Tidak sesuai namanya dengan pasar yang memperdagangkan ular dan reptil lainnya, Soal nama 'Pasar Ular' hanya kemungkinan dulu gang (lorong) dalam pasar itu yang berliku-liku seperti ular, Pada 1959, Pasar Ular merupakan tempat dagang pedagang kagetan kawasan Pelabuhan III Tanjungpriok yang sekarang menjadi Terminal Peti Kemas Koja, Pembangunan Terminal Peti Kemas Koja mengakibatkan terjadinya pemindahan pasar ke seberang Plaza Koja dan ke lokasi sekarang di Rawa Badak, Plumpung Jakarta Utara.
Aneka produk yang beragam jenis seperti celana, kemeja, kaos, sepatu, jam tangan, jaket, tas dan parfum bermerk dijajakan para pedagang yang menempati kios-kios sempit di sepanjang lorong Pasar Ular Permai dan Plumpang, Jakarta Utara. Walaupun aktivitas jual beli berlangsung di lorong yang sempit namun tidak menjadi hambatan bagi para pembeli untuk terus memburu barang-barang import maupun ekspor yang dijual dengan harga miring
Sejak tahun 1960-an, Pasar Ular sudah berdiri dan barang-barang yang diperjualbelikan diperoleh dari para ABK yang kapalnya tengah bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok. Salah satu barang yang dulu menjadi idola para konsumen yaitu sepatu otafuku, sepatu kulit fantofel asli buatan Jepang. Kekuatannya bisa bertahan hingga 10 tahun. Waktu itu, dari ABK sudah dibandrol dengan harga Rp 12.500, tapi oleh si pedagang bisa dijual dengan harga Rp 29 ribu.
Uniknya, barang yang dibeli itu bisa berputar dimana-mana. Dari si A dijual kepada si B, lalu dijual lagi kepada C dan seterusnya bahkan kembali lagi kepada penjual pertama Seperti itulah sejarahnya dikarenakan sistem penjualannya berputar putar seperti ular makanya dinamakan Pasar Ular.
Awalnya, Pasar Ular berlokasi di sekitar daerah Kebon Bawang, Jakarta Utara. Waktu itu belum ada kios. Cuma ada gerobak yang digunakan untuk memajang baju-baju atau barang-barang yang asalnya dari luar negeri. Barang-barang bermerk luar negeri terkenal seperti Esprit, Guess, Banana Republic Braun Buffel, Alexandro, Breatling tumpah ruah di kios-kios tersebut. Kalau soal harga, jangan khawatir, dijamin jauh lebih murah ketimbang di tempat lain. Padahal harga resminya jauh lebih mahal.
Dengan membawa uang Rp 100 ribu, Anda sudah bisa mendapatkan dua item barang bermerk terkenal. Tapi ada syaratnya, Anda harus pandai menawar, mengerti harga dan mengenali barang. Bahkan aneka pakaian untuk anak-anak dengan merk terkenal bisa didapatkan dengan harga yang murah.
“Murah sekali disini pakaian bermerk yang kualitasnya bagus hanya dijual dengan harga Rp 25 ribu. Selain itu, modelnya baru terus sehingga tidak ketinggalan zaman,” ujar Dini (32), warga Semper Barat yang tengah sibuk memilih pakaian untuk buah hatinya yang berusia 3 tahun.
Ia mengharapkan lokasi Pasar Ular dapat diperluas sehingga pembeli dapat leluasa menjalani interaksi tawar menawar dengan penjual. “Tempatnya yang sempit menjadi kendala utama dan juga bisa mempermudah ulah copet untuk merampas barang-barang berharga milik pembeli,” keluh Dini.
Tapi perlu diketahui, kini barang-barang yang dijual di Pasar Ular ini bukan kualitas import. Tidak ada lagi barangbarang bermerk dari kapal kalaupun ada cuma satu dua. Kebanyakan barang-barang ini kualitas export. Selain sudah jarang yang menyuplai, kebanyakan barang-berang bermerk ini membuka pabriknya di Indonesia. Sebab untuk kualitas, produk Indonesia diacungi jempol oleh dunia. Pekerjaan tangan Indonesia dianggap yang terbaik, terhalus dan terlengkap diseluruh dunia.
Cina memang dapat menghasilkan barang-barang mass production yang super murah, tapi masih kalah secara tehnik dari kerajinan tangan dengan Indonesia. Buatan Thailand memang sangat halus, namun ragamnya tidak sebanyak Indonesia. India ragamnya memang banyak, tapi agak kasar kualitasnya. “Barang-barang di luar negeri kebanyakan diproduksinya di Indonesia dan barang-barang yang beredar di luar negeri itu asalnya dari Indonesia ,” ujar Sardi (45) pedagang jaket kulit di Pasar Ular Plumpang.
Hingga kini, jumlah pedagang di Pasar Ular mencapai 160 orang dan 60 pedagang lainnya berjualan tanpa memliki kios. Sedangkan lahan yang ditempati Pasar Ular tersebut adalah milik PT Perusahaan Listrik Negara. Direncanakan lahan seluas 800 meter persegi itu akan menjadi lahan terbuka hijau dan pedagang Pasar Ular Plumpang akan direlokasi ke Pasar Walang Baru, Koja milik PD Pasar Jaya.
“Saya tidak setuju kalau dipindahkan karena akan kehilangan pelanggan dan pastinya omzet setiap harinya jauh lebih berkurang. Setiap hari libur jumlah pengunjung dari berbagai daerah datang kesini untuk berbelanja dan omzet bisa melonjak hingga 3 kali lipat,” tegas Ridwan (36), pedagang pakaian yang sudah berjualan selama 15 tahun menggantikan orang tuanya.
Sumber Pustaka: http://en.wisatapesisir.com/news/147-pasar-ular-sajikan-aneka-produk-bermerk
Sumber Gambar: http://www.beritajakarta.com/images/video/pasar_ular.jpg
Sejak tahun 1960-an, Pasar Ular sudah berdiri dan barang-barang yang diperjualbelikan diperoleh dari para ABK yang kapalnya tengah bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok. Salah satu barang yang dulu menjadi idola para konsumen yaitu sepatu otafuku, sepatu kulit fantofel asli buatan Jepang. Kekuatannya bisa bertahan hingga 10 tahun. Waktu itu, dari ABK sudah dibandrol dengan harga Rp 12.500, tapi oleh si pedagang bisa dijual dengan harga Rp 29 ribu.
Uniknya, barang yang dibeli itu bisa berputar dimana-mana. Dari si A dijual kepada si B, lalu dijual lagi kepada C dan seterusnya bahkan kembali lagi kepada penjual pertama Seperti itulah sejarahnya dikarenakan sistem penjualannya berputar putar seperti ular makanya dinamakan Pasar Ular.
Awalnya, Pasar Ular berlokasi di sekitar daerah Kebon Bawang, Jakarta Utara. Waktu itu belum ada kios. Cuma ada gerobak yang digunakan untuk memajang baju-baju atau barang-barang yang asalnya dari luar negeri. Barang-barang bermerk luar negeri terkenal seperti Esprit, Guess, Banana Republic Braun Buffel, Alexandro, Breatling tumpah ruah di kios-kios tersebut. Kalau soal harga, jangan khawatir, dijamin jauh lebih murah ketimbang di tempat lain. Padahal harga resminya jauh lebih mahal.
Dengan membawa uang Rp 100 ribu, Anda sudah bisa mendapatkan dua item barang bermerk terkenal. Tapi ada syaratnya, Anda harus pandai menawar, mengerti harga dan mengenali barang. Bahkan aneka pakaian untuk anak-anak dengan merk terkenal bisa didapatkan dengan harga yang murah.
“Murah sekali disini pakaian bermerk yang kualitasnya bagus hanya dijual dengan harga Rp 25 ribu. Selain itu, modelnya baru terus sehingga tidak ketinggalan zaman,” ujar Dini (32), warga Semper Barat yang tengah sibuk memilih pakaian untuk buah hatinya yang berusia 3 tahun.
Ia mengharapkan lokasi Pasar Ular dapat diperluas sehingga pembeli dapat leluasa menjalani interaksi tawar menawar dengan penjual. “Tempatnya yang sempit menjadi kendala utama dan juga bisa mempermudah ulah copet untuk merampas barang-barang berharga milik pembeli,” keluh Dini.
Tapi perlu diketahui, kini barang-barang yang dijual di Pasar Ular ini bukan kualitas import. Tidak ada lagi barangbarang bermerk dari kapal kalaupun ada cuma satu dua. Kebanyakan barang-barang ini kualitas export. Selain sudah jarang yang menyuplai, kebanyakan barang-berang bermerk ini membuka pabriknya di Indonesia. Sebab untuk kualitas, produk Indonesia diacungi jempol oleh dunia. Pekerjaan tangan Indonesia dianggap yang terbaik, terhalus dan terlengkap diseluruh dunia.
Cina memang dapat menghasilkan barang-barang mass production yang super murah, tapi masih kalah secara tehnik dari kerajinan tangan dengan Indonesia. Buatan Thailand memang sangat halus, namun ragamnya tidak sebanyak Indonesia. India ragamnya memang banyak, tapi agak kasar kualitasnya. “Barang-barang di luar negeri kebanyakan diproduksinya di Indonesia dan barang-barang yang beredar di luar negeri itu asalnya dari Indonesia ,” ujar Sardi (45) pedagang jaket kulit di Pasar Ular Plumpang.
Hingga kini, jumlah pedagang di Pasar Ular mencapai 160 orang dan 60 pedagang lainnya berjualan tanpa memliki kios. Sedangkan lahan yang ditempati Pasar Ular tersebut adalah milik PT Perusahaan Listrik Negara. Direncanakan lahan seluas 800 meter persegi itu akan menjadi lahan terbuka hijau dan pedagang Pasar Ular Plumpang akan direlokasi ke Pasar Walang Baru, Koja milik PD Pasar Jaya.
“Saya tidak setuju kalau dipindahkan karena akan kehilangan pelanggan dan pastinya omzet setiap harinya jauh lebih berkurang. Setiap hari libur jumlah pengunjung dari berbagai daerah datang kesini untuk berbelanja dan omzet bisa melonjak hingga 3 kali lipat,” tegas Ridwan (36), pedagang pakaian yang sudah berjualan selama 15 tahun menggantikan orang tuanya.
Sumber Pustaka: http://en.wisatapesisir.com/news/147-pasar-ular-sajikan-aneka-produk-bermerk
Sumber Gambar: http://www.beritajakarta.com/images/video/pasar_ular.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar