Ruwatan merupakan salah satu dari sekian banyak upacara tradisional Jawa peninggalan para leluhur. Upacara ritual ruwatan di Jawa menggunakan lakon Murwakala yang mengambil tokoh utama Bathara Kala. Dalam filosofi Jawa, ada orang-orang Sukerta yang dianggap memiliki potensi untuk ingkar terhadap Tuhan. Mereka dikatakan akan dimakan waktu yang disimbolkan dengan Bathara Kala. Di dunia ini ada yang selalu berputar dan bergerak maju. Jika kita menyepelekannya, maka kita akan dilibasnya habis. Itulah sang waktu. Hakekat hidup kita adalah bahwa kita harus menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya untuk berbuat kebajikan agar tidak terlibas oleh sang waktu.
Siapa saja yang termasuk bocah sukerta?
Pedoman tentang siapa saja yang menjadi sasaran Bathara Kala adalah Serat Murwakala dan Serat Pustaka Raja yang jumlahnya mencapai 171 macam anak. Anak-anak tersebut dianggap kotor, maka harus dibebaskan dengan upacara ruwatan. Daftar anak sukerta antara lain adalah :
1. Ontang-anting, yaitu anak tunggal
2. Kadana kadini, yaitu dua anak bersaudara laki-laki dan perempuan
3. Kembar, yaitu dua anak keluar bersamaan dalam sehari
4. Jumpita, yaitu bayi lahir belum waktunya (premature)
5. Uger-uger lawang, yaitu dua putra bersaudara
6. Sendang kapit pancuran, yaitu tiga bersaudara satu perempuan di tengah.
7. Pancuran kapit sendang, yaitu tiga bersaudara satu laki-laki di tengah
8. Saramba, yaitu empat bersaudara laki-laki semua
9. Sarimpi, yaitu empat saudara puteri semua
10. Siwah, yaitu anak idiot, dll
Pada dasarnya hampir semua jenis anak mendapatkan sukerta dan harus diruwat. Hal ini menandakan bahwa manusia perlu untuk selalu mengingat sang waktu yang senantiasa berjalan tak henti. Pepatah Arab menyatakan waktu laksana pedang, jika tidak mampu menggunakannya dengan baik maka pedang tersebut akan melibas kita. Tentunya upacara ruwatan yang dipaparkan disini berbeda dengan ruwatan yang dilaksanakan pada jaman sekarang yang biasanya dilakukan oleh seorang dalang sejati atau dalang kondho buwono. Namun esensi dari ruwatan Jawa adalah sebagaimana mendidik dan mengarahkan anak untuk dapat menggunakan hidupnya dengan sesuatu yang positif, sehingga berguna bagi bangsa, negara dan agama.
Kecuali hal tersebut diatas, ada yang perlu diruwat karena perbuatan-perbuatan tercela yang dilakukan, misalnya :
- Orang-orang yang tidak pernah menanam benih, akan cepat menimbulkan kerusakan dunia, tidak tahu balas budi
- Orang yang tidak pernah memberi, akan merusak hubungan social, orang harus timbal balik dengan sesamanya
- Orang yang selalu bertengkar, orang harus berperasaan lembut, mau berempati terhadap orang lain dan mengoreksi diri sendiri
- Orang tidak pernah menyapu, tidak menjaga kebersihan dan membahayakan kesehatan
- Orang yang ceroboh, membahayakan keselamatan diri sendiri dan orang lain
- Orang yang kaya akal tapi licik
- Orang yang tidak setia dan mau enaknya sendiri
Daftar di atas hanyalah sebagian kecil dari segala perilaku kita yang tercela. Oleh karena itu perlu untuk diingatkan. Orang Jawa mempunyai cara tersendiri untuk menerapkan pendidikan dalam kehidupan bersosial. Cara terselubung sangat biasa digunakan oleh orang Jawa untuk menyatakan sesuatu dengan secara tidak langsung. Upacara ruwatan merupakan cara terselubung untuk memberi pendidikan terhadap anak sukerta dan orang-orang yang melakukan perbuatan tercela agar senantiasa berbuat baik untuk keselamatan diri sendiri dan orang lain. (http://masraharjo.wordpress.com/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar