Menikmati pemandangan kepadatan orang lalu-lalang, deretan penjual yang aktif menawarkan dagangan juga pembeli yang ulet menawar barang buruannya. Kita semua pasti pernah mengalaminya. Tak lain dan tak bukan, kejadian dalam ilustrsi itu adalah aktifitas disebuah pasar. Warga Bogor pasti sangat mengenal tempat ini. Pasar Anyar, sebuah pasar yang cukup legendaris berlokasi di kawasan pusat kota. Namun tidak banyak yang tahu bagaimana bentuk awal dan sejarah yang melekat dengan pasar Anyar.
Kemudian ada tempat penyimpanan sepeda dan pagar kawat beranyam lebar menghias sekeliling pasar tersebut sampai batas Plantenweg (Jl Kebon Kembang). Pagar yang ditumbuhi pohon merambat berwarna bunga ungu dengan selokan yang mengalir bening di depan pasar tersebut. Pasar Anyar dibangun bersamaan waktunya dengan pembangunan jembatan Anyar setelah dibangunnya stasiun Kereta Api Bogor ahun 1881. Dan siapa sangka jika jalan aspal bersih disampingnya ada sebuah bangunan gudang yang kini namanya terabadikan sebagai merk rokok, yaitu Gudang Garam.Nama jalan tetap jalan stasion, orang bogor dulu menyebutnya “taksion”. Terminal sado dan delman berada persis di depan Gudang Garam tersebut. Disana juga terpampang papan dari plat seng untuk menempel segala surat kabar berita dari pemerintah Bogo pada waktu itu. Namun kondisi sekarang sudah jauh berbeda. Jika dulu pagi-pagi banyak oramg berjejer membaca kini kondisi itu sudah tidak ada lagi. Awalnya pasar Anyar ini bernama pasar Kebon Kembang. Hal ini disebabkan dulu disebelah belakang samping kanan pasar tersebut terdapat lahan kosong yang hanya ditumbuhi bunga-bunga dan rumput hijau yang tidak boleh diinjak. Lama-kelamaan lahan ini sering digunakan untuk pasar malam, bahkan dibangun pula tempat Tonil (sandiwara). Pemain panggung asal priangan pernah berpentas disana, diantaranya “Miss Dja Climanof dan juga Maritje Van Gambir “Nyai Dasima”. Apabila kita berada di tahun 1939, dapat kita saksikan kota Bogor yang benar-benar Buitenzorg yang lengang dan dingin. Kini lahan itu telah berubah menjadi taman Ade Irma Suryani yang padat. Nama dan bentuk Pasar Anyar tempo dulu mungkin hanya tersisa dalam benak dan bayangan generasi pendahulu kita yang sekarang berusia 70an. Pasar yang dulu masih rapi dan teratur. Kios-kios yang dibangun ukurannya telah ditentukan. Barang dagangan yang digelarpun tidak boleh keluar dan meluber ke trotoar. Ketentuan lain yang tidak boleh dilanggar adalah mereka harus berdagang pada bangunan luas dan panjang.
Hmmmmm…begitu mengesankan jika kita memahami ilustrasi nostalgia tersebut. Situasinya sungguh jauh dari apa yang kita bayangkan sekarang. Pasar Anyar telah berbenah menjadi lebih riuh, padat dan beragam permasalahan sosial yang kian kompleks. Dan sayangnya tidak banyak yang tahu tentang cerita Pasar Anyar ini. Sejarah arif yang sebenarnya dapat kita jadikan cerminan perubahan ini mengarah kemana. (Inspirasi tulisan dari TOPONIMI Kota Bogor hal 57 karya Eman Soelaeman) (http://anggitmimetrue.wordpress.com/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar