Senin, 21 November 2016

JEJAK KOTA TERNATE




Sebagai sebuah kota pelabuhan, Ternate, sebagaimana kota-kota pelabuhan lainnya di Nusantara, telah mengalami perkembangan dan perubahan sepanjang sejarahnya. Dalam hal ini, perkembangan masa Kesultanan, masa Kolonial dan masa Kemerdekaan memiliki signifikansi yang menonjol. Pada masa kesultanan ditandai oleh tata letak kota yang berciri maritim, dimana penataan kota Ternate lama dengan elemen-elemen utama, yaitu Kedaton, Alun-alun, Gedung Pengadilan (Ngara Lamo) dan Mesjid Jami, secara langsung mengingatkan kepada kita cara-cara penataan kota lama atau Kosmogoni.Dimasa Kolonial, ditandai oleh tata letak kota yang berciri Eropa; dan dimasa Kemerdekaan, ditandai dengan melubernya arus urbanisasi yang tak terkendali, sehingga membuat tata letak kota ini tidak lagi terpola, hal ini disebabkan desakan penduduk. Dalam pembahasan kota dari sudut pandang sejarah, maka akan membawa kita pada analisis secara kronologis. 

Ada beberapa pertanyaan mendasar antara lain berkaitan dengan waktu nama Ternate itu pertama kali muncul : alasan-alasan pemilihan asal usul berdirinya kota; dan perkembangan kota secara kronologis 

ASAL USUL KOTA TERNATE

Sebagai salah satu kota yang memiliki catatan sejarah yang panjang, Ternate dewasa ini mengalami berbagai masalah.dalam membangun jati dirinya, warga Ternate kini sepertinya tengah mengalami erosi kesadaran tentang identitas sebagai warga dari kota bersejarah. 

Sebelum nama Ternate muncul dalam panggung sejarah, nama Gapi muncul lebih awal untuk lokasi yang letaknya agak ke Selatan mengarah ke pegunungan dari kota Ternate sekarang, karena dalam annals sejarah, yang ditulis oleh penulis kraton (Tuli Lamo), naskah ini lazimnya disebut “Buku Tambaga” bertulisan arab-melayu dengan menggunakan bahasa Ternate. Nama Gapi (Gape) muncul pertama kali, dan dalaM naskah itu, tercatat pula nama-nama dari kerajaan kuno lainnya di kawasan itu. Misalnya : nama kerajaan Duko (nama Tidore awal), kerajaan Ngara (sebutan awal Loloda), kerajaan Tuanane (sebutan awal Moti) dan kerajaan Mara (sebutan awal Makian, kemudian pindah ke Bacan).

Dari catatan sejarah Ternate yang ditulis oleh MA. Chan, asal-usul kota Ternate, menurutnya, bermula dari sebuah pemukiman tua yangv diberi nama oleh penduduk setempat sebagai perkampungan “Malayu” Tempat itu terletak pada kawasan perdagangan tua Jorjore yang dikala itu berfungsi pula sebagai Emporium; artinya Ternate pada saat itu merupakan kota pelabuhan yang telah memenuhi standar dalam menyediakan segala macam fasilitas bagi kaum pedagang dan pelaut.

Dalam banyak versi, nama Ternate selalu menarik untuk diteliti secara mendalam, upaya ini bukan saja penting dari sisi arkeologi sebuah kota, melainkan juga penting dalam rangka memahami dinamika pertumbuhan dan perkembangan sebuah entitas masyarakat dan budaya maritim. Misalnya, dari catatan Nagarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca di tahun 1365, sempat mencatat adanya Maloko yang diartikan sebagai Empat pusat kekuasaan di Maluku Utara (Moloku Kie Raha). Itu artinya, Ternate pada abad ke –XIV telah menjadi salah satu pusat perhatian bagi perdagangan internasional dijalur pelayaran dan perdagangan nusantara bagian timur.

Sejarahwan Ternate, M.A. Chan, ia selalu mengaitkan antara kedatangan para penyiar Islam di Maluku Utara, yang antara lain Jafa’ar Shadiq dengan perilaku penduduk dari pulau Gapi yang kasar dan keras, yang pada saat itu terkenal dengan ungkapan Tarinata. Di pulau ini terkenal dengan sifat penduduk yang kasar dan keras, hal ini tidak lain adalah warisan alam dari polah Kie Tobona, gunung api yang bercokol ditengah-tengah daratan yang sempit. Ulah Kie Tobona yang royal dengan muntahan lahar panas, yamg sering disusul dengan gempa bumi yang selalu menggoyang pulau kecil itu. Ungkapan Dolabololo lama : Totari Ino Jo Dadi Danata adalah perilaku penduduk gapi yang berlaku sewenang-wenang mengambil hak orang lain. Kegemaran yang menyimpang ini mendapat perhatian dari Jafa’ar Shadiq, untuk merobah perilaku buruk itu, ia menambah panggilan untuk penduduk pulau ini, dari kata Totari Danata berubah menjadi Tarinata dan diberi tambahan kata Ma’arifah didepannya, sehingga menjadi Tarinata Ma’arifah(Gemar pada Kebenaran!!!).

Roda sejarah itu terus bergulir, jejak-jejak dari tanah Gapi terus berubah dan pindah tempat. Dari tanah gapi terbangun sebuah pemukiman kuno, menjadi Malayu, tempat tinggal pedagang dan pelaut dari nusantara yang di kemudian hari, nama Malayu tenggelam oleh Jorjore yang gemerlap bermandi cahaya di malam.hari. Jorjore sempat bertahan dalam putaran sejarah anak pribumi, dan kemudian tumbuh sebuah pemukiman kecil, bak sebuah kota setelit yang muncul mendukung kota induknya, Jorjore. Lahirlah Thairnata atau Tirnata atau Ternate

JEJAK JEJAK HISTORIS

Upaya rekonstruksi sejarah Kota Ternate di hari lampau, untuk memastikan jejak sejarah yang masih ada yang tersimpul dalam kitab-kitab pusaka kerajaan, silsilah para Sangaji, Jo Kalem, Kapita dan Bobato, serta sejumlah catatan milik kelurga bangsawan Ternate agar kita menjadi jelas tentang keberadaan sebuah kota dan sejak mana kota Ternate tumbuh-kembang dengan segala keunikannya.

Ada beberapa skenario, yang mencobauntuk melihat kemungkinan adanya keterkaitan antara Ternate dengan berbagai jejak gerak kebudayaan besar serta berbagai peristiwa yang ikut mempengaruhi corak kota Ternate, dari abad ke abad, hingga kini. Untuk itu, dari beberapa monentum besar akan ditelusuri kembali, yaitu :

Momentum/Skenario I
Hari senin, tanggal 10 Februari 1244 atau 6 Muharram 641 Hijriah, Momole Matiti, penguasa Moloku Kie Gapi yang terakhir dari dinasti Faramadiahi itu mengambil keputusan sangat penting dan memberi dampak yang sangat besar terhadap tatanan politik di Moloku Kie Raha. Pertama, Momole Matiti menyelamatkan diri ke tempat pemukiman Jorjore, untuk meminta perlindungan kepada tokoh Islam di tempat itu. Kedua, berselang empat hari, Momole Matiti memutuskan untuk memeluk agama Islam ditangan seorang Muballigh, tokoh legendaris Islam, Jafa’ar Shadiq yang mendiami perkampungan tua Malayu yang berada dalam kawasan kota dagang Jorjore di pantai timur Ternate. Oleh Jafa’ar Shadiq, ia memberi nama baru kepada Momole Matiti dan sekaligus digunakan gelar tertinggi bagi penguasa di pulau itu, yaitu, Kolano Baab Mansyur Malamo

Momentum/Skenario II
Dalam mengintensifkan proses Islamisasi di kawasan timur nusantara, dimana Kesultanan Gapi/Ternate, Tuanane/ Jailolo, Duko/Tidore dan Seki/Bacan mengambil peran besar dalam mendorong penyebaran Islam mereka berempat itu bermusyawarah, sepakat mengikat diri dalam suatu lembaga yang mengakomodasi maksud tersebut. Maka di hari Selasa, 21 Rabiul Akhir 653 Hijriah atau tanggal 21 Januari 1257 atas prakarsa Jafa’ar Shadiq yang didukung oleh Sultan-sultan Moloku Kie Raha dibentuklah Almamlakatul Mulukiyah, suatu lembaga politik yang juga berfungsi sebagai suatu kontrak sosial dari keempat wilayah yang diikat oleh tali persaudaraan (Ulii) dan tanggungjawab (marasai) dalam kepentingan Islamisasi. Lembaga Almamlakatul Mulukiyah adalah jelmaan dari kearifan leluhur pulau Gapi, mereka melihat berbagai persoalan kenegaraan dan kemasyarakatan, untuk menghadapinya haruslah bergandeng tangan bersama-sama menyelesaikannya, ibarat : Jo I Dadi Doka Saya Raku Moi, Kita menjadi satu seperti aneka kembang dalam satu ikatan.

Momentum/Skenario III
Perkembangan kota Ternate yang berkaitan dengan sejumlah peristiwa sejarah diwilayah itu, seperti terjadi beberapa kali ibukota kesultanan (Limau)berpindah tempat. Dalam catatan sejarah milik kraton, terungkap sejumlah nama tempat yang pernah dijadikan ibukota kesultanan. Misalnya, pada masa awalnya, ibukota bertempat di Tabona, lalu pindah ke Faramadiahi, pindah lagi ke pesisisr pantai Faramadiahi, tempat itu dikenal sebagai Sampalo yang kemudian dirubah nama menjadi Gam Lamo atau Gammalamma, yang oleh Portugis dibangun sebua h benteng yang terbesar di Nusantara pada waktu itu. Setelah itu ibukota pindah lagi ke Limau Sasa dan Limau Fitu. Setelah kedatangan Belanda, Iibukota pindah lagi ke Limau Jorjore dan terakhir ke Gam Malayu. Dsinilah, menurut catatan sejarah, cikal bakal pemunculan kota Ternate yang memainkan peran penting dipanggung politik Nusantara selama berabad-abad

Onder de roak van’t fort Malayu, adalah nama dari Gam Malayu, dimana pada tempat itu pernah dibangun sebuah benteng batu yang kokoh oleh pedagang-pedagang Malayu untuk melindungi perkampungan pedagang itu. Di tempat ini oleh Kolano Mudhafar I, ia menjalankan pemerintahan selama 22 tahun. Kepindahan ini terjadi pada tanggal 26 Juni 1607.

Posisi geostrategis dari Gam Malayu adalah merupakan pertimbangan utama dari kepindahan ini. Selain itu, secara historis, keberadaan gam Malayu dalam percaturan politik memiliki arti penting. Disini pernah digunakan oleh pemerintah Portugis selama 53 tahun untuk mengeruk kekayaan rempah, dengan jalan memonopoli perdagangan. Oleh penjajah Spanyol menjalankan kebijakan imperialisme di Maluku Utara selama 57 tahun. Dan penjajah Belanda dengan perusahan raksasa, VOC bercokol di Gam Malayu selama 1607 – 1619, lalu Dewan Tertinggi Hindia Belanda dengan 3 Gubernur Jenderal pun berkantor di kawasan ini.

Dari berbagai momentum diatas, layaknya, Ternate sebagai sebuah kota sejarah yang memiliki unsur-unsur sebuah kota yang “kosmopolitan” di waktu itu, memiliki beragam catatan tentang keistimewaannya. Dan untuk itu, baik pemerintah daerah maupun dari masyarakat sepantasnya menentukan kapan lahirnya kota Ternate yang mana hal ini akan mamatrikan dihati warganya, karena sejarah kota Ternate adalah merupakan bagian dari identitas atau jati diri mereka.(O. Assagaf)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar