Minggu, 10 Agustus 2014

Mengenang PTG, Raksasa Tekstil Asia Tenggara di Garut (II)



Kapasitas PTG sebagai unit kerja PD Kerta Paditex Jawa Barat, tak mampu lagi memenuhi misinya untuk penambah sumber pendapatan Pemprov Jawa Barat. Kejayaan pabrik tenun legendaris itu, berbalik jadi kegelisahan Pemprov Jabar.
PTG tidak mencapai target peningkatan produksi, jasa dan perdagangan tekstil. Napas kehidupan pabrik tenun itu menyesak. Tindihan kerugian jutaan rupiah, berlipat setiap bulan. Dalam gelombang persaingan yang makin menajam, permodalan pun menyusut tergerus bermacam resesi.
PTG bangkrut! Dalam tahun 1985, kemungkinan untuk berproduksi, tak bisa lagi dipaksakan, karena harga pokok lebih tinggi dari harga jual. Kondisi makin memburuk dengan faktor ketuaan perangkat alat mesin tenun, yang menciutkan kemampuan produksi.
Jumlah pegawai pun dirampingkan. “Waktu itu tersisa 380 dari 2.500 karyawan! 300 pegawai pabrik, 40 sekretariat direksi, dan 40 pegawai Inpema (Induk Pencelupan Majalaya) Bandung” begitu yang pernah diungkap Kepala Bagian Personalia PTG, (alm) H Sumiarwan.
Tragisnya, 90% ATM (Alat Tenun Mesin), dan mesin handuk dijual. ATM yang semula 1.177 buah, tersisa 202 buah. Rumah dinas direktur di seberang pabrik dan gudang, dikontrakan ke perusahaan swasta. Penjualan asset perusahaan terus mengalir, sebagai solusi untuk pengadaan mesin tenun baru.Namun, hasil penjualan kekayaan pabrik, masih juga tak mencukupi kebutuhan.
Untuk kelangsungan perusahaan, terpaksa ratusan juta rupiah harus dialirkan. Beban pesangon penghentian karyawan, pembayaran rekening listrik, telepon, dan PDAM yang tidak digunakan, membuat kerugian kian membengkak.
Keharuman PTG pernah menarik perhatian Megawati Soekarno Putri (depan kiri rambung panjang), untuk melakukan kunjungan ke perkantoran dan pabrik di kawasan PTG, tahun 1964. (Dokumentasi Yoyo Dasriyo)
Suasana kerja di PTG ketika berjaya. (Foto: Fuzie Ibnu Maxum, @zienumax)
Bupati Garut Aceng Fikri (jongkok) saat melakukan peletakan batu pertama Ramayana Plaza Garut, 26 Januari 2011. Selepas itu, TPG benar-benar tinggal nama dan kisah. (Foto: Pikiran-rakyat.com)

PTG, memilih menanggung biaya mubazir itu, agar di kemudian hari tidak perlu lagi melakukan pemasangan listrik baru, yang biayanya lebih tinggi. Mulai tahun 1982, beban diringankan dengan menurunkan daya listrik dari 840 KVA jadi 520 KVA.
Kondisi sang legenda Pabrik Tenun Garut memburuk di tahun 1986. Napas kelangsungannya hanya bergantung pada penjualan asset perusahaan. Rumah dinas di Ciumbuleuit Bandung, jadi tumbal untuk menutup utang ke BNI.
Waktu itu, langkah tersebut dinilai sebagai upaya menyehatkan citra PTG, untuk bisa membuka peluang kerjasama dengan pihak ketiga. Memang pabrik ini direncanakan bermitra dengan pengusaha dari Korea.
Rupanya angin segar dari Korea hanya bertiup dan berlalu. Pabrik tenun ini pun lalu melayani usaha makloon pembuatan kain dari Majalaya, Bandung. Tetapi, target order 15.000 meter setiap minggu, hanya dicapai 12.000 hingga 13.000 meter.
PTG kembali harus merugi. Apapun kenyataannya, harapan kebangkitan PTG masih juga mengawang. Terlebih, karena rencana kerjasama dengan Hongaria, sangat menjanjikan perpanjangan usia PTG.
Pabrik ini dikabarkan akan memproses keseluruhan produksi, sejak pembuatan benang hingga membuat pakaian jadi, untuk dipasarkan di Hongaria. Penantian panjang itu makin mengabur tanpa kepastian. Nama-nama negara lain sebagai pengganti Hongaria bermunculan.
Ternyata, nasib PTG kian terpuruk! Semua angan manisnya berlalu. PD “Kerta Paditex” unit PTG tersesat dalam belantara hasrat. Tragis, penantian lamanya berbatas kenyataan lara.
Pendirian pertokoan IBC (“Intan Bisnis Center”), menebas kerindangan mess PTG di Jl Guntur dan Jl. Pramuka, Garut. Tanpa sisa. Di atas reruntuhan areal pabrik tenun itu pula, dibangun pusat pertokoan megah “Ramayana”.
Tamat sudah riwayat sang “raksasa tekstil” Asia Tenggara, penghasil kain sarung Cap Padi. Roda zaman terus berputar. Proses alami menutup layar kejayaan PTG. Benar, tiada kejayaan tanpa batas. Namun dalam perwajahan Garut kekinian, legenda keperkasaan Pabrik Tenun Garut tak akan pernah mengering (dari http://fokusjabar.com/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar