Frauentausch,
acara pertukaran istri di Jerman (dok.pribadi)
Frauentausch adalah sebuah program salah satu channel TV swasta
Jerman yang mengundang para keluarga yang berminat untuk menukar para istri
selama 10 hari. Dari acara ini saya mengambil hikmah bahwa memang terkadang
rumput tetangga lebih hijau, tetapi ketika berada pada kondisi tetangga itu
belum tentu melihat pelangi. Sehingga pada akhirnya, provokasi ini membuat
keluarga yang bersangkutan untuk selalu bersyukur dengan apa yang mereka
punyai.
Kamis, 22 Maret 2012 pada episode 0316 adalah Sl dan
Ne, dua wanita dari dua dunia yang sengaja ditukarkan. Saya yang mengikuti
acara ini bersama suami, ikut gemesssssss ingin mencubit keluarga Ne, sekaligus
trenyuhhh pada keharmonisan keluarga Sl … byuh byuhhh, Gusti Allah memang adil
memberikan porsi!
***
Adalah Sl, wanita keturunan
Jerman-Turki. Wanita berambut pirang ini sebenarnya sebelum program
dilaksanakan dianggap telah menjalankan rumah tangganya dengan baik. Wanita
istri komisaris dari kota W itu termasuk wanita yang temperamen (duh, tersentil
sayanya …) dan menjaga kedisiplinan ketiga anaknya. Powermama
berusia 35 tahun itu adalah istri pria berambut cepak nan blonde Sn, 45 tahun.
Sebagai keluarga baru yang telah mengarungi keluarga
selama 6,5 tahun, Sl dan Sn adalah pasangan serasi dalam menjalankan pilar
keluarga harmonis dengan penuh aturan. Maklum, memiliki anak perempuan yang
masuk masa puber (Gl, 14 tahun), Yf (8 tahun) dan Ca (3 tahun) adalah hal yang
tak semudah membalikkan telapak tangan. Pengertian sedemikian rupa kepada anak
diberikan sedini dan semaksimal mungkin agar tak salah arah/asuh.
Akhir-akhir ini, si mama mendapatkan pekerjaan. Hal
ini membuat perannya tak hanya sebagai Hausfrau alias ibu RT (istri
polisi) tetapi juga selaku pekerja disebuah Zeitarbeitsfirma (red:
pekerja yang dikontrak dalam kurun waktu tertentu?) dan seorang ibu dari ketiga
anak. Peran yang tak mudah, tiga-tiganya sekaligus dalam satu waktu. Untung
saja Oma Mt (69 tahun) selalu siap sedia membantu (duh, yang ini amat jarang di
Jerman … saya juga merindukannya saat ibu kandung saya atau ibu mertua datang
membantu menjaga anak-anak, menyelesaikan pekerjaan rumah atau sekedar curhat,
kalau di Indonesia pasti sudah ada asisten. Sementara di Jerman selain bukan
tradisi masyarakatnya, mempekerjakan pembantu RT … mahallllllllll meski hanya
paroh waktu. Hiks).
OK. Sl ditukarkan pada sebuah keluarga yang biasa
di Jerman dijuluki Assie (red: asusila, berantakan, tak berpendidikan
dan seterusnya) dan mendapat sokongan Hartz IV dari pemda (red: 600
euro/bulan?) dan tentu plus Kindergeld (red: tunjangan untuk keperluan
kedua anak 368 euro/bulan). Wanita yang ditantangnya adalah perempuan berusia
lebih muda, 25 tahun. Ibu asli Jerman itu bernama Ne. Saya tidak tahu apakah
karena usianya yang masih masuk klub 20 atau karena sudah karakter, ia
termasuk belum pandai mengatur rumah tangganya … pilar rumah tangganya
tampak gonjang-ganjing.
Ne senang bangun siang, begitu keluar dari kamar tidur
langsung chatting di laptop klangenan dan atau melihat TV. Sedangkan
suaminya yang ternyata jauh lebih muda, So (20 tahun) justru yang
mengurus kedua anak pada pagi hari saat ibu ‘berhalangan‘ eh maksudnya
malas yah? Lalu seperti biasa, menonton TV seharian. Duh.
So pontang-panting mengurus Jn (5 tahun) yang telah
memasuki TK dan Es (11 bulan) yang sebenarnya lebih banyak tidur dikeranjang.
Sayangnya, pendidikan kepada anak kurang sekali. Misalnya ketika Jn pulang ke
rumah, ia boleh melakukan apa saja yang ia mau.
Ne juga bukan seorang mama yang care akan
kesehatan pasupan makanan anak (jarang makan buah/sayur) dan kebersihan rumah .
Ia amat jarang bersih-bersih apalagi masak. Biasanya
main pesan (delivery service) atau mengeluarkan dari Freezer
(lalu masuk mikrowave atau oven).
Cerita mencapai klimaks saat
keduanya ditukarkan oleh tim TV tersebut dan bisa ditebak; terjadi konflik. Sl banyak mengkritisi So yang malas
dalam mengatur rumah tangga. Di tempat lain, Sn memprotes tindakan/kelakuan Ne
yang tak suka memegang pekerjaan rumah tangga dan gemar berselancar di dunia
maya seharian. Baik Sl atau Sn mengerjakan semua pekerjaan rumah sendiri. Sn
beruntung karena Oma Mt sesekali membantu.
Buntutnya, masing-masing istri
dikembalikan kepada suaminya masing-masing … Sl diusir So dengan kasar. Ne
dilepas dengan wajah dingin oleh Sn dan anak-anak didepan pintu rumah. Allah
menciptakan manusia untuk berpasang-pasangan, jika tak sesuai bisa cekcok
terus.
Oi senangnya … Sl disambut
dengan jajaran lilin dan taburan/rangkaian bunga dari pintu masuk sampai ruang
tamu, pelukan dan ciuman mesra dari suami dan ketiga anaknya. Sedangkan
dirumahnya yang sempit, Ne hanya disambut pelukan anak (Jn), suaminya cuek saja
… walahhhh!
Yang menyentuh adalah saat Sn mengatakan,”Wir haben
dich vermisst und endlich bist du ja da … danke dass du hast alles für uns
gemacht …“. A thank you sentence yang
diucapkan spontan itu membuat pasutri itu berkaca-kaca. Sebuah pengakuan
suami pada istri yang selama 10 hari ‘berhalangan’ mengerjakan tugasnya dirumah
melainkan di rumah orang lain itu, sangat spontan dan keberadaan/kehilangannya
sangat terasa. Sn juga bersyukur bahwa Sl telah kembali, menjadi milik keluarga
yang asli. Bahkan ia menegaskan; jera menukarkan istri lagi!!!
Pfff … saya bukan termasuk
pecinta TV atau menghabiskan waktu di sofa bersama film, tetapi beberapa acara
yang kami sering ikuti pada malam hari selain Frauentausch adalah Das
Messi Team (red: keluarga yang tak patut dicontoh karena rumah dan anak
berantakan tak terurus), Die Mädchen Gang (red: geng anak gadis nakal), Teenie-Mutter
(red: remaja yang telah memiliki anak entah telah menikah atau belum) dan
provokasi untuk keluarga lain (yang bisa jadi dibumbui trik intrik dari tim TV
namun benar-benar terjadi di kehidupan nyata setidaknya di kampung kami). Yang
lebih penting … acara itu menyemangati kami dalam memelihara keharmonisan
keluarga; mencontoh yang baik dan membuang yang buruk dari ‘tetangga‘. Tak
mudah memang, tapi tak salah untuk mencoba …
Bagaimana dengan kompasianer?
Acara keluarga apa di TV swasta Indonesia yang menjadi candu kehidupan ini???
Apapun itu, semoga program yang bermanfaat, tak hanya untuk pribadi tapi juga
keluarga dan orang disekitar.
And one day …
“Jetzt, weiß ich …” Lelaki saya mendekati tempat tidur seraya menggenggam kedua tangan saya.
Tersadar rupanya bahwa pekerjaan rumah tangga yang saya emban bertahun-tahun di
rantau itu tak seperti membalikkan telapak tangan (jelas-jelas jiwa raga).
Bahkan lebih repot dari tumpukan pekerjaannya di kantor dari Senin-Jumat. Kesadaran
itu tercipta saat saya terbaring lemah beberapa hari (untung penyakitnya biasa
memilih akhir pekan) dan ia harus mengerjakan s-e-m-u-a-n-y-a (rumah, kebun dan
anakkk).
“Danke, Papa … gut gemacht“ …” Saya hanya mengangguk-angguk, tersenyum, mencoba memahami apa yang
dikatakannya dan berterima kasih. Meski saya sangsi, pasti kalau saya sudah sembuh sudah
lupa akan hal ini. Namanya juga bapak-bapak, kadang sesekali lupa kalau
pekerjaan ibu-ibu di rumah itu sama tingginya/beratnya dengan kedudukan pekerjaan
manapun yang bergaji (apalagi saat ibu sedang ‘berhalangan‘ baik sengaja atau
tidak). Pada saat terjepit, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga itu
terdengar/terlihat, bisa dirasakan betapa berat dan mulianya … jika
mengalaminya sendiri.
Suami saya amat menyenangi masak-memasak (yang
menurutnya sipil/enteng), ia biasa rajin memasak untuk kami di akhir pekan dan
atau hari libur lainnya. Lalu pekerjaan rumah tangga tak hanya soal memasak
… itu yang suami tangkap dari kode kesakitan saya waktu itu. Semoga Frauentausch
dan kisah saat saya sakit itu mengilhami beberapa keluarga … let’s see
what’s gonna be happened jika suatu waktu kompasianer atau seorang istri
‘berhalangan‘ (entah di’tukarkan‘, bepergian, sakit dan sejenisnya) dan suami
harus mengambil tugas s-e-m-u-a-n-y-a … apalagi tanpa bala bantuan, wahhh, bisa
letih luar dalam barangkali yah?
Para istri dimanapun berada, semoga tetap sehat … jauh
dari segala macam penyakit dan tetap kuat lahir batin. Amiennnnnnnnn.
Salam harmoni
(gaganawati/http://lifestyle.kompasiana.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar