Rabu, 29 Oktober 2014

Patung Arjuna Wijaya


Patung Arjuna Wijaya itu yang mana sih? Kok rakyat Jakarta gak tahu? Waaah, Jakarta KTP doang nih.. Hmm, jangan-jangan guru sejarahnya pun gak pernah kasih tau hal itu lagi…?? Mau tahu yang mana? Penasaran kan pasti?? Hehhehe .. Simak baik-baik beberapa hal ini ya kawan-kawan…
Yang ini loh patungnya, tahu kan?? Cukup populer kok sebenarnya… 

Pembuatan: April 1987.
Diresmikan: 16 Agustus 1987 oleh Presiden Soeharto.
Ide/gagasan: Nyoman Nuarta, salah satu seniman patung terbaik
Indonesia.
Lokasi: Sebelah kiri pintu masuk salah satu gerbang utama Monas,
di seberang jalan.

Konstruksi


Bahan dasarnya Polyester resin cokelat, setelah direnovasi pada tahun 2003, bahannya diganti dengan tembaga.
Dimensi panjang : 23 meter, ketinggian : 5 meter, berbobot : 3,600 ton.
Pada patung tersebut terlihat patung kuda berjumlah delapan ekor yang sedang dikendalikan oleh dua orang laki-laki berpakaian seperti pada tarian yang menggambarkan salah satu anggota Pandawa dalam cerita perwayangan. 

Kisah sejarah


Dalam patung yang dibangun sebagai hadiah Gubernur DKI Jakarta kepada warga Jakarta, tepat sehari sebelum HUT Kemerdekaan RI ke-42 tersebut, penggambaran tokoh pewayangan sangatlah jelas, makna dan filosofi yang dimilikinya berhubungan dengan tokoh pewayangan dimana ada dua orang laki-laki yang sedang berada di medan pertempuran Baratayudha. Dia adalah Arjuna yang lengkap dengan pakaian tradisi pewayangan. Dan laki-laki yang sedang memegang tali kekang adalah Batara Kresna.
Penasaran ya sama kronologis peperangannya? Begini loh, kawan-kawan ..

Peperangan apik Baratayudha yang menjadi gambaran patung ini adalah peperangan dahsyat antara keturunan Barata di padang Kurusetra. Ada delapan kuda yang menarik kereta kuda. Jumlah patung kuda menggambarkan Asta Brata, delapan pedoman kepemimpinan, sebuah kajian kepemimpinan yang mungkin menjadi dasar kepemimpinan Presiden Soeharto yang terkenal menjunjung tinggi nilai-nilai budaya Jawa. 

Namun yang jelas, Asta Brata bukan merupakan asli budaya Jawa, tapi berdasarkan salah satu dari ajaran Hindu. Batara Kresna, yang memegang tali kekang merupakan Raja Dwarawati, terlihat dari mahkota yang dipakainya. Sedangkan yang memegang busur panah dan bersanggul sepit udang adalah Arjuna, salah satu dari Pandawa Lima. 

Dalam kisah Baratayudha, Arjuna berperang melawan kakaknya, Adipati Karna. Hal ini diartikan sebagai Arjuna Sasrabahu (salah satu titisan Wisnu) melawan Rahwana.
Nah, ini adalah delapan pedoman kepemimpinan yang tadi sudah di jelaskan di atas.

1.     Matahari atau Surya.
Pemimpin harus mampu memberi semangat dan kehidupan rakyatnya. Bagai sang surya yang selalu menyinari dunia tiada henti.

2.     Bulan atau Candra.
Pemimpin harus mampu memberi penerangan serta dapat membimbing rakyatnya yang berada dalam kegelapan, terutama saat malam hari atau rakyatnya sedang kesusahan.

3.     Bumi atau Pertiwi.
Pemimpin hendaknya berwatak jujur, teguh, dan murah hati, senang beramal, dan senantiasa berusaha untuk tidak mengecewakan kepercayaan rakyatnya. Bumi tempat berpijak, tidak boleh menelan orang-orang yang telah percaya bahwa dia mampu menahan beban.

4.     Angin atau Bayu.
Pemimpin harus dekat dengan rakyat, tanpa membedakan derajat dan martabatnya, bisa mengetahui keadaan dan keinginan rakyatnya, serta mampu memahami dan menyerap aspirasi rakyat. Bagai angin berhembus yang hembusannya dapat dirasakan oleh siapapun.

5.     Hujan atau Indra.
Pemimpin harus berwibawa dan mampu mengayomi serta memberikan kehidupan seperti hujan yang turun menyuburkan tanah. Pemimpin tidak boleh menjadi badai yang merusakan rakyatnya.

6.     Samudera atau Baruna.
Luasnya samudera menggambarkan betapa hati seorang pemimpin itu harus luas, tidak mudah marah, selalu menimbang sebelum memutuskan. Oleh karena itu, pemimpin harus memiliki pengetahuan luas agar dapat menahan emosi. 

7.     Api atau Agni.
Pemimpin hendaknya tegas dan berani menegakkan kebenaran dan keadilan. Api tidak akan berhenti membakar sebelum habis bahan yang dibakarnya.

8.     Bintang.
Pemimpin harus dapat berfungsi sebagai contoh atau teladan dan panutan bagi masyarakatnya seperti bintang yang dapat menjadi petunjuk para nelayan yang sedang melaut.

Di sebelah selatan patung ini, terdapat prasasti yang berbunyi : “Kuhantarkan kau, melanjutkan perjuangan, mengisi kemerdekaan dengan pembangunan yang tiada mengenal akhir”, sebuah pesan yang sangat mendalam dari Presiden Soeharto bagi pemimpin dan rakyat Indonesia untuk direnungkan dan diilhami.

Demikianlah sekilas tentang Patung Arjuna Wijaya. Gimana kawan-kawan? Sudah tahu kan sekarang? Gak akan bingung lagi dong kalau di tanya sama orang-orang di sekitar kita? (http://ketopraksejarah.blogspot.com/) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar