Kamis, 18 Juni 2015

Iswadi Idris, Si Boncel yang Melegenda

Libur satu pekan yang dihadiahkan pada timnas U-19 untuk mengikuti UN susulan dan bertemu dengan sanak keluarga sedikit menurunkan tempo hegemoni U-19 yang tiap pekan digaungkan oleh supporter Indonesia. Kehausan akan prestasi timnas senior layaknya dapat sedikit terobati dengan adanya generasi emas asuhan pelatih Indra Sjafrie ini. Padahal, jauh sebelumnya, Indonesia memiliki bakat-bakat yang layak untuk dikenang dan dibanggakan.
Pada era 1960-1970, adalah era dimana Indonesia dijuluki Macan Asia. Pada waktu itu timnas senior Indonesia dihuni pemain top seperti Iswadi Idris, Sutjipto Suntoro, Jacob Sihasale dan Abdul Kadir. Nama pertama yang disebutkan merupakan bek kanan terbaik pada masanya. Siapa Iswadi Idris?

masa kejayaan timnas
Timnas Era 80n
Semasa menjadi pemain, Iswadi Idris mempunyai julukan unik layaknya pemain bintang sepakbola yaitu Si Boncel. Dengan tubuh mungilmya, Iswadi merupakan pemain yang serba bisa. Sering maju kedepan membantu penyerangan adalah hal biasa, sehingga pundi-pundi gol pun dia torehkan. Iswadi memiliki visi bermain di atas rata-rata serta memiliki jiwa leadership yang mumpuni. Sehingga, diapun dinobatkan sebagai kapten timnas Indonesia sejak 1970- sampai 1980.
Iswadi mengawali karier sebagai bek kanan, namun pada saat pertandingan Si Boncel sering dimainkan sebagai gelandang sayap kanan. Pada kariernya di Timnas era-80, dia dipasang sebagai sweeper. Timnas Indonesia adalah kekuatan utama Asia pada masa itu. Timnas sudah terbiasa bertanding dengan tim-tim elit seperti Fiorentina, Santos, PSV Eindhoven, Uruguay, Sao Paulo, Jerman, Bulgaria, Uni Soviet.
Si Boncel Iswadi Idris
Si Boncel Iswadi Idris
Momen paling dia kenang adalah momen saat Timnas Indonesia bertanding menghadapi Dynamo Moscow dalam partai uji coba di Gelora Bung Karno (Senayan). Kiper Dynamo saat itu adalah kiper legendaris dunia dan biasa disebut kipper terbaik abad ini, dialah Lev Yashin. Saat itu Iswadi Idris menerima umpan terobosan dari Sutjipto dari lini tengah. Setelah berhasil menguasai bola, biasanya Iswadi langsung melakukan tembakan kearah gawang untuk mencetak gol. Tetapi, Iswadi terkesima dengan kharisma yang ditunjukan oleh Yashin, dam justru mengirim umpan balik kepada Jacob Sihasale, dan akhirnya gol pun gagal didapatkan timnas Indonesia. Hingga akhir hayatnya, rasanya Iswadi tidak akan pernah melupakan momen dimana dia seharusnya dapat mencetak gol ke gawang kiper legendaris.
Kini Indonesia sudah kehilangan seorang legenda sepakbola. Iswadi Idris menghembuskan nafas terakhirnya akibat stroke. Iswadi sempat menjalani perawatan di RS Metropolitan Medical Center (MMC), Kuningan, Jakarta Selatan.  Selamat jalan pemain terbaik bangsa, Iswadi Idris. Semoga generasi berikutmu mampu mengharumkan nama baik bangsa. (http://gordenbola.web.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar