Kamis, 16 Juli 2015

KISAH SENIMAN SENEN

Tahun 1950-an Senen populer sebagai tempat berkumpulnya para seniman. Mereka disebut sebagai Seniman Senen. Tempat nongkrong mereka tepatnya dalam pengakuan Sobron Aidit, ”antara Bundaran Kramat dan Senen.”
Inti Seniman Senen sendiri, menurut Ajip Rosidi, adalah orang-orang macam Wahid Chan, Sukarno M. Noor, Ismed M. Noor, Wim Umboh, dan Misbach J. Biran. Ada juga Rendra Karno, Zainal Abidin, Ermina Zaenah, Aminah Tjendrakasih plus ibunya Wolly Sutinah dan W.D. Mochtar. Mereka mewakili berbagai cabang seni, dari pengarang,penyair, penulis skenario, sutradara, aktor film sampai penyanyi. Sobron Aidit, S.M. Ardan dan Ajip pernah menulis buku antologi puisi bersama dengan judul Ketemu di Jalan. Buku ini diterbitkan Balai Pustaka di tahun 1956.
Periode indah ‘Seniman Senen’ terjadi sebelum pertarungan ideologi di tahun 60-an mengeras. Sebelum kubu-kubu politik membelah seniman-seniman kita. Sobron adalah adik Dipo Nusantara Aidit yang menjadi ketua Committee Central Partai Komunis Indonesia. Sobron akhirnya mukim di Paris saat bandul politik berbalik. Ia meninggal 9 Februari 2007 kemarin di Paris.
Seniman Senen menyimpan banyak cerita. Gara-gara membela cerita pendek Langit Makin Mendung karya Ki Pandjikusmin, yang mengkhayalkan malaikat Jibril pernah mampir ke Senen, HB Jassin setahun mendekam di bui. Cerpen itu dimuat di majalah Sastra edisi Agustus 1968, tempat Paus Sastra Indonesia menjadi pemimpin redaksi. Akhirnya, majalah tersebut dibredel.
Masa cerita Ki Pandjikusmin bersamaan saat kawasan Pasar Senen tumbuh sebagai pusat hiburan yang mencolok. Di sana ada bioskop Rex dan Grand yang sangat populer dengan film-film koboinya. Ketika malam turun, giliran perdagangan seks menggeliat.
Namun ada juga cerita menarik soal persinggungan akrab seorang Gus Dur dengan Senen. Mantan presiden ini sering mencukur rambutnya di “Barber Shop International” milik Yusuf Sobari dan Tarwiyah. Tempat cukur ini berada di Senen, tepatnya di lantai empat tangga utama Pasar Senen. Hingga kini, Gus Dur termasuk pelanggan setia tukang cukur Yusuf Sobari. [https://komunitassastra.wordpress.com]
Tulisan ini pernah dipublikasikan di bataviase.wordpress.com, 9 April 2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar