Senin, 22 Agustus 2016

BATU BADAON


Bajak laut sering datang ke Pulau Rote. Ia merampas harta rakyat. Rakyat hidupnya tak tenteram. Mereka menyingkir ke gunung-gunung.
Tampillah seoang muda bernama Bais. Ia meninggalkan istrinya. Lalu, dengan mengendarai kuda ia pergi mencari moyangnya. Baidaleloe, moyangnya Bais, tinggal di Gunung Lamola. Ia kebal pada senjata.
Dari moyangnya itu, Bais mendapatkan kekebalan. Ketika hendak pulang, Bais dibekali seruas tabung bamboo berisi obat kebal. Dengan bantuan beberapa orang teman, Bais berhasil menumpas bajak laut.
Enam tahun kemudian, Pulau Rote diserang pasukan Helong. Pasukan Rote kalah karena kurang latihan. Raja Rote ditawan.
Pasukan Bais berhasil mengalahkan pasukan Helong. Bais diambil menantu oleh Raja Rote. Ia dikawinkan dengan Beis. Pada suatu hari, Bunameni, istri Bais, datang ke istana tapi ditolak.
Suatu ketika, bapak dan ibu Bais pun datang ke istana, tetapi juga ditolak. Bais mengatakan bahwa bapak dan ibunya telah meninggal.
Orang tua Bais pergi ke sebuah bukit. Di sana mereka menangis. Air mata mereka berubah menjadi banjir besar. Istana Bais pun terlanda banjir. Bais dan Beis berubah menjadi buaya.
Bunameni meminta kepada Dewata agar suaminya bisa kembali menjadi manusia. Permintaan ini tidak dikabulkan. Dewata menyuruh Bunameni pulang karena anak-anaknya telah rindu.
Di rumah Bunameni telah tersedia beras sebakul. Jika ditanak sebutir saja, butir beras akan menjadi nasi yang cukup dimakan sekeluarga. Bunameni hidup dengan dua orang anaknya, yaitu Matia dan Lilo. Keajaiban beras itu tak pernah diceritakan kepada anaknya.
Pada suatu hari, Bunameni di ajak tetangganya mencari ikan ke laut. Ia nerpesan kepada Matia agar menanak sebutir beras saja. Pesan itu tidak diindahkan Matia. Ia mengambil seliter beras lalu ditanaknya . ketika air beras mendidih, tumpahlah airnya. Akhirnya, periuk berubah menjadi sebuah mata air, menjadi anak sungai hingga ke tepi laut.
Bunameni sangat marah. Ia berkata kepada anaknya, “ Matia Ibu mau pergi untuk selama-lamanya. Lebih baik ibu tinggl dalam perut batu Badaon daripada tinggal bersama anak yang tak mau mendengarkan nasihat orang tua.”
Bunameni pergi mendaptkan sebuah batu besar di lereng bukit. Konon batu itu datang sendiri dari Hindia belakang karena penduduk di sana tidak mau lagi memujanya. Disebut “ Batu Badaon” karena tertutup oleh banyak daun. Pada batu ini ada pintu yang bisa membuka dan menutup sendiri. Untuk membuka pintu itu, orang harus menyanyi. Bunameni menyanyi. Pintu batu terbuka. Bunameni lalu masuk. Tiba-tiba Matia menyusul dengan menggendong adiknya. “ Ibu, jangan masuk!” seru Matia. “Matia sudah bertaubat, Bu!”
Mendengar suara Matia itu, batu pun cepat-cepat menutup mulutnya. Hingga rambut Bunameni tertinggal di luar. Matia meletakkan adiknya di tanah. Ia lalu bernyanyi, namun ibunya tidak mau keluar. Matia pun meninggalkan batu seraya berkata, “ Adikku, ibu telah membenci kita karena kita telah mengabaikan pesannya.” (http://marimelangkahbersama.blogspot.co.id/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar