Kamis, 11 September 2014

PLTA Plengan dan Lamajan Operasi Sejak 1923

Di Manakah PLTA Tertua di Indonesia?

Plengan dan Lamajan adalah pembangkit listrik tenaga air tertua di Indonesia. Dua PLTA ini berada di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, berjarak sekitar 35 kilometer dari Kota Bandung. Hingga kini keduanya masih beroperasi menyuplai listrik untuk interkoneksi Jawa-Bali.
Plengan dan Lamajan dibangun pada awal 1900-an, bersamaan dengan pembangunan sejumlah PLTA di wilayah Jawa Barat, yakni Bengkok-Dago (Bandung), Ubrug (Sukabumi), dan Kracak (Bogor). PLTA itu dikembangkan di Jawa Barat untuk memenuhi kebutuhan perkebunan dan pabrik teh.
Pembangunan Plengan dan Lamajan dilaksanakan pada 1918-1924. Plengan mulai dioperasikan sejak 1923, sedangkan Lamajan setahun kemudian. Jarak kedua PLTA di lereng Gunung Tilu ini hanya 2 km.
PLTA Plengan memiliki lima turbin dengan kapasitas total 6,27 MW. Adapun turbin di Lamajan sebanyak tiga buah berkapasitas total 19 MW. Hingga saat ini kedua PLTA ini masih beroperasi di bawah kendali Unit Bisnis Pembangkit Saguling PT Indonesia Power dan menyuplai listrik untuk interkoneksi Jawa-Bali.
Untuk operasionalisasi, kedua PLTA memanfaatkan aliran air Sungai Cisangkuy dan anak-anak sungai di sekitarnya. Demi menjamin pasokan air untuk PLTA tersebut, Pemerintah Hindia Belanda membangun dua waduk di Kecamatan Pangalengan, yakni Situ Cileunca pada 1922 dan Situ Cipanunjang pada 1930. Kedua situ tersebut mampu menampung air hingga 30 juta meter kubik.
Air dari situ dialirkan melalui pipa-pipa besi yang disebut pipa pesat untuk menggerakkan turbin. Pipa berwarna kuning berdiameter 1,2-1,8 meter dipasang sepanjang 540 meter mengikuti kontur pegunungan, mulai dari situ hingga PLTA. Jaringan pipa pesat itu terlihat mencolok dari arah Jalan Raya Pangalengan, kontras dengan hijau pegunungan yang dilintasinya. (NDW/LITBANG KOMPAS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar