seantero Indonesia bak top selebritis. Kakek dengan enam orang anak dan dua cucu, kelahiran Brebes, Jawa Tengah, 15 Maret 1955 itu dituding sebagai otak dari aksi brutal geng motor di Pekanbaru.

Tidak main-main. Polresta Pekanbaru menimpakan berbagai macam tuduhan kejahatan terhadap si kakek yang sudah terkena penyakit stroke ringan tersebut. Mulai dari pengeroyokan, penganiayaan, perampokan, pemerkosaan, perampasan, hingga otak perencana aksi kekerasan geng motor.

Saat ditemui di tahanan Polresta Pekanbaru, Selasa (14/5), Klewang dengan nada lemas membantah semua tuduhan itu.

”Semua itu tidak benar. Tidak ada itu,” ucap Klewang kepada Media Indonesia dengan mulut yang timpang ke samping kiri akibat serangan stroke pada 2010 lalu.

Meski demikian, Klewang yang mengaku sudah menetap dan dibesarkan di Jl Dahlia Kota Pekanbaru sejak 1958 itu membenarkan bahwa dia mendapatkan setoran dari anak-anak anggota klub motor sebesar Rp5 ribu per orang setiap minggu.

Dia pun mengaku mengenal sejumlah anak baru gede yang terlibat dalam geng motor Exalt to Coitus atau Exalt to Creativity (XTC) Pekanbaru.
”Saya kenal beberapa. Yogi, Piko, Jefri teman Bambang,” ujar Klewang.

Bambang, nama terakhir yang disebutkan Klewang merupakan anak kandungnya yang juga menjabat sebagai Ketua Club Motor XTC Pekanbaru. Klub motor XTC itu sendiri didirikan Bambang pada 2010, sepulang dari merantau ke Bandung, Jawa Barat.

Klub motor yang berpatronase kepada pimpinan pusat XTC Bandung itu kemudian mengambil markas di rumah Klewang, dan dibina langsung oleh Klewang.

Kapolresta Pekanbaru Komisaris Besar Adang Ginanjar mengatakan Bambang, Ketua XTC Pekanbaru saat ini sudah ditahan dan menjadi terpidana di LP Pekanbaru.

Bambang ditangkap dalam kasus penyerangan geng motor yakni pelemparan batu di pos jaga Markas Polresta Pekanbaru pada 2012 lalu.

”Dari Bambang, pengembangan kasus lalu menjurus terhadap otak perencana aksi brutal geng motor yakni si Klewang. Klewang adalah ayah dari Bambang, ia mengatur langsung penyerangan ke Kantor Polresta Pekanbaru,” jelas Adang.

Sejak itu, perburuan polisi terhadap Klewang mulai dilakukan. Klewang sendiri, kata Adang, sudah tidak asing lagi di mata kepolisian. Di Kota Pekanbaru, rekam jejak kejahatan Klewang sudah tercatat sejak 1974. Di usia sekitar 18 tahun, Mardijo alias Klewang sudah mendekam selama 7 bulan penjara dalam kasus pencurian.

”Kemudian pada 1996, ditahan lagi 10 bulan penjara dalam kasus penganiayaan. Lalu pada 2011, nama Klewang kembali muncul. Dia dipenjara tujuh bulan dalam kasus pencurian kendaraan bermotor,” jelas Adang.

Dalam kasus kekerasan geng motor, Klewang dikenal sebagai Sang Raja atau Tuan Besar atau juga Ketua Besar. Mardijo tercatat dalam struktur organisasi klub motor XTC pimpinan Bambang sebagai Ketua Pembina.

”Geng Motor XTC binaan Klewang juga membawahi sebanyak enam kelompok geng motor lainnya. Di antaranya PK atau Penjahat Kelamin, ARC, JRC, Street Demon, Atiet Abang, dan Sincan atau Sindikat Cewek Nekat yang anggotanya perempuan semua,” ungkap Adang.

Geng motor binaan Klewang diketahui tumbuh dengan sangat pesat. Dalam kurun 3 tahun, sejak 2010, geng motor binaan Klewang sudah diperkirakan mempunyai anggota sekitar 300-600 orang.

Rata-rata para anggotanya berusia 16,18,22 tahun. Bahkan geng motor binaan Klewang sudah menyebar hingga ke daerah-daerah di Riau, di antaranya Kabupaten Kampar, dan Duri, Kabupaten Bengkalis.

”Dari pengakuan Klewang terungkap selain Ketua Bambang, dan Wakil Ketua Yogi yang masih buron, kelompok geng motor itu masing-masing mempunyai panglima. Ada enam panglima. Empat masih sekolah dan sudah tertangkap, dua lainnya residevis dan buron,” kata Adang.

Para panglima yang terpilih dari seleksi alam yakni orang yang terkuat dari sejumlah pertarungan dan aksi perampokan. Panglima ditugaskan untuk merekrut anggota sebanyak-banyaknya.

Para panglima geng motor harus meluaskan pengaruh dan daerah kekuasaan dengan menaklukkan geng motor lainnya kemudian menebar teror keganasan atas nama XTC.

”Seperti penghancuran warnet, pemerkosaan dan aksi perampasan di Stadion Utama serta keributan di tugu pusat kota. Itu semua direncanakan langsung oleh Klewang. Tujuannya menciptakan teror dan mengangkat nama XTC,” ujar Adang.

Dari serangkaian aksi kejahatan di 40 tempat kejadian perkara (TKP) geng motor binaan Klewang tersebut, proses perburuan besar-besaran oleh polisi terhadap Klewang dilakukan.

Pada Kamis (9/5), sekitar pukul 13.00 WIB, Klewang berhasil diciduk bersama dua tersangka lainnya yaitu Fitra Zakaria, 18, dan Ari Zulkarnain, 17. Ketiganya diringkus satuan reserse Polresta Pekanbaru, saat berada di markas mereka di sebuah bedeng pekerja PT Wijaya Karya (WIKA) di Kompleks Stadion Utama Riau Jl Naga Sakti Pekanbaru.

”Polisi juga menyita sejumlah barang bukti berupa senjata tajam, celurit, tombak, yang diduga dipakai untuk aksi kejahatan geng motor Klewang,” ungkap Adang. (http://www.tnol.co.id/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar