Senin, 25 Agustus 2014

Ihwal NAMA



Seorang artis sohor tiba-tiba memutuskan berganti nama fam di belakang namanya yang asli. Semula ia menambahkan nama mertuanya yang memang lebih dulu kesohor di jagat dunia seni dan film. “Saya kembali pakai nama lahir saya Titi Rajo Bintang,” ujar Titi (dulu Sjuman) mantap dalam suatu acara yang dilansir HarianWarta Kota belum lama ini. Rajo Bintang tak lain adalah nama orang tua (ayah) Titi. 

Perubahan nama seorang pesohor tidak hanya terjadi pada diri Titi yang sebelumnya memakai nama Sjuman di belakangnya. Kita tentu masih ingat seorang artis juga, yang kemudian menambahkan satu kata di belakang namanya dengan fam sang mertua. Bagaimana bila suatu saat kelak si artis ini bercerai dari suaminya yang memang anak seorang politisi sohor? Apakah namanya kembali ke asal lahir seperti yang dilakukan oleh Titi? Entahlah. Bila mereka menggunakan nama ayah sebagai embel-embelnya, tentu tidak perlu repot-repot mengganti nama manakalah berpisah dari suami. Tidak ada bekas ayah atau bekas anak, yang ada bekas suami atau bekas isteri.

Tampaknya banyak orang kini bermain-main dengan nama? Memang, kata penulis naskah drama kondang William Shakespeare, apalah arti sebuah nama (what it’s a name). Kalau nama tak memiliki arti, mengapa banyak artis dan pesohor lainnya suka-suka mengubah nama diri.

Nama, bagi kebanyakan kita orang Indonesia, terkhusus lagi umat Muslim, jelas memberi arti dan makna tersendiri. Bagi seorang Muslim, nama adalah sebuah doa. Jangan sampai kita memberi nama pada anak dengan nama-nama yang mengandung makna dan konotasi negatif. Bahkan, nama juga menunjukkan jalur keturunan (nasab, terutama dari pihak bapak) si anak manusia. Misalkan nama Riwanto bin Sumarto, Nia binti Ramadhani, atau Titi binti Rajo Bintang. Nama-nama ini menyiratkan bahwa Riwanto adalah anak dari Sumarto, Nia adalah dari Ramadhani, dan Titi adalah anak dari Rajo Bintang. Jelas dan tegas, terang benderang, dari siapa si anak manusia itu berasal-usul. Kalau kemudian diganti Riwanto bin Rendra atau Nia Bakrie, maka asal-usul kedua anak manusia ini menjadi kabur. Karena, selama ini publik tahu Rendra tak punya anak bernama Riwanto dan (Aburizal) Bakrie pun tak punya anak bernama Nia.   

Secara biologis, kejadian anak manusia merupakan hasil pembuahan satu sel sperma dan satu sel telur –maaf, biarpun sperma yang masuk ke vagina seorang perempuan (terutama pekerja seks komersial) berasal dari banyak lelaki. Di sinilah pentingnya nama yang melekat pada diri anak tidak bisa dilepaskan dari siapa pemilik sperma yang membuahi rahim ibunya.

Islam sangat tegas dalam hal memberi dan memanggil nama anak. Tidak bisa main ubah nama saat si anak manusia ini menikah. Bahkan, pada anak angkat saja tidak boleh kita menempelkan nama di belakang nama mereka. Sebagaimana firman dalam Al Quran Surah Al-Ahzab ayat 4-5: “Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya; Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihat itu sebagai ibumu dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu. Yang demikian itu hanyalah perkataan di mulutmu saja. Dan Allah mengatakan yang sebenar-benarnya serta Dia lah yang menunjukkan jalan. Panggillah mereka dengan nama bapak-bapak mereka. Itulah yang lebih adil pada sisi Allah. Jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka maka panggillah sebagai saudaramu seagama dan maula-maulamu...”

Dalam ringkasan tafsir Ibu Katsir dijelaskan bahwa seseorang tidak memiliki dua hati di dalam tubuhnya,maka istrinya yang dizihar dengan mengatakan “Bagiku, kamu seperti punggung ibuku” adalah tidak menjadikan ibunya sungguhan. Pun demikian anak angkat yang dipanggil “anakku” tidak akan menjadi anak sungguhan. Maka Dia berfirman, “Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya, Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zihar itu sebagai ibumu.” Penggalan ini seperti firman Allah Ta’ala, “Mereka bukanlah ibu-ibu mereka, ibu mereka adalah orang-orang yang melahirkan mereka.”

Tulisan ini sekadar mengingatkan agar kita tidak terjebak pada tindakan merusak nasab diri atau nasab seseorang. Dalam Shahih Muslim ditegaskan Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang memanggil bapak kepada orang lain padahal dia tahu bahwa orang itu bukan bapaknya maka dia kafir.” Mari kita berhati-hati dalam memberikan nama, memanggil nama, dan menambahkan nama belakang. Tak perlulah kita minder atas nama diri bawaan lahir yang di belakangnya boleh jadi menempel nama ayah –-yang barangkali nama ayah Anda terasa ndeso dan tidak populer di muka bumi. Wallahu a’lam(BN)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar