Minggu, 07 Februari 2016

Meranti Negeri Seribu Hikayat

Meranti Negeri Seribu Hikayat
Mantan Kepala Balai Bahasa Provinsi Riau, Agus Sri Danardana, menyerahkan piagam penghargaan kepada salah seorang penulis buku terbitan LAMR Kepulauan Meranti. (JEFRIZAL/RIAU POS)
Lembaga Adat Melayu Riau (LAM) Kepulauan Meranti berazam memuliakan para penulis yang selama ini mulai terabaikan. Apalagi, di masa lalu, Riau memang gudangnya para penulis yang karya-karya mereka masih bisa dibaca hingga hari ini. Untuk menyemarakkan aktivitas tulis-menulis itu LAMR Kepulauan Meranti menaja perhelatan bertajuk “Menulis Hikayat Menjunjung Adat”, Rabu (27/1/) silam di Taman Cik Puan, Kota Selatpanjang.

Hujan turun dengan derasnya. Orang-orang yang berkumpul di bawah tenda di taman kota itu saling merapatkan barisan. Menghindari percik air dan tempias akibat angin kencang. Meski lebat tidak menyurutkan niat mereka untuk bubar dan pulang. Orang-orang itu, yang terdiri dari siswa-siswi SMA se derajat, mahasiswa/mahasiswi, guru dan dosen, serta para seniman dan masyarakat tetap bersemangat mengikuti acara peluncuran buku-buku terbitan LAMR Kepulauan Meranti hingga selesai.

Tiga buku yang diluncurkan antara lain berjudul Dongeng Anak Meranti karangan Nurimah Sueb dan kawan-kawan, Hikayat Dewa Safri karangan Afrizal Cik, dan Peribahasa Melayu dalam Ungkapan dan Makna dengan kata pengantar ditulis oleh Agus Sri Danardana yang berkesempatan pula hadir pada perhelatan tersebut. Ketiga buku ini menjadi bukti bahwa penulis-penulis lokal, bahkan yang masih berusia muda mampu menulis dan member sumbangsih bagi masyarakat.

“Saya bangga dan salut kepada anak-anak muda yang ulet dan giat dalam menulis serta menghasilkan karya-karya mereka. Tidak hanya itu, mereka juga kompak dan bersama-sama menggelar perhelatan yang besar ini,” ungkap Ketua LAMR Kepulauan Meranti H Ridwan Hasan saat membuka acara.

Datuk Ridwan Hasan menambahkan, sudah sejak lama Riau dikenal sebagai negeri yang melahirkan banyak penulis. Sejak zaman kerajaan dahulu, dari Riau-Lingga hingga Kerajaan Siak Sri Indrapura. Tercatat beberapa nama seperti Raja Ali Haji, Raja Ali Kelana, Fatimah Terong, Aisyah Sulaiman, dan banyak lagi. Lalu, generasi selanjutnya tercatat pula nama Soeman Hs, BM Syamsuddin, dan terus berlanjut ke Hasan Junus, Ibrahim Sattah, Sutardji Calzoum Bachri, Taufik Ikram Jamil, dan banyak lagi.

Penulis-penulis itu menjadikan khazanah Riau atau Melayu Riau sebagai bahan untuk dieksplorasi dalam karya-karya mereka. Dari situlah, dunia luas mengenal Riau secara baik sehingga dunia tulis-menulis terus mengalami perkembangan. Untuk itu, LAMR Kepulauan Meranti tidak henti-hentinya mengajak generasi muda untuk menulis dan menggali cerita-cerita tempatan dan akan berjanji untuk membukukannya.
Salah seorang sastrawan Riau Afrizal Cik yang juga pengurus lembaga adat tersebut menjelaskan, dirinya dan kawan-kawan beberapa tahun belakangan ini merasa resah. Hal itu karena minimnya pertumbuhan dan perkembangan dunia tulis menulis di Kepulauan Meranti. Untuk menggairahkan dunia tersebut, ia bersama beberapa pengurus merancang sebuah agenda khusus yang jitu dan menyenangkan. Hasilnya, dapat langsung dirasakan sebab cukup banyak anak-anak muda Meranti yang berminat untuk menulis hikayat, legenda, dongeng dan semacamnya.

“Jika diteliti, dihimpun, dan dihitung, kami percaya jumlah cerita rakyat seperti legenda, hikayat di Kepulauan Meranti tidak sedikit jumlahnya. Paling tidak, satu kampong ada 10 cerita dan jika dikumpulkan setiap kampong maka tidak akan kurang dari 1000 hikayat dan cerita. Karena itulah kami berazam negeri ini menjadi Negeri Seribu Hikayat,” ungkapnya panjang lebar.

Sementara itu, Agus Sri Danardana yang didaulat untuk memberikan support dan spirit pada anak-anak muda Kepulauan Meranti untuk menulis mengatakan, Kepulauan Meranti itu unik. Setiap orang tetap mempertahankan bahasa ibu mereka dan itu berlanjut hingga ke mana pun mereka pergi dan merantau. Mantan Kepala Bahai Bahasa Provinsi Riau Agus Sri Danardana yang hijrah ke Padang (Sumbar) bahkan, menyebut dirinya merasa tersanjung selama bertugas di Riau. Bahkan dipenghujung masa jabatannya di Riau, masih ada juga yang memberikan penghormatan luar biasa padanya, yakni LAMR Kepulauan Meranti.

“Banyak orang menyebut, Balai Bahasa Provinsi Riau telah memberikan sumbangsih besar pada perkembangan dunia tulis menulis, namun kami merasa belum melakukan apa-apa,” kata Agus menegaskan yang disambut tepuk gemuruh semua yang hadir.

Masih banyak sambutan yang disampaikan pihak-pihak berkompeten pada malam itu, namun semuanya berharap, lahir penulis-penulis hebat dari Kepulauan Meranti. Diakhir acara, panitia memberikan buku-buku terbitan LAMR Kepulauan Meranti tersebut kepada semua tetamu yang hadir secara gratis.(http://www.riaupos.co/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar