Dari
sejarah, diketahui merauke ditemukan pada tanggal 12 Februari 1902.
Orang yang pertama menetap di sana adalah pegawai pemerintah belanda.
Mereka mencoba untuk hidup diantara dua suku asli yaitu Marind Anim dan
Sohoers.
Mereka berjuang keras melawan keganasan alam (termasuk
pemburu kepala). Lama kelamaan tempat tersebut mengalami pertumbuhan
yang sangat cepat sehingga menjadi sebuah “kota”. Jauh di eropa, para
wanita suka memakai hiasan bulu dari burung dari khayangan “Cendrawasih”
di topi mereka.
Dari Merauke orang Indonesia, Eropa dan
Cina, mulai untuk “menyerbu” hutan di selatan nugini untuk memburu
burung sebanyak mungkin. Ketika pemerintah Belanda melarang perburuan,
mereka semua kembali ke Merauke untuk menghabiskan uang yang mereka
dapatkan. Hal ini yang menyebabkan mengapa di kemudian hari populasi
penduduk di Merauke tidak banyak, ini dikarenakan Merauke adalah kota
untuk para pendatang (orang asing). Namun sekarang, banyak penduduk asli
Papua yang mulai menetap di Merauke.
Asal mula nama
“Merauke” sebenarnya berasal dari sebuah salah paham yang dilakukan oleh
para pendatang pertama. Ketika para pendatang menanyakan kepada
penduduk asli apa nama sebuah perkampungan , mereka menjawab ” Maro-ke”
yang sebenarnya berarti “itu sungai Maro”. Orang Marind berpikir bahwa
sungai maro(yang lebarnya 500m) lebih penting dari nama area tempat
sebuah hutan yaitu Gandin. Penduduk asli papua sendiri menyebut area
tempat kampung tersebut terletak dengan mana ” Ermasoek”.
Secara
politis administratif, kota Merauke dulunya merupakan pos pemerintah
Belanda yag digunakan sebagai transit bagi para republikan untuk menuju
Boven Digoel. Setelah wilayah Irian Jaya berintegrasi dengan Pemerintah
Belanda tahun 1963, kemudia kota tersebut ditetapkan sebagai Ibukota
Kabupaten Dati II Merauke dan setelah periode Penentuan Pendapat Rakyat
(1963-1969), mulai tumbuk beberapa kelompok permukiman yang dipacu
dengan adanya kemudahan-kemudahan suatu kota.
Sumber: http://merauke.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar