Jumat, 12 Desember 2014

Menelisik Monumen Berbahasa Jepang di Balikpapan

Mengisi liburan akhir tahun 2013, aku memutuskan tuk ke Kota Balikpapan yang berjarak 115 km dari domisiliku saat ini, Samarinda, tepatnya pada tanggal 21 Desember. Waktu tempuh yang ku jalani sekitar lebih kurang tiga jam, mulai dari pukul 17.15 sore dan sampai pukul 20.30 malam dengan bersepeda motor.

Di sela-sela waktu tersebut, aku singgah di masjid selama 20 menit tuk ibadah Magrib dan makan malam selama 15 menit. Kedua aktivitas menyinggah tersebut berlokasi di KM 38 Sungai Merdeka, kecamatan Samboja, Ku-Kar, yang memang menjadi tempat pemberhentian favorit setiap pengendara jalan Soekarno-Hatta. Di Balikpapan, aku menginap ke tempat nenekku tercinta di daerah Gunung Polisi, tetapi rumah sepupu yang berada di depan rumah nenek sedang kosong ditinggal liburan ke Tenggarong. Alhasil, aku ditawari nenek tuk menempatinya sementara waktu. Nenek tidak sendiri, ada cucunya juga yang menginap di tempat beliau, dari Samarinda juga, namanya Ida dan Lia, yang juga mengisi liburan akhir tahun dengan berkunjung dan menginap di tempat nenek.
Ke Balikpapan, belok kiri.
Selain ke tempat nenek, di Balikpapan aku sempatkan untuk jalan-jalan mengendarai sepeda motor dengan membawa tas berisi kamera DSLR, siapa tahu ada objek menarik yang bisa dibidik. Nah, aku sudah berencana untuk ke daerah Balikpapan Timur, sekitar 30 km dari tempat nenek, karena ada situs sejarah yang membuatku penasaran setelah beberapa waktu sebelumnya aku meramban di internet, yakni situs sejarah monumen Jepang.

Monumen Kuburan Jepang

Siang itu, sekitar pukul 14.00 siang tanggal 25 Desember, aku mencoba menyusuri Jalan Mulawarman, jalan utama di kawasan Balikpapan Timur yang juga merupakan jalan poros menuju Handil, Ku-Kar bagian pesisir. Jalan poros ini dulunya merupakan jalan darat satu-satunya dari Balikpapan menuju Samarinda, sebelum digeser oleh Jalan Soekarno-Hatta yang melintasi hutan belantara Borneo. Jalan ini pada siang itu tampak begitu ramai oleh lalu lalang kendaraan karena bertepatan dengan libur natal dan orang-orang berlibur ke pantai yang ada di Balikpapan Timur, khususnya ke pantai Lamaru dan Manggar.

Plang situs sejarah monumen Jepang yang tidak ada arti apa-apa,
baik itu petunjuk atau penjelasan gambarnya.
Ku susuri Jalan Mulawarman dengan kecepatan sekitar 50 km/jam, ku temukan ada plang yang menunjukkan arah ke lokasi situs sejarah. Plang tersebut berhimpitan dengan plang iklan sedot WC dan petunjuk arah rumah detensi imigrasi (itu, lho, yang digunakan tuk menampung imigran gelap jika ada yang terdampar di pantai Balikpapan). Langsung saja ku menyeberang jalan belok kanan memasuki Jalan Sosial, nama jalan itu. Ketika sampai di ujung, ku melihat ada pantai dan resort. Pantainya tidak begitu bersih, dan bukan pantai untuk wisata, dilihat dari jumlah pengunjung yang datang yang bisa dihitung dengan jari. Hanya orang-orang lokal yang biasanya ke pantai ini, baik untuk menikmati pemandangan Selat Makassar maupun mencari hewan laut di pesisir.
Pantai tidak terkenal di kelurahan Lamaru.
Sambil bersepeda motor, aku celingak-celinguk kiri-kanan tuk melihat petunjuk selanjutnya. Kok tidak ada tanda-tanda keberadaan monumennya, ya? Akhirnya, aku berbalik dan mencoba berbelok ke kanan yang ternyata menuju sebuah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan setelah itu buntu. Aku berbalik lagi dan celingak-celinguk lagi. Aku melihat ada sebuah bangunan mirip monumen, berwarna abu seperti batu dari kejauhan. Nah, itu dia! Kalau ku lihat, posisinya seperti menghadap ke laut, jadinya aku berbalik lagi ke pantai itu tadi dan ternyata di pantai itu ada jalan setapak yang menuntunku ke lokasi situs sejarah.
Jalan setapak menuju situs sejarah Monumen Jepang.
Setelah sampai, aku turun dari motor dan melihat sekeliling. Ternyata kawasan situs sejarahnya tutup, gerbangnya diikat dengan tambang, seolah-olah tidak terbuka untuk umum. Aku lihat sebuah plang, tenyata KUBURAN JEPANG!! Langsung merinding aku dibuatnya. Tapi itu segera hilang. Aku fokus tuk mencari jalan masuk 'ilegal' ke kompleks monumen Jepang. Ada sebuah celah kosong di samping kanan situs, ternyata menuju ke kebun warga setempat. Ada seorang perempuan tua, pakaiannya lusuh dan kotor penuh tanah, mungkin habis berkebun. Ku sapa beliau.
Bagian depan situs sejarah monumen Jepang.
Pagarnya oleh tali tambang plastik.
Alamak! Ternyata KUBURAN!
"Permisi, bu! Tempat (situs) ini memang ditutup ya?"
"Iya, nak!"
"Kenapa ya bu?"
"Supaya tidak diganggu tangan jahil. Soalnya ini monumen yang tidak khusus dijadikan sebagai tempat wisata, hanya jadi cagar budaya, nak!"
"Apa saya boleh masuk?"
"Boleh saja, nak! Asal bayar uang kebersihan saja."
Monumen Jepang yang di bawahnya merupakan kuburan tentara Jepang.
Ku sanggupi permintaan ibu itu yang bernama Ibu Buniran. Buniran itu nama suaminya, sedangkan ibu itu sendiri tidak menyebutkan nama aslinya karena lebih senang disapa Bu Buniran. Sambil merogoh kocek untuk menyiapkan uang kebersihan, bu Buniran membuka ikatan tali tambang yang membelit gerbang situs monumen Jepang. Aku pun dipersilakan masuk. Di dalam kompleks situs monumen Jepang, terdapat sebuah gazebo dan kamar kecil yang sudah lama tak digunakan. Situs ini dikenal juga sebagai kuburan Jepang karena di bawah monumen yang sampai saat ini berdiri kokoh, terdapat kuburan tentara Jepang yang gugur ketika menyerbu Balikpapan. Monumen tersebut terbuat dari batu dan bertuliskan huruf kanji yang saya sendiri pun tak tahu maknanya. Monumen tersebut diresmikan pada bulan Juni 1990, sebagaimana yang tercantum di monumen. Di sekeliling monumen terdapat tumbuh-tumbuhan yang kebanyakan merupakan bunga (aku tak tahu nama bunga-bunganya). Langsung ku keluarkan kamera DSLR dan jepret sana jepret sini.
Monumen yang kedua.
Gazebo di sekitar situs.
Kamar kecil yang sudah lama tak digunakan. Hiii!!!
15 menit kemudian, aku pamit kepada bu Buniran dan mengucapkan terima kasih telah diizinkan masuk sambil memberi uang kebersihan seikhlasnya. Aku kembali menyusuri jalan setapak di tepi pantai dan berhenti sejenak menikmati angin sepoi-sepoi. Perjalanan ku lanjutkan kembali menuju Klandasan dan kembali ke rumah nenek. (http://ezagren.blogspot.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar