Tahun
1950-an Senen populer sebagai tempat berkumpulnya para seniman. Mereka
disebut sebagai Seniman Senen. Tempat nongkrong mereka tepatnya dalam
pengakuan Sobron Aidit, ”antara Bundaran Kramat dan Senen.”
Inti Seniman Senen sendiri, menurut Ajip Rosidi, adalah orang-orang
macam Wahid Chan, Sukarno M. Noor, Ismed M. Noor, Wim Umboh, dan Misbach
J. Biran. Ada juga Rendra Karno, Zainal Abidin, Ermina Zaenah, Aminah
Tjendrakasih plus ibunya Wolly Sutinah dan W.D. Mochtar. Mereka mewakili
berbagai cabang seni, dari pengarang,penyair, penulis skenario,
sutradara, aktor film sampai penyanyi. Sobron Aidit, S.M. Ardan dan Ajip
pernah menulis buku antologi puisi bersama dengan judul Ketemu di
Jalan. Buku ini diterbitkan Balai Pustaka di tahun 1956.
Periode indah ‘Seniman Senen’ terjadi sebelum pertarungan ideologi di
tahun 60-an mengeras. Sebelum kubu-kubu politik membelah
seniman-seniman kita. Sobron adalah adik Dipo Nusantara Aidit yang
menjadi ketua Committee Central Partai Komunis Indonesia. Sobron
akhirnya mukim di Paris saat bandul politik berbalik. Ia meninggal 9
Februari 2007 kemarin di Paris.
Seniman Senen menyimpan banyak cerita. Gara-gara membela cerita
pendek Langit Makin Mendung karya Ki Pandjikusmin, yang mengkhayalkan
malaikat Jibril pernah mampir ke Senen, HB Jassin setahun mendekam di
bui. Cerpen itu dimuat di majalah Sastra edisi Agustus 1968, tempat Paus
Sastra Indonesia menjadi pemimpin redaksi. Akhirnya, majalah tersebut
dibredel.
Masa cerita Ki Pandjikusmin bersamaan saat kawasan Pasar Senen tumbuh
sebagai pusat hiburan yang mencolok. Di sana ada bioskop Rex dan Grand
yang sangat populer dengan film-film koboinya. Ketika malam turun,
giliran perdagangan seks menggeliat.
Namun ada juga cerita menarik soal persinggungan akrab seorang Gus
Dur dengan Senen. Mantan presiden ini sering mencukur rambutnya di
“Barber Shop International” milik Yusuf Sobari dan Tarwiyah. Tempat
cukur ini berada di Senen, tepatnya di lantai empat tangga utama Pasar
Senen. Hingga kini, Gus Dur termasuk pelanggan setia tukang cukur Yusuf
Sobari. [https://komunitassastra.wordpress.com]
Tulisan ini pernah dipublikasikan di bataviase.wordpress.com, 9 April 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar