Senin, 12 Januari 2015

Kopi Aroma: Legenda Kopi dari Sejak Zaman Belanda


mokka arabika giling kasar dan halus
mokka arabika giling kasar dan halus

Sehari sebelum keberangkatan ke Belanda saya disibukkan dengan kegiatan mencari barang-barang titipan teman-teman. Kami mahasiswa Indonesia di Groningen akan mengadakan acara promosi budaya Indonesia. Salah satu yang ingin dikenalkan ke masyarakat Eropa adalah kopi asli Indonesia. Untuk yang satu ini, teman-teman merekomendasikan Kopi Aroma di Bandung. Tempat ini sudah melegenda di Kota Kembang. Tempatnya bukanlah sebuah café modern, tetapi merupakan sebuah toko yang menjual kopi baik bubuk maupun bijinya.
Toko kopi Aroma terletak di Jalan Banceuy 51, Bandung. Untuk menuju kesini kalau tidak dengan kendaraan pribadi agak repot. Patokannya adalah Jalan Asia Afrika. Mulailah dari Hotel Grand Preanger menuju ke kantor pos besar di kanan jalan. Belok ke kanan tepat sebelum kantor pos, itulah Jalan Banceuy. Berjalanlah pelan-pelan sampai bertemu perempatan. Tidak jauh setelah itu di sisi kiri jalan Anda akan menemui lokasi toko.
Kopi Aroma dengan bangunannya yang klasik
Kopi Aroma dengan bangunannya yang klasik
Dapat dilihat di gambar bahwa lokasi toko sangatlah sederhana. Bangunannya tua dan berkesan tidak terawat. Tetapi begitu melihat antriannya yang panjang, jelas bahwa Kopi Aroma ini tidak main-main. Waktu itu saya datang sekitar pukul 11.30 dan sudah ada 8-10 orang yang mengantri. Saya sempat mengurungkan niat untuk membeli kopi. Saya tanya ke tukang parkir, beliau bilang bahwa memang seperti ini biasanya antrinya. Bapak tukang parkir juga bilang bahwa Kopi Aroma tutup jam 15. Maka saya bulatkan saya tekad untuk ikut mengantri.
Sambil mengantri saya mengamati kondisi bangunan toko. Daerah Banceuy merupakan kawasan dengan banyak bangunan kuno peninggalan zaman kolonial Belanda. Bagi yang bukan orang Bandung, kawasan ini dekat dengan Jalan Braga yang terkenal itu. Bangunan disini pun kesannya masih sangat Belanda, dengan tembok yang tebal dan pintu yang lebih tinggi dari rata-rata pintu bangunan Indonesia. Di dalam toko terdapat kotak kaca tempat bijih kopi dan mesin-mesin kopi dari zamah baheula.
Selang beberapa saat, tibalah giliran saya untuk memesan. Dua varian kopi yang paling umum disini adalah mokka arabika dan robusta. Arabika adalah varian kopi dengan aroma yang harum namun dengan rasa yang kurang tajam, sedangkan robusta sebaliknya. Selain itu terdapat juga kopi Toraja yang rasanya tidak terlalu pahit. Anda bisa memilih kopi yang halus maupun giling kasar. Kopi halus adalah jenis yang tinggal seduh sedangkan giling kasar cocok kalau Anda meramunya dengan mesin kopi.
Saya memesan lima bungkus arabika halus untuk teman-teman PPIG dan empat bungkus arabika giling kasar untuk Mbak Yosi, teman sekantor di ITB. Total harganya adalah Rp 180.000. Satu bungkus seberat 250 gram, harganya Rp 20.000. Dapat dilihat bahwa kemasan kopi cukup cantik, dengan keterangan dalam bahasa Belanda dan bahasa Indonesia ejaan lama.
Jujur saya bukan penikmat kopi, rasa kopi saya tidak terlalu bisa membedakan satu dengan yang lain. Tetapi dari aromanya memang sangat harum. Selain itu dari rekomendasi banyak orang kopi memang jempolan. Apalagi ditambah dengan nilai sejarahnya, sangat layak kalau Anda sedang ke Bandung dan memilih Kopi Aroma sebagai buah tangan. Wilt U heerlijke koffie drinken? Ga naar Kopi Aroma :)
Bandung, 10 April 2014
(https://gembulisme.wordpress.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar