Jumat, 10 April 2015

R.M. Sedyatmo

* Penemu Konstruksi Cakar Ayam

  Pria ini ialah seorang insinyur ternama indonesia. Ia juga merupakan seorang profesor yang dikenal atas penemuannya mengenai pondasi untuk bangunan yang disebut cakar ayam. Berikut sekilas mengenai biografi R.M. Sedyatmo.
Prof. Dr.(HC) Ir. R. M. Sedyatmo atau Sedijatmo atau Sediyatmo lahir di Karanganyar, Jawa Tengah, 24 Oktober 1909dan meninggal di Jakarta, 1984 adalah seorang insinyur Indonesia. Sedyatmo yang sering dijuluki "Si Kancil" karena terkenal karena banyak akalnya menempuh pendidikan di Technische Hoogeschool te Bandoeng (THS) (sekarang ITB) Bandung. Pernah sebelumnya nama Prof. Ir. R.M. Sedyatmo dengan nama R.M. Sarwanto di masa kecilnya, akan tetapi nama tersebut menjadikan Sedyatmo sering sakit-sakitan, maka dari itu digantilah dengan nama Sedyatmo yang artinya sebagai anak yang kelak akan menjadi anak yang baik dan berguna baik masyarakat, bangsa, dan negaranya.
Sedyatmo merupakan putra Mangkunegaran yang besar dalam lingkungan aristodemokrasi, artinya keluarga aristokrat yang menganut paham demokrasi dalam kehidupan harian mereka. Dalam lingkungan seperti ini ia bertumbuh dan belajar untuk menciptakan peluang. Menempuh pendidikan di Technische Hogescholl (THS) atau ITB dengan berbagai macam tentangan dan selisih pendapat dengan gurunya, menjadikan R.M. Sedyatmo mendapat julukan " Si Kancil " dan Selesai dari THS pada 1934. Sedyatmo bekerja sebagai insinyur perencanaan di berbagai instansi pemerintah dan terkenal sebagai penemu "Konstruksi Cakar Ayam" pada tahun 1962 dan merancang susunan landasan Bandara Soekarno Hatta. Temuan Sedyatmo awalnya digunakan dalam pembuatan apron Pelabuhan Udara Angkatan Laut Juanda, Surabaya, landasan bandara Polonia, Medan, dan landasan bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Hasil temuannya tersebut telah dipatenkan dan dipakai di luar negeri.
Pondasi cakar ayam terdiri dan plat beton bertulang dengan ketebalan 10-15 cm, tergantung dari jenis konstruksi dan keadaan tanah di bawahnya. Di bawah plat beton dibuat sumuran pipa-pipa dengan jarak sumbu antara 2-3 m. Diameter pipa 1,20 m, tebal 8 cm, dan panjangnya tergantung dari beban
di atas plat serta kondisi tanahnya. Untuk pipa dipakai tulangan tunggal, sedangkan untuk plat dipakai tulangan ganda
Sistem pondàsi cakar ayam sangat sederhana, hingga cocok sekali diterapkan di daerah dimana peralatan modern dan tenaga ahli sukar didapat. Sampai batas-batas tertentu, sistem ini dapat menggantikan pondasi tiang pancang. Untuk gedung berlantai 3-4 misalnya, sistem cakar ayam biayanya akan sama dengan pondasi tiang pancang 12 meter.
Namun, Sedyatmo bukanlah ilmuwan yang haus akan penghargaan. Sikap rendah hati dan dedikasinya yang tinggi terhadap bangsa menjadi spirit bagi ciptaannya. Dan uniknya, Sedyatmo selalu menekankan pentingnya intuisi dan pengamatan terhadap alam semesta. Karya cakar ayamnya merupakan bukti bagaimana ciptaannya terilhami oleh akar pohon kelap
Sedyatmo melepas semua kedudukan dan kekuasaan karena harus pensiun pada usia 55 tahun di tahun 1964, tetapi tidak berhenti sampai di situ, Sedyatmo tetap memperjuangkan temuan pondasi cakar ayamnya dan masih mengabdi di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik hingga tahun 1976. 
Sedyatmo berpandangan kehidupan sebagai peluang dari Tuhan, segala kemampuan yang dimiliki bersumber dari kuasa Tuhan. Manusia hanya sebagai pelaksana dari senjata yang di berikan Tuhan, senjata lima serangkai yang sudah diberikan Tuhan kepada manusia yaitu imajinasi, intelektual, intuisi, inspirasi, serta insting yang bekerja di luar kesadaran manusia dan satu hal yang sangat menonjol dari karakter Sedyatmo adalah kesabarannya dan kepasrahannya kepada kehendak Yang Kuasa.
Beberapa karya Sedyatmo lainnya yang terkenal adalah pompa hidrolis, bendungan Jatiluhur, dan bahkan jembatan Suramadu dibangun berdasarkan konsep awal Sedyatmo. Tak heran, kontribusinya yang luar biasa bagi pengetahuan teknik, menobatkan Sedyatmo meraih sejumlah penghargaan internasional. Nama Sedyatmo kemudian diabadikan sebagai nama jalan bebas hambatan dari Jakarta menuju bandara Soekarno Hatta.
Setelah 14 tahun menduda dengan 5 orang putrinya, Sedyatmo menikah dengan Hj. R. Ay. Sumarpeni. Profesor Sedyatmo meninggal dunia di usia 75 tahun pada 1984 dan dimakamkan di Karanganyar. Sepeninggalannya, Pemerintah Indonesia menganugerahkan Bintang Mahaputra Kelas I kepada Sedyatmo.
Referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Sedyatmo
http://m.merdeka.com/profil/indonesia/r/rm-sedyatmo/
http://kolom-biografi.blogspot.com/2012/02/biografi-prof-ir-rm-sedyatmo.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar