Sabtu, 09 Agustus 2014

Museum Affandi, Museum Unik dari Yogyakarta

  
Salah satu tujuan saya saat berlibur tidak hanya ke pantai, mall, atau Malioboro. Kali ini saya datang ke sebuah tempat di mana sambil berwisata bisa juga belajar. Ya, saya datang ke Museum Affandi. Letaknya yang tidak jauh dari tempat saya tinggal membuat saya ingin mendatangi museum tersebut. Maklum saya pendatang di Jogja yang sedang menimba ilmu di salah satu perguruan tinggi negeri di Jogja.
Ketika mulai memasuki gerbang, saya sedikit heran ini gimana sih? Di mana tempat parkirnya? Soalnya pas saya datang museum itu sedang sepi. Ah, tidak apalah justru jadi lebih leluasa untuk melihat-lihat. 
Ketika masuk, ada prosedurnya loho. Pertama kita harus masuk masuk galeri I dulu. Di sana kita bisa melihat hasil karya Sang Maestro Bapak Affandi sendiri. Selain lukisan-lukisan hasil karyanya, di Galeri I ini juga ada beberapa barang kesayangan peninggalan beliau, seperti mobilnya yang berwarna kuning, saya kurang tahu jenis apa mobil itu. Terus ada juga sepedanya, ada pipa rokoknya, dan beberapa baju kesayangannya.
Tau nggak kalo lukisan Affandi itu selalu punya tiga lingkaran. Itu ada artinya, tapi saya lupa. Yang jelas kalau tidak salah menggambarkan keseimbangan alam.
Puas melihat-lihat Galeri I, saya menuju Galeri berikutnya. Tapi, ketika keluar ada dua nisan yang berjajar di dekat Galeri I tersebut. Setelah bertanya pada pemandu, itu adalah kuburan Affandi dan istri pertama (karena dia masih punya istri kedua yang masih hidup sampai sekarang dan tinggal di Daerah Kaliurang).
Dari Galeri yang lain, semua lebih merupakan hasil karya dari para keturunan Affandi. Ada dari anaknya, cucunya, atau saudaranya. Bagus-bagus dan memiliki ciri khas tersendiri.
Kunjungan galeri yang memuaskan tidak membuat saya terus pulang. Di luar galeri ada sebuah rumah kecil mirip dengan gerobak yang didirong sapi. Ternyata itu rumah pak Affandi, beliau menciptakan itu karena sangat ingin mempunyai rumah berjalan. Ya, salah satunya dengan membuat karapan sapi itu. Tapi sekarang sudah permanen, tidak bisa dijalankan lagi.
Di atas receptionist dan tempat souvenir ada lantai dua yang isinya adalah bekas kamar Affandi waktu masih muda. Karena setelah sakit-sakitan beliau pindah di kamar bawah (sebelah timur). Semua barang-barangnya masih tertata rapi lho. Selain tempat-tempat itu, di sebelah timur receptionist ada sebuah gardu pandang. Kita bisa melihat Jogja dari situ walaupun cuma sebagaian. Nah, yang paling selatan itu ada sebuah galeri yang hingga saat ini di gunakan untuk sanggar lukis bagi anak-anak yang berminat. Boleh untuk siapa saja, tidak di batasi.
Ternyata muter-muter museum cape juga. Tapi, masih ada keunikan lain lho di sana. Ternyata semua atap museum berbentuk menyerupai daun pisang. Kok gitu? Ada-ada saja. Tapi, itu memiliki makna yang sangat berarti buat Sang Maestro. Ceritanya, dulu pada zaman penjajahan kalau nggak salah, sakit tifus sampai kedinginan dan hampir meninggal. Selama sakit beliau di bungkus dengan daun pisang hingga akhirnya sembuh.
Untuk masuk ke Museum Affandi nggak mahal, hanya Rp20.000,00 (untuk wisatawan lokal) dan Anda sudah bisa bebas foto-foto. Nanti tiket bisa ditukar dengan softdrink dan souvenir berupa pensil yang unik dan lucu. Jangan lupa juga sebelum meninggalkan museum kasih saran, kritik, dan masukan di buku kunjungan ya! (dari http://travel.detik.com/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar