Sejarah
berdirinya negara Dipa diawali dengan adanya pelayaran yang dilakukan
oleh Empu Jatmika. Mereka adalah saudagar dari negeri Keling. Pelayaran
ini dilatarbelakangi wasiat ayah Empu Jatmika, yakni Mangku Bumi. Amanat
Mangku Bumi antara lain adalah agar anak-anaknya pergi keluar negeri
dan mencari sebuah negeri yang bertanah panas dan berbau harum untuk
ditinggali setelah dia meninggal, karena di Keling sudah banyak
orang-orang yang berhati iri dan dengki.
Setelah
ayahnya meninggal, Empu Jatmika memerintahkan kepada hulubalang Arya
Magatsari dan Tumenggung Tatah Jiwa beserta kepala jabatan perdagangana
Wiramartas yang merupakan orang yang menguasai banyak bahasa dan
terkenal kehebatannya sebagai nahkoda untuk ikut dalam pelayarannya.
Kapal yang digunakan adalah kapal Prabayaksa. Alhasil sampailah mereka
pada daerah yang panas dan berbau harum yang bernama Pulau Hujung Tanah.
Di situlah Empu Jatmika mendirikan kerajaan baru bernama Negara
Dipa/Dipateh yang artinya negeri seberang tanah. Empu Jatmika sendiri
bergelar Maharaja di Candi. Dibangunlah Candi Agung.
Empu
Jatmika memiliki 2 orang anak dari hasil perkawinanya dengan Sira
Manguntur, yakni Empu Mandastana dan Lembu Mangkurat (Lambung
Mangkurat). Karena masyarakat sekitar Candi percaya barangsiapa yang
menjadi raja sedangkan dia bukanlah dari golongan raja, maka akan
mendatangkan marabahaya. Maka Empu Jatmika yang bukan keturunan raja,
melainkan hanya seorang saudagar yang kaya raya menyadari harus mencari
raja yang sebenarnya. Oleh sebab itu, sebelum dia mangkat, dia
memerintahkan kepada kedua orang putranya untuk mencari raja
sesungguhnya dengan jalan bertapa. Empu Mandastana diperintahkan agar
bertapa di gunung, di dalam goa atau di pohon besar, sedangkan Lambung
Mangkurat bertapa di pusar air di atas rakit batang pisang di daerah Ulu
Banyu atau yang sekarang dikenal dengan nama Nagara.
Perintah
dijalankan setelah Empu Jatmika wafat. Lambung Mangkurat bertapa selama
40 hari 40 malam di daerah Ulu Banyu dan pada malam terakhir
pertapaannya, terdengarlah suara merdu dari dalam air yang
mengisyaratkan agar Lambung Mangkurat menyediakan 40 jenis kue dan
makanan beserta iring-iringan dayang yang berpakaian serba kuning.
Selain itu Junjung Buih meminta untuk dibuatkan Mahligai yang dikenal
dengan nama mahligai Puteri Junjung Buih yang tiang-tiangnya terbuat
dari Batung Batulis, serta kain pamintan yang asal katanya adalah kain
parmintaan (sasirangan) yang dibuatkan oleh 40 dara. Setelah permintaan
Junjung Buih dikabulkan, maka keluarlah buih yang besar dan bercahaya.
Dari sana keluar seorang puteri cantik jelita bernama Puteri Junjung Buih, raja Negara Dipa.
Lambung
Mangkurat menjadi Mangkubumi Kerajaan Dipa merasa berkewajiban
mencarikan suami yang pantas untuk Puteri Junjung Buih yang terkenal
sakti. Maka bermimpilah Lambung Mangkurat. Dalam mimpinya dia bermimpi
ayahnya, Empu Jatmika memberi petunjuk agar mencarikan calon suami raja
di seberang lautan, yakni Kerajaan Majapahit. Maka diutuslah seorang
pengawal ke Majapahit. Sesampainya di sana, Maha Patih Majapahit
mengatakan dia memiliki anak tapi tidak sempurna fisiknya. Orang-orang
menyebutnya Raja Bulat Bualing. Namun, demi menjalankan perintah, Raja
Bulat Bualing tetap dibawa ke Negara Dipa.
Sesampainya
di Muara Banjar, Puteri Junjung mendapat kabar bahwa calon suaminya
hampir tiba di kerajaannya. Karena sang Puteri menginginkan calon suami
yang sakti yang tidak kalah saktinya dengan dirinya, maka Puteri Junjung
Buih mengutus Naga untuk menghalau air agar kapal rombongan Raja Bulat
Bulaling kandas. Dalam kebingungan para pengawal istana, maka Raja Bulai
Bulaling memerintahkan agar melemparkan dirinya ke dalam air agar
dirinya dapat membunuh naga. Pengawalpun menuruti perintahnya. Selama
berhari-hari Raja Bulat Bulaling di dalam air. Konon waktu itu turun
bidadari dari langit yang berdoa atas keselamatan Raja Bulat Bulaling
dengan cara menari. Tarian ini dikenal dengan tarian Baksa Kambang.
Akhirnya
di dalam air muncul seorang laki-laki yang gagah perkasa. Dia adalah
Raja Bulat Bulaling yang telah berubah wujudnya. Dia dikenal dengan nama
Suryanata (Raja Matahari). Puteri Junjung Buih mengakui kesaktian
Suryanata dan bersedia menjadi isteri.
(https://rrraarpwoofwoof.wordpress.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar