Senin, 29 Desember 2014

Letihnya Suami, Saat Istri Sengaja 10 Hari Ditukar



1332164306593987499
Frauentausch, acara pertukaran istri di Jerman (dok.pribadi)

Frauentausch adalah sebuah program salah satu channel TV swasta Jerman yang mengundang para keluarga yang berminat untuk menukar para istri selama 10 hari. Dari acara ini saya mengambil hikmah bahwa memang terkadang rumput tetangga lebih hijau, tetapi ketika berada pada kondisi tetangga itu belum tentu melihat pelangi. Sehingga pada akhirnya, provokasi ini membuat keluarga yang bersangkutan untuk selalu bersyukur dengan apa yang mereka punyai.
Kamis, 22 Maret 2012 pada episode 0316 adalah Sl dan Ne, dua wanita dari dua dunia yang sengaja ditukarkan. Saya yang mengikuti acara ini bersama suami, ikut gemesssssss ingin mencubit keluarga Ne, sekaligus trenyuhhh pada keharmonisan keluarga Sl … byuh byuhhh, Gusti Allah memang adil memberikan porsi!
***
Adalah Sl, wanita keturunan Jerman-Turki. Wanita berambut pirang ini sebenarnya sebelum program dilaksanakan dianggap telah menjalankan rumah tangganya dengan baik. Wanita istri komisaris dari kota W itu termasuk wanita yang temperamen (duh, tersentil sayanya …) dan menjaga kedisiplinan ketiga anaknya. Powermama berusia 35 tahun itu adalah istri pria berambut cepak nan blonde Sn, 45 tahun.
Sebagai keluarga baru yang telah mengarungi keluarga selama 6,5 tahun, Sl dan Sn adalah pasangan serasi dalam menjalankan pilar keluarga harmonis dengan penuh aturan. Maklum, memiliki anak perempuan yang masuk masa puber (Gl, 14 tahun), Yf (8 tahun) dan Ca (3 tahun) adalah hal yang tak semudah membalikkan telapak tangan. Pengertian sedemikian rupa kepada anak diberikan sedini dan semaksimal mungkin agar tak salah arah/asuh.
Akhir-akhir ini, si mama mendapatkan pekerjaan. Hal ini membuat perannya tak hanya sebagai Hausfrau alias ibu RT (istri polisi) tetapi juga selaku pekerja disebuah Zeitarbeitsfirma (red: pekerja yang dikontrak dalam kurun waktu tertentu?) dan seorang ibu dari ketiga anak. Peran yang tak mudah, tiga-tiganya sekaligus dalam satu waktu. Untung saja Oma Mt (69 tahun) selalu siap sedia membantu (duh, yang ini amat jarang di Jerman … saya juga merindukannya saat ibu kandung saya atau ibu mertua datang membantu menjaga anak-anak, menyelesaikan pekerjaan rumah atau sekedar curhat, kalau di Indonesia pasti sudah ada asisten. Sementara di Jerman selain bukan tradisi masyarakatnya, mempekerjakan pembantu RT … mahallllllllll meski hanya paroh waktu. Hiks).
OK. Sl ditukarkan pada sebuah keluarga yang biasa di Jerman dijuluki Assie (red: asusila, berantakan, tak berpendidikan dan seterusnya) dan mendapat sokongan Hartz IV dari pemda (red: 600 euro/bulan?) dan tentu plus Kindergeld (red: tunjangan untuk keperluan kedua anak 368 euro/bulan). Wanita yang ditantangnya adalah perempuan berusia lebih muda, 25 tahun. Ibu asli Jerman itu bernama Ne. Saya tidak tahu apakah karena usianya yang masih masuk klub 20 atau karena sudah karakter, ia termasuk belum pandai mengatur rumah tangganya … pilar rumah tangganya tampak gonjang-ganjing.
Ne senang bangun siang, begitu keluar dari kamar tidur langsung chatting di laptop klangenan dan atau melihat TV. Sedangkan suaminya yang ternyata jauh lebih muda, So (20 tahun) justru yang mengurus kedua anak pada pagi hari saat ibu ‘berhalangan‘ eh maksudnya malas yah? Lalu seperti biasa, menonton TV seharian. Duh.
So pontang-panting mengurus Jn (5 tahun) yang telah memasuki TK dan Es (11 bulan) yang sebenarnya lebih banyak tidur dikeranjang. Sayangnya, pendidikan kepada anak kurang sekali. Misalnya ketika Jn pulang ke rumah, ia boleh melakukan apa saja yang ia mau.
Ne juga bukan seorang mama yang care akan kesehatan pasupan makanan anak (jarang makan buah/sayur) dan kebersihan rumah . Ia amat jarang bersih-bersih apalagi masak. Biasanya main pesan (delivery service) atau mengeluarkan dari Freezer (lalu masuk mikrowave atau oven).
Cerita mencapai klimaks saat keduanya ditukarkan oleh tim TV tersebut dan bisa ditebak; terjadi konflik. Sl banyak mengkritisi So yang malas dalam mengatur rumah tangga. Di tempat lain, Sn memprotes tindakan/kelakuan Ne yang tak suka memegang pekerjaan rumah tangga dan gemar berselancar di dunia maya seharian. Baik Sl atau Sn mengerjakan semua pekerjaan rumah sendiri. Sn beruntung karena Oma Mt sesekali membantu.
Buntutnya, masing-masing istri dikembalikan kepada suaminya masing-masing … Sl diusir So dengan kasar. Ne dilepas dengan wajah dingin oleh Sn dan anak-anak didepan pintu rumah. Allah menciptakan manusia untuk berpasang-pasangan, jika tak sesuai bisa cekcok terus.
Oi senangnya … Sl disambut dengan jajaran lilin dan taburan/rangkaian bunga dari pintu masuk sampai ruang tamu, pelukan dan ciuman mesra dari suami dan ketiga anaknya. Sedangkan dirumahnya yang sempit, Ne hanya disambut pelukan anak (Jn), suaminya cuek saja … walahhhh!
Yang menyentuh adalah saat Sn mengatakan,”Wir haben dich vermisst und endlich bist du ja da … danke dass du hast alles für uns gemacht …“. A thank you sentence yang diucapkan spontan itu membuat pasutri itu berkaca-kaca. Sebuah pengakuan suami pada istri yang selama 10 hari ‘berhalangan’ mengerjakan tugasnya dirumah melainkan di rumah orang lain itu, sangat spontan dan keberadaan/kehilangannya sangat terasa. Sn juga bersyukur bahwa Sl telah kembali, menjadi milik keluarga yang asli. Bahkan ia menegaskan; jera menukarkan istri lagi!!!
Pfff … saya bukan termasuk pecinta TV atau menghabiskan waktu di sofa bersama film, tetapi beberapa acara yang kami sering ikuti pada malam hari selain Frauentausch adalah Das Messi Team (red: keluarga yang tak patut dicontoh karena rumah dan anak berantakan tak terurus), Die Mädchen Gang (red: geng anak gadis nakal), Teenie-Mutter (red: remaja yang telah memiliki anak entah telah menikah atau belum) dan provokasi untuk keluarga lain (yang bisa jadi dibumbui trik intrik dari tim TV namun benar-benar terjadi di kehidupan nyata setidaknya di kampung kami). Yang lebih penting … acara itu menyemangati kami dalam memelihara keharmonisan keluarga; mencontoh yang baik dan membuang yang buruk dari ‘tetangga‘. Tak mudah memang, tapi tak salah untuk mencoba
Bagaimana dengan kompasianer? Acara keluarga apa di TV swasta Indonesia yang menjadi candu kehidupan ini??? Apapun itu, semoga program yang bermanfaat, tak hanya untuk pribadi tapi juga keluarga dan orang disekitar.
And one day …
“Jetzt, weiß ich …” Lelaki saya mendekati tempat tidur seraya menggenggam kedua tangan saya. Tersadar rupanya bahwa pekerjaan rumah tangga yang saya emban bertahun-tahun di rantau itu tak seperti membalikkan telapak tangan (jelas-jelas jiwa raga). Bahkan lebih repot dari tumpukan pekerjaannya di kantor dari Senin-Jumat. Kesadaran itu tercipta saat saya terbaring lemah beberapa hari (untung penyakitnya biasa memilih akhir pekan) dan ia harus mengerjakan s-e-m-u-a-n-y-a (rumah, kebun dan anakkk).
“Danke, Papa … gut gemacht“ …” Saya hanya mengangguk-angguk, tersenyum, mencoba memahami apa yang dikatakannya dan berterima kasih. Meski saya sangsi, pasti kalau saya sudah sembuh sudah lupa akan hal ini. Namanya juga bapak-bapak, kadang sesekali lupa kalau pekerjaan ibu-ibu di rumah itu sama tingginya/beratnya dengan kedudukan pekerjaan manapun yang bergaji (apalagi saat ibu sedang ‘berhalangan‘ baik sengaja atau tidak). Pada saat terjepit, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga itu terdengar/terlihat, bisa dirasakan betapa berat dan mulianya … jika mengalaminya sendiri.
Suami saya amat menyenangi masak-memasak (yang menurutnya sipil/enteng), ia biasa rajin memasak untuk kami di akhir pekan dan atau hari libur lainnya. Lalu pekerjaan rumah tangga tak hanya soal memasak … itu yang suami tangkap dari kode kesakitan saya waktu itu. Semoga Frauentausch dan kisah saat saya sakit itu mengilhami beberapa keluarga let’s see what’s gonna be happened jika suatu waktu kompasianer atau seorang istri ‘berhalangan‘ (entah di’tukarkan‘, bepergian, sakit dan sejenisnya) dan suami harus mengambil tugas s-e-m-u-a-n-y-a … apalagi tanpa bala bantuan, wahhh, bisa letih luar dalam barangkali yah?
Para istri dimanapun berada, semoga tetap sehat … jauh dari segala macam penyakit dan tetap kuat lahir batin. Amiennnnnnnnn.
Salam harmoni
(gaganawati/http://lifestyle.kompasiana.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar