Tak banyak yang tahu, teh sebagai minuman yang digemari banyak orang di dunia telah membangun budayanya sendiri. Dari dalam cangkir-cangkir teh yang berhasil diseduh selalu menyimpan historis, membuat teh tak hanya menjadi sekadar minuman karena di dalamnya, terkumpul narasi dan sejarah yang ikut mengiringi peradaban sebuah bangsa.
Kalau Jepang memiliki tata cara untuk menikmati minuman yang satu ini, berbeda dengan Indonesia, di sini tata cara menikmati teh belum ada aturan seragam yang seperti itu hanya saja cara menyeduhnya di tiap daerah bisa saja berbeda-beda.
Satu fakta lagi soal teh di Indonesia, keberadaannya di Indonesia menjadi cukup penting karena saat ini, Indonesia menjadi negara penghasil teh nomor empat di dunia. Mengapresiasi hal tersebut maka diselenggarakan festival teh dengan tajuk ‘Nusantara International Tea Festival' di Kota Tua Jakarta hasil kerja sama komunitas Lingkar Teh Indonesia dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mulai 19 hingga 22 Juni 2014.
Di hari-hari tersebut, anda dapat menikmati berbagai jenis tradisi minum teh dan mengenal jenis-jenis teh dari Indonesia maupun manca negara, di antaranya teh yang berasal dari India, yakni Nilgiri Tea, Jepang dengan Siang Ming Tea, lalu untuk peserta lokal Tong Tji, Kepodang, Arafa Tea, Pagilarang, Sariwangi, Banten Tea, Teh 63, dan Amaran Tea.
Untuk Indonesia sendiri, nyatanya sudah ada budaya di tiap daerahnya. “Kalau bicara budaya minum teh, rasanya Indonesia tak kalah menarik. Tahu kan, di Tegal sana sudah tercipta tradisi turun-menurun menikmati teh. Teh di sana diseduh dengan air panas dalam poci yang ditambahkan gula batu. Gula tak boleh diaduk, dinikmati panas-panas dengan wangi bunga melati yang kuat dan warna teh yang sedikit hitam hingga terasa kental. Istilahnya wasgitel yaitu wangi, sepet, legi dan kentel (wangi, sepet, manis dan kental),” ujar Eva Nainggolan, Public Relation dari Teh Enam Tiga, Jumat (20/6/2014). Teh Enam Tiga merupakan salah satu teh lokal yang ikut menyemarakkan festival ini.
Begitu juga dengan Padang, ada budaya menyeduh teh yang unik di sana menurutnya. “Kita kenal dengan teh talua, yaitu teh yang diseduh dan ditambahkan telur mentah. Nikmat sekali, soal budaya, cita rasa teh, hingga kualitas Indonesia tak pernah kalah.
Kegelisahan itu pula ternyata yang menjadi fondasi diselenggarakan festival ini, hal tersebut diutarakan oleh Sylviana Murni, inisiator acara sekaligus Deputi Gubernur Pemprov DKI Bidang Pariwisata dan Kebudayaan. “Dengan adanya festival ini, kami ingin mendorong budaya minum teh di Indonesia sekaligus mendorong Kota Tua Jakarta menjadi pusat kegiatan kebudayaan di Jakarta,” ungkapnya.
Hingga tanggal 22 Juni 2014, anda tak hanya dapat mengenal lebih dalam budaya teh saja, karena di kawasan itu juga sedang diselenggarakan Kota Tua Creative Festival (KTCF). Di mana pengunjung juga dapat menikmati pameran seni kontemporer, arsitektur, instalasi dan fotografi yang diselenggarakan di beberapa gedung bersejarah di seputar Taman Fatahillah, di antaranya adalah Gedung Tjipta Niaga, Gedung Kerta Niaga, Gedung Samudera dan Stasiun Kota. (http://travel.kompas.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar