Rabu, 16 Juli 2014

Stasiun Madiun

Kota Madiun adalah sebuah kota yang sejak jaman Kerjaan Mataram menjadi tempat yang ramai, dan strategis karena terletak di perbatasan dengan Kerajaan Kediri. Sejak 1832, Kota Madiun dikuasai oleh pemerintah Hindia Belanda dan menjadi wilayah berstatus karesidenan dan menjadi tempat tinggal orang-orang Belanda dan Eropa lainnya terutama yang berprofesi di bidang perkebunan dan perindustrian karena adanya pengembangan berbagai perkebunan dan pabrik di sekitar kota ini seperti perkebunan tebu dengan pabrik gula, perkebunan teh, kopi, tembakau dan lain-lain.
Berkembangnya perkebunan dan pabrik pengolahan hasil perkebunan membawa akibat pada kebutuhan sarana pengangkutan, dalam hal ini kereta api menjadi pilihan yang paling efisien. Jaringan rel kereta api dikota Madiun dibangun oleh perusahaan kereta api Staats Spoorwegen (SS) dan mulai beroperasi sejak tahun 1882. Pada jaman dahulu Madiun adalah tempat yang padat jalur kereta api, khususnya jalur kereta api tebu yang beberapa diantaranya terintegrasi dengan jalur kereta api Madiun-Ponorogo.
Salah satu keistimewaan Kota Madiun terkait dengan perkeretaapian adalah disini terdapat industri kereta api PT INKA. PT INKA merupakan perusahaan pembuat gerbong dan kereta penumpang yang kemampuan teknologinya sudah baik dan memiliki fasilitas yang modern. PT INKA didirikan tahun 1981 dari fasilitas bengkel lokomotif uap yang berlokasi persis di samping Utara Stasiun Madiun. Sekarang perusahaan ini menjadi perusahaan skala besar dan satu-satunya di Asia Tenggara yang bergerak di bidang per kereta apian sehingga produknya sudah dikenal di mancanegara. Maka kota Madiun merupakan kota yang sarat sejarah perkereta apian, baik di masa lalu dan yang akan menorehkan sejarah kereta api di masa depan.
Stasiun Madiun terletak di Madiun Lor, Manguharjo, Madiun dan menjadi pusat Daerah Operasi (DAOP) 7 dan merupakan stasiun besar yang melayani perjalanan kereta api ke baik jalur Utara maupun jalur Selatan ke berbagai kota tujuan seperti SurabayaMalang, Yogyakarta, BandungJakarta dengan kereta kelas ekonomi, bisnis maupun eksekutif. Stasiun Madiun berupa stasiun satu sisi dengan bangunan utama yang terletak sejajar dengan rel dan emplasemen. Sebagian besar bangunan stasiun, baik bangunan utama maupun emplesemen telah mengalami renovasi sehingga penampilan keseluruhan stasiun ini bersuasana cukup modern.
Pada ruang peron terlihat sedikit sisa elemen bangunan lama yang berupa pintu besar berbentuk persegi. Dinding bagian bawah dilapis dengan marmer agar tidak mudah kotor dan lebih mudah dibersihkan, mengingat fungsinya sebagai ruang publik.
Lobby utama berkesan luas dengan langit-langit tinggi berwarna krem dan penutup lantai keramik warna putih senada dengan warna dinding di sekitarnya menimbulkan kesan bersih dan modern. Ruang loket penjualan karcis menampilkan suasana yang sama dengan lobby, tetapi terlihat lebih akrab dengan ketinggian langit-langit yang lebih rendah.
Bangunan emplasemen berupa struktur atap pelana bentang lebar dengan kuda-kuda baja dan penutup atap seng gelombang menaungi dua jalur lintasan rel dan peron. Puncak atap sedikit diangkat sehingga menciptakan lubang yang berfungsi untuk mengalirkan udara agar ruang di bawahnya terasa lebih sejuk. Bentuk kuda-kuda yang sederhana dan efisien menunjukkan bahwa bangunan ini merupakan bangunan yang relatif masih baru.
Meskipun demikian, konstruksi kolom penyangga bangunan emplasemen yang terbuat dari besi menunjukkan adanya sisa dari bangunan lama yang menjadi ciri konstruksi yang dibangun pemerintah Hindia Belanda pada awal abad 20. Ciri itu terlihat dari bentuk kolom besi berprofil segi 8 yang diameternya semakin ke atas semakin kecil, serta bentuk konsol besi dengan ornamen lingkaran yang sesungguhnya merupakan bagian dari penguat konsol tersebut. (http://indonesianheritagerailway.com/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar