Selasa, 02 September 2014

Inikah Keris Paling Sakti di Nusantara?

Mungkin anda sudah pernah mendengar tentang keris Mpu Gandring, tapi bukan keris ini yang saya maksud. Keris yang dibuat seorang empu dari desa Lulumbang ( Sekarang Wlingi-Blitar) itu ternyata masih punya pesaing yang diyakini punya tuah sakti lebih dahsyat dan kharismatik. Lalu keris apa ?

Sebelum keris ini diciptakan, Keris Empu Gandring memang cukup populer dan fenomenal karena mengiringi kesejarahan berdirinya Singosari dan berlanjut ke Majapahit. Namun tidak ada salahnya saya membagi tulisan ini dalam point-point singkat dibawah ini :

Apa itu Keris
Keris adalah sebilah besi tipis, bersisi tajam di kanan kiri, dengan ujung runcing yang bisa digolongkan sebagai senjata tikam jenis belati. Ada kalanya empu (sebutan untuk pembuat keris) membuat variasi tersendiri terhadap model keris. Namun yang paling umum adalah keris yang berbentuk lurus dan ada pula yang berkelok-kelok.

Pada masa lalu, keris memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut :
  • sebagai senjata dalam duel maupun peperangan
  • sebagai pelengkap ritual (sesaji). 
  • Sebagai sumber kekuatan batin dan spiritual
  • Sebagai symbol pemerintahan (pusaka)  yang diluhurkan
Fungsi keris pada masa kini adalah
  • Sebagai karya seni, koleksi dan konservasi kebudayaan (tahun 2005 telah terdaftar di UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia Non-Bendawi Manusia)
  • Sebagai penambah sugesti spiritual
Istilah penyebutan Keris sendiri di temukan dari  Prasasti Karang Tengah yang menggunakan angka tahun 824 Masehi. Senada dengan prasasti, di Candi Borobudur juga terdapat penggambaran sebuah benda mirip keris pada salah satu relief.  Hal ini mengidentifikasikan bahwa keris memang sudah menjadi bagian dari masyarakat kala itu, mengingat Prasasti Karang Tengah dan Candi Borobudur sama-sama dibuat ditahun 800-an.

Keris terus mengalami transformasi bentuk dan modifikasi, mulai dari wujud polos mirip belati hingga menjadi seperti yang kita ketahui sekarang.  Namun bisa dikatakan budaya perkerisan mencapai perkembangan yang cukup signifikan di era awal Singasari hingga Majapahit.

Oke, sebelum saya menulis kisah keris paling sakti yang saya maksud, terlebih dahulu saya akan menulis tentang Keris Empu Gandring sebagai pengantar

Keris Empu Gandring 
Adalah sebuah keris yang digarap pengerjaannya oleh seorang Empu (pakar) terkemuka bernama Gandring.  Empu Gandring banyak memproduksi karya-karyanya di desa Lulumbang yang diperkirakan sekarang letaknya di sekitar Wlingi – Blitar. Sampai sekarang daerah tersebut masih ditemukan jejak-jejak para  pande besi maupun empu keris ( Salah satu yang cukup ternama  adalah Almarhum Bapak Sumodadi ).

Keberadaan keris Empu Gandring saat ini memang masih misterius walaupun kesejarahannya tercatat dalam Serat Pararaton ( KItab Raja-Raja). Keris ini dianggap pemicu bencana turun temurun dalam suksesi kepemimpinan Singasari. Kutukan sang empu yang terbunuh oleh keris buatannya sendiri ini , dikisahkan terus menyertai Singasari bahkan sampai runtuhnya kerajaan berhaluan Tantrayana  tersebut. Dari  ujaran beberapa spiritualis yang pernah saya dengar, keris Empu Gandring dibuat dari bahan baku batu meteor sehingga elemennya sangat keras.  Bahkan lumpang batu milik Empu Gandringpun hancur berkeping-keping ketika keris tersebut di uji coba  oleh Ken Arok. 

Empu Gandring sesungguhnya berniat membuat karya yang paling  master piece sehingga  rencana produksi diperkirakan memakan waktu 7 bulan.  Selama itu pula Empu Gandring mengerahkan seluruh energi raga maupun spiritual guna menyempurnakan karya terbaiknya.  Namun belum genap waktu yang ditentukan, Ken Arok selaku pengorder , telah meminta keris tersebut . Akibat belum selesainya seluruh proses, berbagai tuah buruk yang terdapat dalam keris belum berhasil ditaklukkan , bahkan Empu Gandring menambahinya dengan  7 setan dendam yang akan langsung bekerja saat dirinya tewas. 

Lenyapnya Keris dan Kematian Tohjaya
Di riwayatkan kemudian berturut-turut 7 orang  tewas oleh keris tersebut, salah satunya adalah Ken Arok sendiri.  Keris Empu Gandring diperkirakan lenyap dalam perlarian Apanji Tohjaya, Raja Singasari yang hanya memerintah satu tahun ( 1249 - 1250). Kala itu dua keponakannya, Ranggawuni dan Mahesa Cempaka melakukan pemberontakan besar-besaran sehingga membuat Tohjaya terluka oleh tombak dan lari ke desa Katang Lumbang ( sekarang di sekitar Pasuruan). Sebelum mengungsi, Tohjaya sempat memerintahkan pengawalnya untuk membawa kabur keris Empu Gandring bersamanya.  Celakanya, dalam pelariannya yang luka parah, sesuatu hal yang tidak mengenakkan dialami Tohjaya. Si pengawal  pembawa keris sekaligus pemikul tandu bagian depan, melorot celananya sehingga nampaklah bagian belahan pantat. Bagi Tohjaya ini pertanda buruk, sebuah arti bahwa dia tidak akan pernah jadi Raja. Maka, meski dalam keadaan luka, Tohjaya turun dari tandu lalu menombak sang pengawal. Si pengawal secara refleks menghindar sekaligus menyerang balik dengan keris Empu Gandring yang sedang dibawanya. Dada Tohjaya jebol.

Pupuh Serat Pararaton yang saya temukan, meski tidak lengkap, menuliskan cuplikan kemarahan Tohjaya karena  ketidak sengajaan pengawalnya tersebut :

Yogha kagyat sira Panji Tohjaya, malajeng kapisah, tinumbak tan kapisanan, marin ing geger, rinuruh den ing kawulan ira. Pinikul pinalayoken mareng Katang Lumbang. Kang amikul kasingse gadage, katon pamungkure.  Ling ira Panji Tohjaya ring kang amikul: ‘Beciki gadagta katon pamungkure.’ Sangkan ing tan awet ratu dene silit iku.

Terjemahan bebasnya kira-kira dibawah ini :

Panji Tohjaya sangat terperanjat, lari terpisah, namun dia tertombak meski cuma sekali. Setelah keadaan kondusif, para pengawal (kawulan) mencari dan memikulnya ke Katang Lumbang. Saat memikul seorang pengusung tandu terlepas celananya sehingga tampaklah bagian bokong.
Panji Tohjaya membentak “Rapikan celanamu, pantatmu kelihatan. Aku tidak akan awet jadi Raja gara-gara pantat itu !" 

Tohjaya dimakamkan dalam suasana sederhana dan sepi, bahkan dimungkinkan jenasahnya di tinggalkan begitu saja di Katang Lumbang oleh pengawalnya yang tersisa. Keris Empu Gandring sendiri nampaknya juga di buang di TKP sehingga sulit melacaknya lagi.

Keris Empu Gandring menjadi sangat populer di telinga banyak orang karena membayangi kehidupan raja-raja Singasari. Namun keris yang satu ini rasanya tak kalah spektakuler, bahkan bisa jadi 100 kali lebih hebat ketimbang keris Empu Gandring. 
(dari http://www.areapager.com/2012/12/inikah-keris-paling-sakti-di-nusantara.html)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar