Rabu, 09 Juli 2014

Lontong Balap

sejarah lontong balap

Ke kota Surabaya, tak lengkap rasanya jika tidak menyebut nama lontong balap. Kuliner khas kota Pahlawan itu, seolah menyatu dalam darah dan dagingnya warga kota Surabaya. Rujak cingur, rujak semanggi dan rawon, adalah produk kuliner lainnya di kota Pahlawan ini. Namun mencari sekaligus menyantap lontong balap, rasanya lebih begitu familiar dan berlimpah, jika kita jalan-jalan ke kota Surabaya. Dan, Jl Kranggan di kawasan Blauran adalah tempat yang seolah menjadi land mark bagi lontong balap di kota ini.
Di Jl Kranggan, Blauran ini, terdapat sederetan warung tenda, yang menjual makanan khusus lontong balap. Sebelum berhenti untuk memakirkan kendaraan pun, aroma taoge rebus yang menjadi ciri khas lontong balap, sudah menyeruak hidung para pelintas di jalan ini. Namun bagi pendatang, khususnya yang baru kali pertama menjejakkan di kota ini, akan 'bingung', di warung tenda manakah hendak mendaratkan pantatnya untuk menikmati sepiring lontong balap? Manakah diantara deretan warung lontong balap yang paling wwwoookkkeee rasanya?
Bagi penikmat lontong balap di Jl Kranggan ini, tentu tak bisa dilepaskan dari nama Pak Gendut. Ya, warung lontong balap Pak Gendut inilah yang paling ramai, dan terkenal sejak dulu kala. Di tenda warung ini, tertera nama Lontong Balap Pak Gendut Sejak 1956. Dan memang, setiap orang baru datang dan bertanya, maka juru parkir, tukang becak atau orang awam di sekitar situ pasti menunjuk jarinya ke tenda Pak Gendut.
Warung lontong balap Pak Gendut, saat ini dikelola oleh salah seorang cucunya bernama Kusnadi, 62 tahun. Pria  bapak tiga anak inilah salah seorang penerusnya, diantara anak-cucu Pak Gendoet yang lain. "Saya adalah generasi ketiga yang jualan lontong balap Pak Gendut di sini. Kakek saya, Pak Gendut mulai buka warung ini di sini sejak 1956," kata Kusnadi kepada jagatberita.com.
Sebagai pelopor lontong balap di tempat ini, nama Pak Gendut memang layak menjadi lisensi bagi penikmat lontong balap di Jl Kranggan. Meski demikian, orang lain yang bukan keluarga Pak Gendut juga bisa mengais rejeki dari usaha kuliner, dengan menjual lontong balap juga, dan minuman atau camilan pendukung. Sebab, jika hanya mengandalkan warung tenda Pak Gendut sendiri, maka pengunjung tak lagi bisa ditampung.
Pun, salah seorang keluarga Pak Gendut lainnya, juga membuka warung lontong balap dengan merek 'Pak Gendut Asli' berikut ditempeli foto salah seorang anak atau cucunya. Meski demikian, hal itu tak mengurangi keramaian warung lontong balap Pak Gendut yang kini dikelola Kusnadi.
Banjir taoge
Lontong balap,merupakan produk kuliner, yang sebenarnya cukup sederhana, mudah dibuat, dan tidak terlalu rumit dengan kombinasi bumbu. Makanan khas Surabaya ini, hanya berintikan lontong, taoge rebus, potongan tahu goreng, dan semacam camilan dari bahan kacang merah dan tepung yang diberi nama lentho. Bumbu pokoknya adalah petis, sedikit terasi, kecap, bawang merah, bawang putih, garam, penyedap, dibuat kuah yang selalu panas. Taoge yang membanjiri seluruh permukaan sajian lontong balap, selalu direbus hingga memenuhi kuali.
Sebagai variasi tambahan, sajian lontong balap disantap dengan sate kerang bacem, yang disediakan secara terpisah. Harga lontong balap di Jl Kranggan ini pun tergolong murah, yakni Rp 14.000 saja. Makannya pun dalam keadaan hangat, ditambah panasnya hawa yang dihasilkan dari tungku berbahan bakar kayu, yang membuat penikmatnya berkeringat gobyos, sambil terengah disapa sambel pedasnya. 
- See more at: http://www.jagatberita.com/read/kuliner/20121126/surabaya-dan-sejarah-lontong-balap-di-blauran#sthash.5iOhXIav.dpuf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar