Sekarang, saya ajak Anda melongok dari dalam Gedung Polwiltabes Surabaya di Jalan Taman Sikatan 1. Gedung ini pernah meredup karena wujud aslinya sempat tertutupi banyak bangunan baru. Mulai SPBU yang menutupi wajah depan, hingga bangunan permanen yang menempel di bagian samping dan belakang gedung utama. Padahal gedung ini mencatat sejarah pajang perjalanan negeri ini.
Beruntung jika Anda datang hari ini, karena gedung ini telah direstorasi pada saat Irjen Pol Anang Iskandar menjadi Kapolwitabes Surabaya 2007 lalu. Gedung utama menjadi utuh lagi. Bunker untuk penjara bawah tanah dibuka lagi meskipun tidak lagi dihuni. Huh.. sungguh asyik.
Orang Surabaya lama kerap menyebutnya dengan nama Hobiro. Sebenarnya sapaan itu karena lidah timur sulit melafal nama resminya yaitu Hoofdbureau van Politie te Soerabaia. Yang artinya Biro Besar Polisi di Surabaya. Namun sapaan itu sebenarnya baru muncul awal 1900-an. Karena awalnya gedung ini dibangun bukan untuk kantor polisi.
Gedung ini sebenarnya adalah rangkaian bangunan luas kompleks militer AD yang dirintis sejak pemerintahan Gubernur Hindia Belanda Jenderal Willem Herman Daendles (1808 – 1811).
Gedung Utama yang dilihat setiap orang yang melaju di Jl Veteran itu dibangun 1828. Menggunakan langgam arsitektur Indische Imperial dan sentuhan dan neo klasik. Bangunan seangkatannya yang masih tersisa adalah Penjara Kalisosok.
Gedung ini semula diperuntukkan sebagai barak militer KNIL (Koninklijke Nederlandsch Indische leger) atau Bala Tentara Kerajaan Hindia Belanda. Pembangunannya melengkapi markas militer KNIL yang persis berada di seberangnya.
Gedung ini semula disebut Barak Infantri Djotangan atau cukup disapa Tangsi Djotangan. Nama Tangsi Djotangan ini begitu tersohor sampai 1900-an sebelum panggilnya berubah menjadi Hobiro.
Wujud gedung bangunan utama ini tidak berubah sejak pertama berdiri. Menghadap ke Paradeplain atau lapangan parade. Karena setiap saat jalan depan gedung ini kerap menjadi lokasi parade militer. Lapangan parade ini pernah berubah menjadi SPBU dan pada 2007 disulap menjadi taman.
Gedung utama ini memiliki empat ruangan utama. Semua ruangan itu termasuk kusen pintunya tidak ada yang berubah. Sekarang Kapolwil, Wakapolwil dan sejumlah kabag menempati gedung ini. termasuyk ada ruang rapat dan lobi yang langit langitnya tinggi.
Di bawahnya ada penjara bawah tanah yang tingginya satu meter. Pintu masuknya ada dua, namun sekarang yang terlihat hanya satu di sisi utara.
Di sampingnya ada sebuah paviliun untuk kantor penjagaan dengan pilar-piliar romawi. bangunan ini sekarang menjadi kantor Provos.
Di belakang gedung utama ada aula Bhara Wira Sasana yang dipisahkan lapangan parkir. Semula lapangan parkir itu adalah sebuah jalan yang menjadi ujung barat Jl Kepanjen sekarang. Awalnya jalan ini bernama Roomsche Kerkstraat atau Jalan Gereja Roma. Karena di ujung barat jalan ini pernah berdiri Gereja Roma terbesar di Surabaya pada 1800.
Tangsi Luas
Sejak awal gedung ini dibangun megah karena satu satunya kantor yang memiliki halaman luas di Surabaya. Ada dua pohon beringin raksasa yang mengapit lapangan.
Pada 1869, Belanda membangun prasasti besi cor berukir di halaman gedung dengan nama Prasasti Bali. Tetenger ini menjadi penanda kemenangan serdadu KNIL dalam perang Bali abad 17. Lonceng untuk peringatan upacara masih menggantung sampai sekarang. Dibuat di Amsterdam Belanda tahun 1848.
Kawasan kompleks ini begitu luas, karena bagian belakang sampai tembus Jl Krembangan dan Jl Rajawali sekarang. luasnya kira-kira 15 kali lapangan sepak bola. Kompleks barak militer AD di Jl Rajawali itu masih ada. Bahkan kantin militer di Jl Kerambangan juga masih berdiri dan sekarang menjadi gudang sebuah perusahaan ekspedisi.
Kompleks militer ini kemudian dipindah setelah kawasan ini tidak lagi utuh. banyak bangunan baru berdiri di tanah tangah yang semula kosong. Baru pada awal 1900-an, Barak infantri plus markas KNIL ini pindah karena Belanda membangun kompleks militer yang lebih luas yang sekarang dikenal dengan nama Markas Kodam V Brawijaya.
Baru pada 1928, polisi kota besar Surabaya menempati gedung bersejarah ini. Setelah lama polisi berpindah pindah kantor. Nama gedung inipun disulap menjadi Hoofdbureau van Politie te Soerabaia.
Inilah gedung pertama milik polisi Surabaya karena sejak institusi polisi lahir awal 1900-an, polisi Surabaya selalu menumpang. Polisi kota ini pernah menempati gedung sendiri pada awal awal berdiri. semula ngenger di Gedung Residen yang berada 200 meter utara gedung ini, namun tidak lebih dari dua tahun.
Kemudian kantor polisi Surabaya berpindah ke bekas sekolah gedung SMA atau HBS (Hoogere Burger School) di Regenstraat. Gedung tumpangan itu sekarang menjadi kantor Pos Besar Jl Kebonrojo.
Kamudian institusiu polisi menempati bangunan itu sampai sekarang. Pada zaman Jepang, markas polisi Belanda ini direbut Jepang dan tetap menjadi markas polisi. Namanya Soerabaja Shi Tokubetsu Keisatsu Tai, atau yang lazim disebut Pasukan polisi Istimewa Kota besar Surabaya.
Nah sekarang, nikmatilah cerita ini sambil menyusuri setiap sudut Mapolwiltabes Surabaya. (www.facebook.com/note.php?note_id=59890259015)
Beruntung jika Anda datang hari ini, karena gedung ini telah direstorasi pada saat Irjen Pol Anang Iskandar menjadi Kapolwitabes Surabaya 2007 lalu. Gedung utama menjadi utuh lagi. Bunker untuk penjara bawah tanah dibuka lagi meskipun tidak lagi dihuni. Huh.. sungguh asyik.
Orang Surabaya lama kerap menyebutnya dengan nama Hobiro. Sebenarnya sapaan itu karena lidah timur sulit melafal nama resminya yaitu Hoofdbureau van Politie te Soerabaia. Yang artinya Biro Besar Polisi di Surabaya. Namun sapaan itu sebenarnya baru muncul awal 1900-an. Karena awalnya gedung ini dibangun bukan untuk kantor polisi.
Gedung ini sebenarnya adalah rangkaian bangunan luas kompleks militer AD yang dirintis sejak pemerintahan Gubernur Hindia Belanda Jenderal Willem Herman Daendles (1808 – 1811).
Gedung Utama yang dilihat setiap orang yang melaju di Jl Veteran itu dibangun 1828. Menggunakan langgam arsitektur Indische Imperial dan sentuhan dan neo klasik. Bangunan seangkatannya yang masih tersisa adalah Penjara Kalisosok.
Gedung ini semula diperuntukkan sebagai barak militer KNIL (Koninklijke Nederlandsch Indische leger) atau Bala Tentara Kerajaan Hindia Belanda. Pembangunannya melengkapi markas militer KNIL yang persis berada di seberangnya.
Gedung ini semula disebut Barak Infantri Djotangan atau cukup disapa Tangsi Djotangan. Nama Tangsi Djotangan ini begitu tersohor sampai 1900-an sebelum panggilnya berubah menjadi Hobiro.
Wujud gedung bangunan utama ini tidak berubah sejak pertama berdiri. Menghadap ke Paradeplain atau lapangan parade. Karena setiap saat jalan depan gedung ini kerap menjadi lokasi parade militer. Lapangan parade ini pernah berubah menjadi SPBU dan pada 2007 disulap menjadi taman.
Gedung utama ini memiliki empat ruangan utama. Semua ruangan itu termasuk kusen pintunya tidak ada yang berubah. Sekarang Kapolwil, Wakapolwil dan sejumlah kabag menempati gedung ini. termasuyk ada ruang rapat dan lobi yang langit langitnya tinggi.
Di bawahnya ada penjara bawah tanah yang tingginya satu meter. Pintu masuknya ada dua, namun sekarang yang terlihat hanya satu di sisi utara.
Di sampingnya ada sebuah paviliun untuk kantor penjagaan dengan pilar-piliar romawi. bangunan ini sekarang menjadi kantor Provos.
Di belakang gedung utama ada aula Bhara Wira Sasana yang dipisahkan lapangan parkir. Semula lapangan parkir itu adalah sebuah jalan yang menjadi ujung barat Jl Kepanjen sekarang. Awalnya jalan ini bernama Roomsche Kerkstraat atau Jalan Gereja Roma. Karena di ujung barat jalan ini pernah berdiri Gereja Roma terbesar di Surabaya pada 1800.
Tangsi Luas
Sejak awal gedung ini dibangun megah karena satu satunya kantor yang memiliki halaman luas di Surabaya. Ada dua pohon beringin raksasa yang mengapit lapangan.
Pada 1869, Belanda membangun prasasti besi cor berukir di halaman gedung dengan nama Prasasti Bali. Tetenger ini menjadi penanda kemenangan serdadu KNIL dalam perang Bali abad 17. Lonceng untuk peringatan upacara masih menggantung sampai sekarang. Dibuat di Amsterdam Belanda tahun 1848.
Kawasan kompleks ini begitu luas, karena bagian belakang sampai tembus Jl Krembangan dan Jl Rajawali sekarang. luasnya kira-kira 15 kali lapangan sepak bola. Kompleks barak militer AD di Jl Rajawali itu masih ada. Bahkan kantin militer di Jl Kerambangan juga masih berdiri dan sekarang menjadi gudang sebuah perusahaan ekspedisi.
Kompleks militer ini kemudian dipindah setelah kawasan ini tidak lagi utuh. banyak bangunan baru berdiri di tanah tangah yang semula kosong. Baru pada awal 1900-an, Barak infantri plus markas KNIL ini pindah karena Belanda membangun kompleks militer yang lebih luas yang sekarang dikenal dengan nama Markas Kodam V Brawijaya.
Baru pada 1928, polisi kota besar Surabaya menempati gedung bersejarah ini. Setelah lama polisi berpindah pindah kantor. Nama gedung inipun disulap menjadi Hoofdbureau van Politie te Soerabaia.
Inilah gedung pertama milik polisi Surabaya karena sejak institusi polisi lahir awal 1900-an, polisi Surabaya selalu menumpang. Polisi kota ini pernah menempati gedung sendiri pada awal awal berdiri. semula ngenger di Gedung Residen yang berada 200 meter utara gedung ini, namun tidak lebih dari dua tahun.
Kemudian kantor polisi Surabaya berpindah ke bekas sekolah gedung SMA atau HBS (Hoogere Burger School) di Regenstraat. Gedung tumpangan itu sekarang menjadi kantor Pos Besar Jl Kebonrojo.
Kamudian institusiu polisi menempati bangunan itu sampai sekarang. Pada zaman Jepang, markas polisi Belanda ini direbut Jepang dan tetap menjadi markas polisi. Namanya Soerabaja Shi Tokubetsu Keisatsu Tai, atau yang lazim disebut Pasukan polisi Istimewa Kota besar Surabaya.
Nah sekarang, nikmatilah cerita ini sambil menyusuri setiap sudut Mapolwiltabes Surabaya. (www.facebook.com/note.php?note_id=59890259015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar