Sudah lama saya mengincar lokasi ini. Dulu ketika masih tinggal didaerah kebantenan 3, semper timur, Jakarta Utara, hampir setiap hari saat berangkat kuliah saya selalu melihat bangunan tua yang indah tapi kusam. Tapi saya tidak berani masuk kedalamnya karena daerah ini terkenal banyak premannya. Puluhan tunawisma menempati sepanjang stasiun ini.
Tahun 1995 sempat dicat ulang dan kemudian stasiun ini tidak beroperasi selama beberapa tahun dan nasibnya semakin tidak jelas. Kini ditahun 2009, stasiun KA terindah di Indonesia ini kembali beroperasi dengan beberapa rute.
Menurut sejarah stasiun kereta api ini dibangun pada tahun tahun 1914 pada masa Gubernur Jendral A.F.W. Idenburg (1909-1916). Untuk menyelesaikan stasiun ini, diperlukan sekitar 1.700 tenaga kerja dan 130 diantaranya adalah pekerja berbangsa Eropa.
Bahkan sejak diselesaikannya stasiun ini, telah timbul protes mengenai "pemborosan" yang dilakukan dalam pembangunan stasiun ini. Dengan 8 peron, stasiun ini amatlah besar, dan nyaris sebesar stasiun Jakarta Kota yang pada masa itu bernama Batavia Centrum. Sementara, kereta api-kereta api kapal yang menghubungkan kota-kota seperti Bandung dengan kapal-kapal Stoomvaart Maatschappij Nederland dan Koninklijke Rotterdamsche Lloyd langsung menuju ke dermaga pelabuhan dan tidak menggunakan stasiun ini. Stasiun ini terutama hanya digunakan untuk kereta rel listrik yang mulai digunakan di sekitar Jakarta pada tahun 1925.
Pada tahun 2009, diresmikan kembali oleh Presiden SBY dan kini kembali cantik. Bangunan bergaya art deco ini memang sangat indah, pilar-pilar besi baja jaman Belanda masih kokoh berdiri dan belum lagi peron yang berbentuk lengkungan baja ini merupakan yang terpanjang di Indonesia. Mengingatkan saya akan beberapa bentuk stasiun KA serupa di Eropa. Dan yang masih memiliki mungkin hanya Indonesia dan India (ingat film Slumdog Millionaire ketika diakhir film mereka menari distasiun tua kota Mumbai?)
Hari minggu ternyata tidak ada kegiatan distasiun KA ini, saya sempat kecewa ketika mengetahui bahwa stasiun tutup. Tapi saya mencoba bertanya dan diberitahu oleh seorang penjaga parkir bahwa masih bisa masuk dari pintu samping.
Dan masuklah saya dari pintu samping, beberapa foto mulai saya ambil hingga bagian bangunan utama dengan lengkungan terbesar di Indonesia. It's awesome!! Tiba-tiba seorang petugas security menyapa dan bertanya mengenai maksud kedatangan saya. Kemudian saya memberitahukan bahwa maksud kedatangan saya adalah untuk mengambil foto stasiun ini untuk kepentingan pribadi.
Tiba-tiba saya dituntun masuk kedalam ruang security, wah ada apa neh?? Dengan sopan saya menjawab maksud kedatangan saya dan security itu mempersilahkan saya duduk dan menunggu atasannya. Ketar ketir juga apabila kamera saya ditahan hanya karena mengambil foto dalam stasiun KA yang menurut saya tempat ini adalah ruang publik dan tidak ada larangan untuk mengambil foto.
Selama 15 menit saya menunggu, kemudian saya dipanggil keluar dan diajak masuk keruangan atasan security. Seseorang berperawakan pendek dan hanya memakai kaos oblong, berkumis tebal ala seorang security jaman dulu mempersilahkan saya masuk keruangannya yang berAC.
"Nama anda siapa?"
"Arief, Pak"
"Anda mengambil foto untuk kepentingan apa?"
"Saya mengambil foto untuk kepentingan pribad, pak!"
"Oh...Mas tau kalau hari minggu tidak ada jadwal kereta api?"
"wah saya tidak tahu pak...saya pikir stasiun KA ini buka setiap hari."
"Oh tidak...hanya hari kerja saja. Dan mas dari mana?"
"Saya dari bekasi dan dulu sempat tinggal di daerah priuk, dan saya sangat menyukai bangunan tua, Pak!"
"Oh gitu...disini sering dilakukan pengambilan foto untuk kawinan."
"Oh foto untuk pre wedding, wah bagus donk! Tapi saya bukan untuk bisnis, hanya untuk kepentingan pribadi saja pak."
"Oh gitu...biasa untuk foto kawinan ada harganya sekitar 200rb dan kemarin bahkan ada yg membawa layar untuk foto segala."
"Wah kalau saya tidak untuk foto kawinan dan saya tidak bawa uang sebanyak itu pak!"
"Ya karena menurut Ibu Ella dari dinas PJKA memang segitu harganya."
"Saya akan kasih cuma tidak banyak koq pak!"
"Ya biasa minimal mereka kasih 50rb sikh!"
"Oh kalau segitu saya ada, pak!'
"ya buat anak-anak disini dan mereka yang ngebersihin stasiun."
Kemudian saya mengambil selembar uang 50ribuan dan memberikannya kepada si bapak yang berinisial "P".
"Oh iya pak, katanya disini ada bunkernya ya?"
"Oh mas mau lihat bunkernya? nanti saya suruh anak buah saya antar mas kebunker". Dan ia kemudian berdiri dan memanggil anak buahnya, menyuruh seseorang untuk mengantarkan saya berkeliling stasiun tua ini.
Percakapan usai dan semua lancar akibat selembar uang 50ribuan, ini adalah pungli alias pungutan liar. Kalau ada peraturannya yang terpampang dan jelas bahwa dikenakan biaya masuk + foto + tour = Rp 50,000 ya nggak apa-apa deh. Mudah-mudahan saja uang itu dibagikan ke anak buahnya buat beli rokok.
Seorang security menuntun saya menuju ke lokasi bunker dibawah stasiun KA Tanjung Priok ini. Bau lembab segera menerpa dan saya tidak berani ambil resiko untuk masuk kedalam bunker yang digenangi air. Konon bunker ini menuju ke pelabuhan untuk membawa candu dan barang selundupan di jalan Belanda.
Kemudian saya dibawa kelantai dua yang dulu digunakan sebagai dapur untuk para karyawan PJKA jalan Belanda, sebuah bekas cerobong asap masih kokoh berdiri dan sebuah ruangan dengan luas 4 x 4 m yang agak spooky membuat saya tidak mau berlama-lama didalamnya. Dan yang hebat ada sebuah lift kecil yang membawa makanan dari dapur dilantai 2 kelantai 1.
Perjalanan dilanjutkan menuju keruangan lantai 3 yang langsung menghadap udara terbuka. Jaman belanda dulu sering digunakan untuk open air party dansa dansi para noni dan pembesar belanda. Dari lantai 3 saya membayangkan jaman dulu bisa melihat laut utara jakarta dan kini menjadi stasiun bus yang kumuh dan paling utara menjadi lahan persero pelabuhan dan peti kemas.
Pemandangan dari atas sangat menakjubkan, tembok besar dan cat putih membuat saya seperti jaman dulu dan bangga bangunan ini masih bisa dinikmati setelah puluhan tahun saya hanya bisa melihatnya dari jendela bus yang membawa saya kekampus.
Kami turun dan memasuki peron utama, wow sangat luas dan indah, ornamen yang dibuat dari batu marmer membuat saya terpana. Tidak ada stasiun lain seperti ini dan setiap kanan dan kiri peron ada ruangan untuk meeting yang cukup besar. Apabila PJKA ingin menambah pemasukan halal dari stasiun ini, bisa dialihfungsikan sebagai ruang sewa untuk pameran, konser musik, fashion show, dll. Bayangkan apabila opening party Jakarta Great Sale or Jakarta Fashion Week dibuat dilokasi ini atau music party dengan dentuman DJ dan sinar laser membuat ruangan ini menjadi lebih berwarna dimalam hari.
Diluar negeri tempat-tempat indah yang tidak biasa, dijadikan sebagai tempat party. Tapi tentunya wilayah sekitar stasiun ini masih belum mendukung, semrawutnya stasiun depan KA yang menurut saya harus direlokasi dan dijadikan taman terbuka dengan air mancur, pasti akan sangat indah. Tempat parkir mobil dan motor yang memadai juga perlu dipikirkan mengingat daerah ini masih "BRONX".
Kenyamanan dalam stasiun tidak usah diragukan cuma dibutuhkan informasi yang jelas juga tentang sejarah stasiun ini.(http://travel.detik.com/)
Tahun 1995 sempat dicat ulang dan kemudian stasiun ini tidak beroperasi selama beberapa tahun dan nasibnya semakin tidak jelas. Kini ditahun 2009, stasiun KA terindah di Indonesia ini kembali beroperasi dengan beberapa rute.
Menurut sejarah stasiun kereta api ini dibangun pada tahun tahun 1914 pada masa Gubernur Jendral A.F.W. Idenburg (1909-1916). Untuk menyelesaikan stasiun ini, diperlukan sekitar 1.700 tenaga kerja dan 130 diantaranya adalah pekerja berbangsa Eropa.
Bahkan sejak diselesaikannya stasiun ini, telah timbul protes mengenai "pemborosan" yang dilakukan dalam pembangunan stasiun ini. Dengan 8 peron, stasiun ini amatlah besar, dan nyaris sebesar stasiun Jakarta Kota yang pada masa itu bernama Batavia Centrum. Sementara, kereta api-kereta api kapal yang menghubungkan kota-kota seperti Bandung dengan kapal-kapal Stoomvaart Maatschappij Nederland dan Koninklijke Rotterdamsche Lloyd langsung menuju ke dermaga pelabuhan dan tidak menggunakan stasiun ini. Stasiun ini terutama hanya digunakan untuk kereta rel listrik yang mulai digunakan di sekitar Jakarta pada tahun 1925.
Pada tahun 2009, diresmikan kembali oleh Presiden SBY dan kini kembali cantik. Bangunan bergaya art deco ini memang sangat indah, pilar-pilar besi baja jaman Belanda masih kokoh berdiri dan belum lagi peron yang berbentuk lengkungan baja ini merupakan yang terpanjang di Indonesia. Mengingatkan saya akan beberapa bentuk stasiun KA serupa di Eropa. Dan yang masih memiliki mungkin hanya Indonesia dan India (ingat film Slumdog Millionaire ketika diakhir film mereka menari distasiun tua kota Mumbai?)
Hari minggu ternyata tidak ada kegiatan distasiun KA ini, saya sempat kecewa ketika mengetahui bahwa stasiun tutup. Tapi saya mencoba bertanya dan diberitahu oleh seorang penjaga parkir bahwa masih bisa masuk dari pintu samping.
Dan masuklah saya dari pintu samping, beberapa foto mulai saya ambil hingga bagian bangunan utama dengan lengkungan terbesar di Indonesia. It's awesome!! Tiba-tiba seorang petugas security menyapa dan bertanya mengenai maksud kedatangan saya. Kemudian saya memberitahukan bahwa maksud kedatangan saya adalah untuk mengambil foto stasiun ini untuk kepentingan pribadi.
Tiba-tiba saya dituntun masuk kedalam ruang security, wah ada apa neh?? Dengan sopan saya menjawab maksud kedatangan saya dan security itu mempersilahkan saya duduk dan menunggu atasannya. Ketar ketir juga apabila kamera saya ditahan hanya karena mengambil foto dalam stasiun KA yang menurut saya tempat ini adalah ruang publik dan tidak ada larangan untuk mengambil foto.
Selama 15 menit saya menunggu, kemudian saya dipanggil keluar dan diajak masuk keruangan atasan security. Seseorang berperawakan pendek dan hanya memakai kaos oblong, berkumis tebal ala seorang security jaman dulu mempersilahkan saya masuk keruangannya yang berAC.
"Nama anda siapa?"
"Arief, Pak"
"Anda mengambil foto untuk kepentingan apa?"
"Saya mengambil foto untuk kepentingan pribad, pak!"
"Oh...Mas tau kalau hari minggu tidak ada jadwal kereta api?"
"wah saya tidak tahu pak...saya pikir stasiun KA ini buka setiap hari."
"Oh tidak...hanya hari kerja saja. Dan mas dari mana?"
"Saya dari bekasi dan dulu sempat tinggal di daerah priuk, dan saya sangat menyukai bangunan tua, Pak!"
"Oh gitu...disini sering dilakukan pengambilan foto untuk kawinan."
"Oh foto untuk pre wedding, wah bagus donk! Tapi saya bukan untuk bisnis, hanya untuk kepentingan pribadi saja pak."
"Oh gitu...biasa untuk foto kawinan ada harganya sekitar 200rb dan kemarin bahkan ada yg membawa layar untuk foto segala."
"Wah kalau saya tidak untuk foto kawinan dan saya tidak bawa uang sebanyak itu pak!"
"Ya karena menurut Ibu Ella dari dinas PJKA memang segitu harganya."
"Saya akan kasih cuma tidak banyak koq pak!"
"Ya biasa minimal mereka kasih 50rb sikh!"
"Oh kalau segitu saya ada, pak!'
"ya buat anak-anak disini dan mereka yang ngebersihin stasiun."
Kemudian saya mengambil selembar uang 50ribuan dan memberikannya kepada si bapak yang berinisial "P".
"Oh iya pak, katanya disini ada bunkernya ya?"
"Oh mas mau lihat bunkernya? nanti saya suruh anak buah saya antar mas kebunker". Dan ia kemudian berdiri dan memanggil anak buahnya, menyuruh seseorang untuk mengantarkan saya berkeliling stasiun tua ini.
Percakapan usai dan semua lancar akibat selembar uang 50ribuan, ini adalah pungli alias pungutan liar. Kalau ada peraturannya yang terpampang dan jelas bahwa dikenakan biaya masuk + foto + tour = Rp 50,000 ya nggak apa-apa deh. Mudah-mudahan saja uang itu dibagikan ke anak buahnya buat beli rokok.
Seorang security menuntun saya menuju ke lokasi bunker dibawah stasiun KA Tanjung Priok ini. Bau lembab segera menerpa dan saya tidak berani ambil resiko untuk masuk kedalam bunker yang digenangi air. Konon bunker ini menuju ke pelabuhan untuk membawa candu dan barang selundupan di jalan Belanda.
Kemudian saya dibawa kelantai dua yang dulu digunakan sebagai dapur untuk para karyawan PJKA jalan Belanda, sebuah bekas cerobong asap masih kokoh berdiri dan sebuah ruangan dengan luas 4 x 4 m yang agak spooky membuat saya tidak mau berlama-lama didalamnya. Dan yang hebat ada sebuah lift kecil yang membawa makanan dari dapur dilantai 2 kelantai 1.
Perjalanan dilanjutkan menuju keruangan lantai 3 yang langsung menghadap udara terbuka. Jaman belanda dulu sering digunakan untuk open air party dansa dansi para noni dan pembesar belanda. Dari lantai 3 saya membayangkan jaman dulu bisa melihat laut utara jakarta dan kini menjadi stasiun bus yang kumuh dan paling utara menjadi lahan persero pelabuhan dan peti kemas.
Pemandangan dari atas sangat menakjubkan, tembok besar dan cat putih membuat saya seperti jaman dulu dan bangga bangunan ini masih bisa dinikmati setelah puluhan tahun saya hanya bisa melihatnya dari jendela bus yang membawa saya kekampus.
Kami turun dan memasuki peron utama, wow sangat luas dan indah, ornamen yang dibuat dari batu marmer membuat saya terpana. Tidak ada stasiun lain seperti ini dan setiap kanan dan kiri peron ada ruangan untuk meeting yang cukup besar. Apabila PJKA ingin menambah pemasukan halal dari stasiun ini, bisa dialihfungsikan sebagai ruang sewa untuk pameran, konser musik, fashion show, dll. Bayangkan apabila opening party Jakarta Great Sale or Jakarta Fashion Week dibuat dilokasi ini atau music party dengan dentuman DJ dan sinar laser membuat ruangan ini menjadi lebih berwarna dimalam hari.
Diluar negeri tempat-tempat indah yang tidak biasa, dijadikan sebagai tempat party. Tapi tentunya wilayah sekitar stasiun ini masih belum mendukung, semrawutnya stasiun depan KA yang menurut saya harus direlokasi dan dijadikan taman terbuka dengan air mancur, pasti akan sangat indah. Tempat parkir mobil dan motor yang memadai juga perlu dipikirkan mengingat daerah ini masih "BRONX".
Kenyamanan dalam stasiun tidak usah diragukan cuma dibutuhkan informasi yang jelas juga tentang sejarah stasiun ini.(http://travel.detik.com/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar